tiga

1 0 0
                                    

Dulu, jika di diamkan orang lain sering merasa sedih. Tapi tidak dengan sekarang.

Awalnya sering bertanya-tanya mengapa orang lain atau orang satu lingkungan atau seseorang yang biasanya selalu berinteraksi dengan aku tiba-tiba dia irit bicara, atau lebih parahnya dia diam. Atau bisa juga dia menjadi seolah-olah membatasi interaksinya denganku.

Sering sekali dulu hal-hal seperti itu terjadi dan menjadi kepikiran.

Walaupun sudah mencoba flashback barangkali aku ada salah-salah dalam perkataan atau perbuatan, mungkin?

Kalau seandainya aku egois dengan mengatakan "sepertinya aku tidak merasa bersalah apa-apa." Aku rasa itu terlalu sangat jahat.

Mengapa aku nyatakan demikian. Karena manusia itu tempatnya salah, jangan merasa paling suci. Semuanya pernah buat berdosa tapi caranya yang berbeda.

Setelah beberapa hari berlalu ternyata kami masih berinteraksi minim. Aku berusaha bersikap biasa saja, meski sebenarnya kurang nyaman karena minim komunikasi. Tidak seperti hari-hari biasanya.

Namun akhirnya kini aku terima. Tidak mau pusing-pusing memikirkan mengapa sekarang komunikasi pertemanan kami begini, mengapa interaksi kita jadi lebih sedikit dari biasanya, mengapa rasanya seperti sedikit dijauhi, mengapa seolah teman-teman memberi jarak padaku. Mengapa, mengapa, mengapa yang lainnya sudah tidak aku pertanyakan lagi.

Alasannya, aku dan pikiranku tidak mau ribut. Aku mau kedamaian. Jika sudah terjadi saling diam dan memberi jarak, tidak apa-apa. Barang kali itu membuatnya damai dan membuat damai juga. Aku biarkan.

Jangan takut sendirian. Setelah meninggalpun kita hanya akan ditemani oleh amal baik kita.

"Instead of thinking a lot, it's better to just dhikr a lot."

Regards

Nitisa, 02 Agustus 2024

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Nothing Is EasyWhere stories live. Discover now