"Dohoon nggak masuk hari ini."
Junghwan menghela napas kesal sambil memandangi papan besi bertuliskan 11 IPS-1 yang menggantung di atas pintu. "Ada surat izinnya?"
Gadis itu menggeleng dan Junghwan berterima kasih lalu pergi. Namun, langkah Junghwan terhenti saat mendengar kalimat interogatif itu.
"Kamu kakaknya? Kenapa baru cari Dohoon sekarang?"
Junghwan menoleh cepat. "Saya bukan kakaknya. Kenapa kamu sok tahu?" tanyanya ketus.
Si gadis terbelalak. Ia buru-buru membungkuk sedetik kemudian. "Maaf, Kak. Saya kayaknya kebawa emosi gara-gara kemakan komentar anak-anak."
"Komentar apa?"
"Ah, maaf. Itu... itu cuma... ya, biasalah obrolan daring... ngomongin hal-hal random."
"Oh." Junghwan mengangguk, berbalik badan, dan berjalan menjauhi kelas itu bersamaan dengan bel tanda berakhirnya waktu istirahat.
Selama pelajaran terakhir hari itu, konsentrasi Junghwan tidak fokus pada penjelasan guru. Eksistensi Kim Dohoon benar-benar mengusik ketenangannya. Nama anak itu berulang kali disebut oleh orang-orang di sekolah. Mereka juga hampir selalu menanyakan hubungan dirinya dengan Dohoon.
Mungkin masalah akan selesai hari ini jika Junghwan bisa menemui dan berbincang sebentar dengan anak itu. Namun, anak itu malah absen. Ia tidak memasang foto di profil siswa pada aplikasi belajar sekolah. Ia juga tidak membuat kartu pelajar. Keberadaannya seolah menolak untuk dilacak. Apakah berlebihan jika Junghwan bertanya ke bagian arsip sekolah atau berniat datang ke panti asuhan anak itu untuk mencari info?
"Minggu depan kita kuis ya! Pelajari materi hari ini."
Pengumuman itu menjadi kalimat penutup pertemuan hari ini. Para siswa berseru kaget, beberapa di antaranya berdecak sebal.
"Gila ya?! Baru pertemuan pertama loh!" seorang siswa berteriak kesal setelah guru tadi meninggalkan kelas.
Ketika Junghwan sedang menutup buku paketnya dan memasukkan alat tulis serta buku-bukunya ke dalam tas, teman sebangkunya berkata, "Mending homeschooling."
Junghwan tertawa hambar. "Orang sering pengen ngerasain yang dirasain orang lain ya? Belum tentu juga kamu cocok sama homeschooling."
"Ya kan pengen aja."
"Iya, bebas sih."
"By the way, guru tadi killer. Soal ujiannya susah, nggak ketebak."
"Nggak bisa belajar pake soal tahun lalu emang?" tanya Junghwan.
"Percuma."
"Tapi kamu punya nggak soal tahun lalu?"
Pemuda di hadapan Junghwan meringis, "Nggak--Eh! tapi kalo lo mau, coba cari aja di deep web-nya SMA kita."
"Deep web apaan?"
"Ya liat aja isinya banyak yang nggak waras!"
Junghwan memperhatikan temannya yang sedang mengetikkan sesuatu di ponsel. Tak butuh waktu lama hingga layar menampilkan beranda sebuah website berlatar belakang hitam. Junghwan meraih ponsel itu dan menggulir layar ke atas-bawah. Tampilannya setipe dengan reddit. Ada banyak pengguna yang saling berinteraksi dengan nama serta foto profil samaran. Di sana Junghwan melihat berbagai macam topik dibicarakan, mulai dari hal sepele seperti minta rekomendasi lagu untuk teman belajar sampai rekomendasi teman dan hotel untuk bercinta.
Junghwan melongo.
"Siapa yang buat ini?"
Dan tentu saja seperti dugaan Junghwan, temannya menggeleng tidak tahu.
"Web ini belum ada dua tahun. Nggak tau deh siapa yang bikin. Membantu banget, asli. Tinggal pinter-pinter cara pakainya aja."
Junghwan ber-oh pendek. Jika website itu menyediakan semua informasi tentang sekolah, bukan tidak mungkin informasi tentang Dohoon ada di sana terlebih lagi anak itu cukup populer.
"Ah, maaf. Itu... itu cuma... ya, biasalah obrolan daring... ngomongin hal-hal random."
Junghwan mencatat nama website itu dalam ingatannya dan bergegas pulang ke rumah.
•••
*note*
Halooo, terima kasih sudah mampir! Ini pertama kalinya aku buat FF grup hehe karena biasanya 97 line terus. Salam kenal ya buat yang baru pertama kali baca work aku!! ^^ jangan sungkan mampir ke wall dan jbjb (aku gak gigit). Jangan sungkan juga kalo mau kasih saran dan kritik. All your feedbacks are apreciated ^^ see u.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANONYMOUS 247
Mystery / ThrillerTWSー, Shin Junghwan tidak ingat apapun tentang masa kecilnya sampai komentar dari akun Anonymous247 memanggilnya dengan nama panggilannya dulu. Dan ada apa dengan angka 247? Mengapa angka itu seolah menyeretnya untuk mengulik masa kecilnya? Brother...