12 Agustus 2024
Setelah insiden kecelakaan singkat di dalam bus, kini kedua orang asing yang bahkan belum saling mengetahui nama satu sama lain berjalan bersama karena mereka memiliki tujuan yang sama.
"Kamu yakin nggak apa-apa?" Tanya Rose entah sudah ke berapa kali ia menanyakan keadaan pemuda itu.
Pemuda itu menghela napas kemudian menunjukkan tangannya kepada Rose ia berkata. "Aku nggak apa-apa, btw kamu anak baru, pindahan dari mana?" Ia membuka topik lain supaya mereka tidak canggung saat berjalan bersama.
"Aku dari Seoul, pindah ke sini karena urusan pekerjaan ayah." Jelas Rose singkat, padat dan jelas.
Setelah mendengarkan penjelasan singkat dari Rose, pemuda itu tidak lagi bicara ia hanya diam dan tidak membuka obrolan lagi. Harusnya Rose senang selama perjalanan tidak ada yang bicara tetapi entah kenapa ia merasa hampa jika tidak segera mencari topik lain.
Rose melirik ke arah telinga pemuda itu karena ia memiliki anting terpasang di sana, antingnya kecil tapi unik. Jadi, ia tertarik melihatnya.
"Sekolah kita peringkat ke berapa se- Busan?" Entah kenapa justru pertanyaan tidak masuk akal yang keluar dari bibir Rose.
Pemuda itu menoleh sekilas kemudian bergumam seraya mengetuk dagu. "Nggak tau, tapi yang jelas sekolah kita nggak kalah bagus dengan sekolah yang ada di Seoul." Jelas pemuda itu seraya tersenyum kemudian pandangan nya beralih pada pintu gerbang sekolah yang ingin ditutup oleh pak penjaga.
"Gerbangnya mau di tutup ayo kita lari!" Ia meraih tangan Rose dan tanpa izin gadis itu ia mengajaknya berlari bersama menuju gerbang sekolah sebelum gerbang tersebut di tutup oleh penjaga.
Keduanya berlari menyebrangi jalan lalu menerobos masuk ke celah pintu yang sebentar lagi akan ditutup. Beruntungnya mereka berhasil lolos dan keduanya saling berpandangan seraya mengatur napas.
Perlahan tangan pemuda itu melepaskan tautan tangan mereka yang masih terikat. Rose terkejut dan ikut menarik tangannya.
"Akhirnya kita masuk juga, sayang kan kalau kamu sebagai murid baru udah di hukum pada hari pertama bersekolah di busan?"
Rose mengangguk setuju. "Iya benar, toh lumayan olahraga pagi untuk kesehatan juga."
Pemuda itu tersenyum tipis, kemudian berkata. "Nanti kamu tinggal jalan aja lurus ke depan setelah itu belok ke kanan. Nggak lama dari pintu masuk, kamu akan melihat ada tulisan kantor TU mungkin sekitar 4 pintu dari deretan ruangan di koridor. Nggak jauh yang penting kamu teliti bacanya." Jelasnya rinci.
Rose mengangguk paham, kemudian ia berkata. "Terus kamu mau ke mana? Nggak barengan aja ke sananya?"
Pemuda itu menggeleng. "Aku nggak masuk lewat pintu depan."
"Hm? Memang ada pintu lain selain depan itu?" Tanya Rose seraya menunjuk ke arah gerbang utama yang langsung menghadap ke area halaman utama sekolah.
Pemuda itu hanya menggeleng, lalu berbalik untuk pergi namun sebelum pergi ia sempat berkata. "Untuk hari ini cukup sampai di sini, semoga kita bisa bertemu kembali." Kemudian ia pergi.
Rose masih menatap punggung pemuda jangkung yang kini sudah menghilang dari pandangannya, setelah beberapa saat ia baru menyadari bahwa mereka belum mengetahui nama satu sama lain. Saat ingatan itu muncul, Rose mengulurkan tangan berniat memanggil pemuda tadi, namun jejaknya sudah hilang.
"Mungkin nanti kita akan bertemu lagi." Bisiknya pelan.
***
Setelah jam pelajaran kedua selesai dan bel telah berdering beberapa menit yang lalu, koridor yang tadinya sepi kini dipenuhi oleh orang-orang yang berkeliaran di area koridor seperti semut yang bergotong royong mengerumuni makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY VEIN
Teen FictionKisahku yang bertemu denganmu, semua tentang dirimu adalah hal terindah dalam hidupku yang tidak akan pernah aku lupakan bahkan jika aku akan bertemu orang baru di masa depan.