BAB 4

483 39 9
                                    

Tandain yang typo.

.o0o.

"Kenapa?" tanya Raquel saat Alejandro mengakhiri panggilan yang Raquel duga dari temannya, karena tadi  ia sempat mendengar Alejandro memanggil orang itu dengan panggilan Farrell.

"Kamu udah makannya?" Alejandro bertanya balik.

Melihat ekspresi wajah Alejandro yang terlihat tidak baik, Raquel menghentikan makan ice cream nya. "Udah. Ada apa?"

Saat ini mereka tengah makan di salah satu Cafe yang ada di dalam mall. Sehabis acara menonton tadi selesai, Alejandro mengajaknya makan lebih dulu sebelum pulang.

"Ikut aku sebentar nyamperin temen, nanti kita baru pulang."

Raquel mengangguk, ia dengan segera membereskan barang-barangnya ke dalam tasnya, berjalan mengikuti Alejandro yang beranjak lebih dulu. Berjalan cepat, Raquel menyamakan langkah lebar Alejandro. Dan seperti biasa, Raquel yang akan lebih dulu berinisiatif untuk menggenggam tangan Alejandro. Alejandro yang menyadarinya pun sedikit memelankan langkahnya agar Raquel tidak kesusahan berjalan.

Begitulah Alejandro di mata Raquel.

Sesampainya di parkiran, tanpa Raquel minta seperti tadi, Alejandro sudah lebih dulu berinisiatif untuk memakaikan Raquel helm nya. Dan setelah siap, baru ia naik ke atas motor sport nya. "Pegangan, aku sedikit mengebut."

"Iya." Raquel mengulurkan kedua tangannya melingkari pinggang Alejandro, memeluknya dengan erat dari belakang.

Segera, Alejandro melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata. Mengingat sekarang jam pulang kerja, membuat jalanan lebih ramai daripada tadi. Alejandro pun dengan lihainya menyalip beberapa pengendara lain. Ia terlihat santai saat melakukannya, beda dengan Raquel yang rasanya sudah jantungan dibuatnya. Terhitung, Raquel naik motor hanya saat bersama Alejandro seperti ini. Selebihnya, ia lebih banyak naik mobil ataupun jalan kaki. Karena, di negaranya pun jarang ada pengendara motor. Mereka lebih suka berjalan kaki.

Melihat Alejandro membawanya kemana, seketika Raquel mengernyitkan dahinya heran. "Teman Ale ada yang sakit? Kenapa kita ke rumah sakit?"

Alejandro membuka helmnya, baru setelahnya ia membantu Raqeul melepaskan helmnya. "Iya." jawabnya singkat. "Ayo."

Raquel kembali mengikuti saja kemana Alejandro memandunya. Menaiki lift ke lantai tiga dan berjalan menyusuri lorong rumah sakit sampai akhirnya, tanpa permisi lebih dulu Alejandro langsung berjalan masuk.

"Ale." sambut seseorang diantara kelima orang yang ada di ruangan tersebut.

"Ceritain detailnya." pinta Alejandro menghampiri kelimanya. Ia berdiri di sisi brankar di mana terdapat seorang laki-laki yang terduduk dengan beberapa luka lebam di wajah dan bagian tubuhnya yang lain. 

Mereka tidak langsung menjawab. semua tatapan tertuju pada Raquel yang berdiri terdiam di sebelah Alejandro. Dan Raquel yang merasa ditatap pun seketika menarik sudut bibirnya tersenyum canggung. "Hay." sapanya.

"Ekhem!" dehem Agler dengan tatapan datarnya yang seketika membuat orang-orang disana membuang pandangannya dari Raquel.

Alejandro mendengus pelan, ia beralih pada seorang perempuan yang berdiri di sebelah Nicholas. "Fiona, tolong ajak Raquel duduk."

Fiona mengangguk tanpa bantahan, "Baik, Kak." 

"Raquel, kamu duduk di sana dulu sama Fiona. Kalian bisa berkenalan juga." ucapnya beralih pada Raquel.

"Iya," Raquel berjalan menghampiri Fiona yang menunggunya, lalu keduanya duduk di sofa yang tidak terlalu jauh dari brankar di mana para laki-laki berkumpul.

ALEJANDROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang