BAB 7

295 24 8
                                    

Sejak peristiwa dimana saat Raka menjelaskan perasaannya, sedikit demi sedikit perasaanku mulai tenang. Tidak lagi terusik oleh kecemburuan yang kadang kala membuatku bersikap kekanakan. Saat ini pula persiapan pernikahan kami sudah berjalan hampir 40%. Aku mulai bisa berbaur dengan keluarganya terutama keponakan-keponakannya yang lucu dan menggemaskan. Begitu juga dengan Raka, laki-laki itu mulai akrab dengan Ayah dan Digta. Tidak jarang ketiganya sering terlibat pembicaraan, entah soal bisnis, club bola kegemaran mereka atau bahkan soal kuliah Adikku. Sering kali Airin juga turut hadir jika aku dan Raka mengadakan acara kekeluargaan.

Sikapnya yang tegas dan penuh wibawa saat dikantor berubah sangat sopan dan ramah jika sedang berinteraksi dengan kedua orang tuaku atau bahkan keponakannya. Seperti saat ini misalnya, keluargaku mendapat undangan di Minggu hari ini untuk bermain kerumah Raka. Sebenarnya acara ini diadakan atas usul Mbak Riyanti dengan alasan ingin mengenal aku dan keluargaku lebih dekat. Ayah pun menyambutnya dengan antusias dan gembira. Meski Nyonya Lidya, Mama Raka, tidak terlihat disini.

"Kamu benar akan menikahi Adik Mbak?" Kepalaku menoleh ke sumber suara, Mbak Riyanti datang sambil menggunakan celemek dan membantu menyiapkan makan malam yang sedang ku buat.

Wajah yang cantik serta mempesona itu tersenyum, mengisyaratkan kehangatan tanpa perlawanan. "Kenapa aku harus ragu, Mbak?"

"Aneh saja, dalam waktu dekat dia akan menikah sementara beberapa bulan yang lalu baru saja ditinggalkan kekasihnya itu."

Senyumku berubah kecut kala mengingat perlakuan Arshilla pada Raka. "Ya cinta kan memang buta, Mbak."

Gelak tawa terdengar dari orang yang berdiri disampingku. "Mbak tau, memang susah untuk tidak jatuh cinta pada Raka. Sejak pertama melihat kamu, Mbak yakin kamu dapat membawa dampak positif pada keluarga ini. Ya, mungkin mengembalikan hubungan yang hangat pada orang tua kami dan Raka."

Aku terdiam, tubuhku menegang saat mendengar penuturan Mbak Riyanti. Memang apa yang salah pada hubungan Raka dan kedua orang tuanya?

"Apa aku boleh bertanya, Mbak?" Kedua alis Mbak Riyanti terangkat, mempersilahkanku untuk mengajukan pertanyaan.

"Memang apa yang terjadi antara Raka dengan kedua orang tua kalian?" Itu pertanyaan biasa bukan? Wajar jika aku bertanya seperti itu, dengan alasan agar mengenal laki-laki itu lebih jauh.

Mbak Riyanti menggigit bibir bawahnya ragu. "Sebenarnya aku dan Raka bukanlah saudara kandung. Papa adalah Ayah kandung Raka sementara Mama adalah Ibu kandungku. Keduanya menikah pada saat aku berusia 17 tahun dan saat itu Raka baru berusia 12 tahun. Aku paham keadaan sesingkat itu tidak memudahkannya menerima kehadiranku dan Mama. Sering pula ia bersikap menunjukkan ketidaksukaannya pada Mama dan aku secara terang-terangan dengan menentang Papa dan jarang pulang kerumah. Meski begitu, aku tidak pernah sama sekali membencinya, justru aku menyayanginya benar-benar seperti Adik kandungku sendiri. Saat aku melahirkan Navia, barulah Raka mulai menerima sedikit kehadiranku ditambah dengan kehadiran Mas Adam yang tampak akrab dengannya. Dia sangat sayang pada Navia, pelan-pelan juga Raka mulai berubah. Semenjak kehadiran keponakannya, Raka mulai serius pada kuliahnya. Dia bahkan mengajukan dirinya sendiri saat Papa membuka cabang kantor baru dikota ini. Berita kehamilan keduaku membuat Raka benar-benar menjadi sosok yang dewasa. Begitu ku katakan bahwa calon keponakannya laki-laki, ia semakin menunjukkan perhatiannya pada keluarga kecilku. Hingga Rafa hadir, Raka benar-benar sangat berubah. Dia bahkan mau tinggal bersama kami setelah sebelumnya memutuskan untuk kost."

Ku hela nafas panjang saat mendengar cerita latar belakang Raka dari Kakak tirinya itu. Aku merasa apa yang Mbak Riyanti katakan benar adanya. "Maka dari itu Mbak percaya sama kamu bahwa Raka akan lebih berubah jika kamu mampu menguasainya dengan baik. Satu hal yang harus kamu tau, dia sangat mencintai anak-anak. Mbak berharap setelah kalian menikah, kamu cepat diberi momongan. Agar Raka semakin sadar bahwa ia diamanatkan untuk lebih bertanggung jawab."

AnotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang