4.Cemara

524 26 0
                                    


Pagi ini adalah pagi yang sibuk bagi semua orang di kediaman witama, karena hari ini adalah hari senin, hari super sibuk dan full kegiatan.

Livi sendiri kini tengah menyiapkan pakain Jay dan Al untuk pergi kekantor dan paud Al, nanti ia juga akan pergi ke kantornya untuk mengurus beberapa pekerjaan yang sempat tertunda olehnya beberapa hari ini.

"Al bajunya ini loh di pakai" ucap Livi pada Al yang sibuk dengan mainannya dan hanya memakai handuk.

"iya bunda..." jawab Al , namun lain di ucap lain di kerjakan, ia masih tetap bermain mainannya.

"Al jangan sampai bunda kesana, bunda buang itu mainan kamu ya nak" ancam Livi.
Setelahnya Al langsung memakai bajunya dan membereskan mainannya.

"nanti lanjut mainnya ya nak, jangan sekarang" ucap livi memberi pengertian.

"iya bun"

"pintarnya anak bunda" bangga Livi. Livi menyiapkan pakaian Jay dan turun untuk memasak sarapan, jay turun ke dapur untuk sarapan, ia melihat Livi sedang menyiapkan sarapan mereka.
Jay memeluk dari belakang.

"masak apa?" tanya jay pada livi. Livi menenangkan jantungnya.

"masak ayam goreng dan tumis kangkung." jawab Livi. Jujur saja bagi seorang Liviana Lubis yang menjomblo sekian tahun hal ini sangat baru baginya.

"udah loh mas, susah aku masaknya." ucap livi.

"gapapa masak aja" ucap jay masih memeluk istrimya erat, sungguh bagaimana bisa ia membuang istri dan anaknya dahulu, ia merasa seperti seorang pria brengsek sekarang.

"bundaa...! kenapa tinggalin Al" ucap al pada livi.

"Al lama sih" livi mengecup pipi anaknya gemas.

"ga mau ah, al kesel sama bunda" ucap al, livi tertawa melihat anaknya. Jay merasa tersingkirkan saat berada diantara livi dan al.

"daddy jahat! Kenapa disini" delik Al tak suka. Ia memeluk kaki Livi posesif.

"kenapa? Ini kan istri saya" Jay mengambil tangan istrinya dan mengecupnya.

"ih...! jangan pegang bunda aku!" geram Al, ia tak suka daddy jahatnya memegang bundanya yang baik.

"biarin, nangis aja. Sampai suara kamu habis pun saya gak lepasin istri saya" Jay memanasmemanasi anaknya, ia suka sekali menjahili anaknya itu.

"bundaa huaaaaa" pecah sudah tangis Al di pagi ini.

"mas.." geram livi sedangkan jay sudah tertawa, Livi menenangkan anaknya yang sudah menangis itu.

"udah al... makan yuk, makan" ucap livi, al mengangguk.

"cowo kok cengeng" ejek jay.

"bundaaa" rengek al. Livi menatap tajam Jay.

"awas kamu mas" al di gendong livi ke meja makan.

"udah nak, jangan nangis. Biarin aja dady kamu itu" al berhenti menangis dan menerima suapan dari Livi. Ia menatap jay dengan tatapan mengejek.

"bunda janji ya jangan mau sama daddy" ucap Al.

Livi melirik ke arah jay, lalu mengangguk kepada Al, jay yang melihat itu melotot.

"heh! Ini istri saya, ngapain kamu atur-atur istri saya." Jay mendelik kesal.

Al hanya menatap jay sekilas dan kembali melihat livi.

"bunda berpihak sama al, Daddy mau apa?!" batin Al.

"anak durhaka kamu Al." ucap Jay.

"Daddy lebih durhaka" mereka beradu argumen membuat livi menatap mereka jengah.

"sampai kapan berantemnya? Kalo kayak gini terus bunda cari suami dan anak baru ajalah" ucap Livi.

"JANGAN!!" teriak jay dan al tak terima.

***

"Sayang aku ada urusan malam ini sebentar, aku keluar ya?" izin Jay pada Livi

"kemana mas?" tanya Livi, ia memperhatikan Jay yang sedang memakai jasnya.

"mengurus satu hama, hanya sebentar. Aku pergi..." Jay mengecup kening Livi dan pergi keluar di antar oleh Livi.

"hati-hati mas" ucap Livi, jay yang ada di dalam mobil mengangguk.
Malam ini terasa dingin, jay mengendarai mobilnya menukusuri kota yang padat itu.

Mobilnya berhenti di sebuah gedung tua, tidak ada penerangan sama sekali di gedung tersebut, gelap dan penuh serangga menjijikkan.

Jay memasuki gedung tersebut dan di sambut oleh beberapa orang pria berbadan kekar dengan jas hitam dan pistol di tangan masing-masing, mereka menunduk saat jay melewati mereka.

Salah satu pria di sana menghampiri Jay.

"Tuan target telah di tangkap, sekarang berada di ruang bawah tanah" ucap pria tersebut, memberi laporan pada Jay.

Jay tak merespon dan berjalan ke ruang bawah tanah di ikuti pria yang memberikan informasi tadi.

Mereka berjalan melewati lorong demi lorong dan sampai di sebuah tangga menuju ke bawah tanah, tangga tersebut pengap dan berbau anyir, jay dan pria tersebut kini sampai di dalam ruang bawah tanah itu.

Tampak seorang wanita berpakaian minim tengah terikat di sebuah bangku, di kelilingi oleh beberapa pria yang berjaga di setiap sudut pintu.

"selamat datang tuan" salam para pria yang berjaga di sana sambil menunduk.

"Jay lepaskan aku! Mereka menangkap ku, aku tahu kau pasti akan datang menyelamatkan ku" ucap wanita tersebut, memohon pada Jay.

"cih! Kau menjijikkan" decih Jay.

"apa maksud mu Jay? Lepaskan aku!" teriak wanita itu.

"kau pikir aku akan melepaskan mu begitu saja jalang?" Jay menatap wanita itu penuh kebencian.

"kenapa kau mengatakan itu pada ku Jay? Kau bercanda kan?" tabya wanita itu.

"Winona Alkaeli, ternyata ini wujud asli mu ya? Enak memeras uang ku hm? Setelah yang ku berikan pada mu selama ini, apakah ini balasan mu?" tanya Jay tiba-tiba.

"Jay apa maksud mu?" wanita yang bernama Winona itu kembali bertanya.

"Hentikan sandiwara mu itu. Kau behubungan dengan Al Faris dan memanfaatkan hartaku untuk kepentingan mu, sungguh menjijikkan." Jay mengucapkan kebusukan Winona di depan wanita itu.

"kau pasti salah paham Jay, aku tidak mungkin bermain api dari mu" winona masih mengelak.

PRANG

Jay melempar sebotol kaca, guna melampiaskan emosinya.

"Masih mengelak huh?! Aku meninggalkan istri dan anakku hanya untukmu, tapi ini yang kau berikan untukku!" geram Jay.

Winona bergetar ketakutan di kursinya.

"mulai sekarang kita tak punya hubungan lagi, tunggu ajalmu untuk membayar harta ku yang telah kau gunakan" ucap Jay pada winona.

"apa maksud mu Jay?! kau pasti bercanda kan? Kau pasti telah di hasut oleh jalang itu kan?!" ucap winona.

"Berani-beraninya kau menyebut istri ku jalang, sialan" Jay marah saat istrinya si katakan seperti itu, ia menjambak rambut Winona.

"AAAAAKKKHHH!!!" jerit Winona. Rambut kepalanya rasanya akan copot saat itu juga.

PLAK

Jay menampar winona.

"cih menjijikkan." Jay mengelap tangannya menggunakan tisu.

"Habisi dia" ucap Jay pada bawahannya.

"Baik tuan" para pria itu sekali lagi menunduk saat jay pergi meninggalkan mereka.

"jadi dia yang membuat nyonya kita sengsara?" ucap salah satu pria di sana.

"cih, bahkan dia jauh lebih buruk dari yang ku pikirkan, nyonya bak bidadari jika di sandingkan dengan setan dari neraka ini" pria lainnya menyahut dan menatap jijik winona.

"benar, nyonya bahkan tidak bisa dibandingkan dengannya." mereka mengangguk setuju.

Between Time And Him (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang