Chapter 2

922 113 13
                                    

-Distorsi-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Distorsi-

Pada malam yang belum terlalu dalam itu, kota Seoul di sapa oleh deru hujan yang menampari permukaan bumi dengan begitu bringas. Menghajar bersama angin kencang, seolah menggambarkan suasana hati pasangan suami istri yang sedang menerobosnya dengan sebuah mobil hitam yang melaju di atas aspal.

Pengemudi di dalam mobil itu bersama seorang putrinya bernama Kim Ji Won yang dengan setia diam mendengar gerutan ibunya atas kekecewaan mereka setelah meninggalkan kediaman Keluarga Kim tak sampai 10 menit bertamu.

Semesta seolah mendukung kemarahannya yang terus memberi sumpah serapah kepada seseorang bernama Kim Soo Hyun, dan menurut mereka telah merendahkan putri kesayangan yang bahkan tak merasa tersinggung itu.

Berbeda dari kedua orangtuanya yang terbakar oleh amarah, sosok Ji Won justru duduk tenang dan diam di belakang kemudi. Menikmati sumpah serapah sang ibu kepada Soo Hyun sambil melipat tangan di depan dada.

"Dia merendahkanmu, dan kau masih setenang itu?"

Akhirnya sang ibu melampiaskan juga kekesalan itu kepada Ji Won yang tak berkomentar apapun. Perasaan jengkel itu semakin menjadi melihat Ji Won justru mengangkat kerutan kening menatap Min Seo.

"Dia pria pilihan kalian, dan seingatku kalian sebut sangat sopan dan baik hati", balas Ji Won mengolok, mengabaikan saat sang ibu memberinya serangan tatapan, "mungkin yang menurut kalian yang terbaik tidaklah benar-benar baik", lanjutnya sambil menerima uluran tangan sang ayah yang mencoba meraih tangannya.

"Aku benar-benar marah atas apa yang pria itu katakan tentangmu, sayang"

Tae Young berusaha menghibur Ji Won yang bahkan tak merasa perlu dihibur. Gadis itu hanya tersenyum paksa yang memusatkan perhatian kedua orangtuanya padanya lagi.

Sebuah reaksi yang tidak pernah mereka pikir akan diberikan Ji Won.

Sekarang bukan waktu yang tepat bagi Ji Won tersenyum, bukan?

Terutama setelah sekian lama Ji Won belum pernah tersenyum sebanyak itu lagi. Ada apa dengan emosi gadis ini, perlukah mereka meminta Ji Won ke psikiater lagi?

"Ada apa? Kau membuatku bergidik", komentar sang ibu pada perubahan suasana hati Ji Won yang cenderung membuat mereka bertanya. Tersenyum dengan cara itu bukanlah salah satu cara putri mereka menunjukkan emosi selama ini.

Dari pada kebiasaan Ji Won yang biasanya cenderung diam, tanpa ekspresi, tidak tertarik dengan apapun, melihat gadis itu tersenyum menjadi lebih menakutkan bagi mereka.

"Aku hanya penasaran, sehebat apa wanita itu sampai dia menolakku"

Jawaban singkat yang mengejutkan ayah serta ibunya dengan hebat. Menohok mereka pada suatu keyakinan, bahwa reaksi ini di luar dugaan dan pertanda sesuatu.

"Oh ayolah, sayang"

Tae Young yang bisa membaca maksud Ji Won menggeleng, "pria seperti itu tidak akan bisa mengerti keadaanmu", lanjutnya yang terus merasakan ke khawatiran yang sama seperti di wajah istrinya yang syok mendengar Ji Won.

DISTORSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang