sembilan

278 60 6
                                    

maaf ya lama update, lagi sering kedistract pas ada waktu luang.

selamat membaca.

Gracia menuruni tangga dengan setelan seragam rapi, tidak lupa dengan ransel yang sudah berada di bahu sebelah kanan. Dilangkahkan kakinya menuju ruang makan di dekat dapur, sosok pertama yang dilihatnya pagi ini adalah si adik bungsu dengan sarapannya.

“nambah lagi lah itu dek sarapannya” sapanya pertama kali

“hmm aku jam pertama olah raga gamau banyak banyak nanti kalau masih laper ke kantin selesai olah raga”

“percuma dong kalau gitu olah raganya” Gracia berjalan lalu menarik kursi tepat di samping sang adik. Baru saja mendudukkan tubuhnya, perasaan aneh menghampiri dirinya. Ada yang kurang pagi ini.

“adek?”

“hmm?” jawab chika tanpa mengalihkan fokus dari piringnya.

“ci shani belum turun? Tumben” terdapat sedikit kekhawatiran disana, tidak biasanya si sulung menjadi yang terakhir bergabung di meja makan pagi ini.

“kata mbak ada piket osis makanya berangkat pagi banget” gracia mengangguk paham, kemudian mengambil piring untuk ikut sarapan dengan sang adik, hanya berdua.

Chika lantas menoleh kesamping, memperhatikan sang kakak, “cici ga ada curiga gitu?”

Gracia balik menatap, sepertinya akan lebih serius, “curiga soal apa?”

“bisa jadi cici shani marah sama adek makanya gamau gabung sarapan pagi ini”

“gaboleh gitu, nanti biar cici yang pastiin di sekolah, soal semalam gausah dipikirin kalau emang beneran ci shani marah nanti kita bujukin bareng”

“okee, i trust u bro” balas chika memberikan dua jempol kepada kakak keduanya. Gracia membalas dengan tertawa singkat. Kali ini ia akan benar benar mengusahakan memperbaiki yang perlu, kejadian semalam yang belum pernah ia lihat sebelumnya membuatnya yakin untuk mengambil langkah lebih serius.

Gracia harus menerima fakta jika sarapannya pagi ini dibarengi dengan pikirannya yang dipenuhi oleh beberapa hal yang mungkin akan terjadi beberapa waktu kedepan. Pernyataan sang adik jika sang kakak sulit ditebak secara emosional dan juga pernyataan dari kedua teman sang kakak jika si sulung sulit untuk diingatkan beberapa waktu lalu sedikit banyaknya membuat gracia takut akan salah langkah dalam menyikapi sang kakak.

---

Seseorang menghentikan gracia di depan gerbang sekolah sebelum memasuki area sekolah. Gracia memejamkan matanya sebentar untuk meredam emosi di dirinya karena telah dikagetkan, untung tidak menabrak orang yang sudah menghentikannya tanpa memberi aba aba. Dirinya membuang kasar kala melihat pelakunya ialah sosok dikenalnya.

“ada yang bisa dibantu kakak osis?” tanya gracia dengan seramah mungkin.

“jaketnya tolong dilepas sebelum masuk area sekolah”, Gracia menurut, di lepas lalu dimasukkan ke dalam tasnya lalu kembali memandang sosok yang berdiri di sampingnya.

“jika sudah silakan ke area parkir motor siswa” ucapnya lalu berlalu begitu saja meninggalkan gracia yang masih dibuat tidak percaya oleh kejadian barusan.

“biasa aja dong liatnya” tegur seseorang kala melihat Gracia memperhatikan sosok yang telah berlalu dengan sangat lekat.

“eh kak jinan” gracia menoleh.

“itu kakak lo semenjak orang tua kalian pergi, makin menjadi pas lo tinggal ke luar negeri” jelas jinan sambil memperhatikan shani yang melaksanakan tugasnya untuk mengecek siswa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teka - TekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang