2.

253 2 0
                                    

"Papa!" Pekik Caitlin sembari berlari saat melihat sang ayah menjemputnya, dan dengan senang hati laki-laki disebrangnya merentangkan tangannya dengan lebar, menyambut putri satu-satunya

"Caitlin!" Sapa pria paruh baya itu lalu menerima hamburan pelukan sang putri

"Papa gimana kabarnya??"

"Baik dong, sayangnya papa gimana?"

Mereka banyak berbincang kecil, Kevin, ibu dan ayah, begitupun Caitlin sendiri, mereka juga banyak membicarakan hal aneh sepanjang perjalanan, dan Caitlin yang tampak menikmati kondisi jalanan London, terlebih lagi apartemen mereka disana.

....
"Kamu masih modelling sayang?" Tanya sang ayah tiba-tiba

"Yeaa, lumayan buat uang tambahan"

"Masih kurang uang dari papa?"

"Bukan gitu papaku sayang, tapii Caitlin dirumah sendiri kan, papa kerja, mama juga kadang sibuk kumpulan sama temen-temennya, kaka juga sama kaya papa, kerja terus, Caitlin modelling biar ada kegiatan aja"

"Papa mau kamu berhenti modelling ya?" Ucapan lelaki paruh baya itu berhasil membuat Caitlin yang sedang berada didapur menoleh padanya lalu berlari menghampirinya

"Kok gitu? Kenapa? Tiba-tiba banget?"

"Caitlin, papa ga suka liat kamu kerja, papa tau kamu enjoy ngejalaninnya, tapi papa bener-bener ga setuju kamu kerja"

"Why? I like that, its not a big problem, don't worry about me, dad"

"Kalau papa bilang engga ya engga, ga usah ngeyel" celetuk Kevin yang baru keluar dari kamarnya

"Fine.." final Caitlin, jika kakaknya yang sudah bersuara, Caitlin benar-benar tidak bisa membantah, Kevin terlalu tegas untuknya, sifat Kevin yang tegas menurun dari mamanya

But c'mon, its 2024, Caitlin hanya ingin menjalani harinya dengan tenang, ya walaupun tidak akan bisa tenang jika harus berhadapan dengan heels 15cm miliknya, tidak apa baginya untuk tidak melakukan kegitan itu lagi, tapi pasti hidupnya akan kembali kesepian seperti bagaimana sebelumnya

"Pa, boleh ga kalo Caitlin pulang lebih awal dari kalian? I mean, Caitlin tanggal 17 harus udah pulang, please?" Pintanya dengan wajah berbinar

Laki-laki paruh bawa itu mengangkat jari telunjuknya dang menggoyangkannya didepan wajah Caitlin, "No, Caitlin"

"Pa, its Helen b'day, u know Helen? My bestie! Its about Helen!" Ucapnya berulang kali

"Helen ulang tahun tanggal 22, Caitlin, don't lie to me"

"Pa, kita harus siap siap, kita belanja, baju, make-up, shalon, argh C'mon" mohonnya lagi

"20"

"17"

"Tanggal 20 Caitlin"

"17 please?"

"20 atau kamu mau stay disini sampe bulan depan"

"ARGH! Fine! Tanggal 20 okey? 20!" Dengan kesal ia pergi kekamar kakanya dan mengambil dompet berbahan kulit berwarna coklat itu

"Kak! Caitlin pinjem dompetnya ya!" Teriak Caitlin mengambil dompet kulit berwarna coklat milik kakanya, lalu berlari keluar dari apartemen itu

Caitlin mengambil, memilih, mencoba semua barang kosmetik dan skincare yang ia liat di Sephora London, ini adalah surga untuknya, dia juga banyak membeli cemilan dan minuman untuk dirinya saat ia suntuk, karna ia tau, ia hanya akan datang diacara opening perusahaan papanya saja, dan tidak akan mau jika diajak ke acara lain.

Gadis itu berjalan gembira dengan kedua tangannya yang penuh dengan kantong belanjaan, dengan sepatu boots coklat yang ia padukan dengan mini dress membuatnya terlihat elegan dan cantik.

Caitlin memang menjadi siswi SMA semester akhir, tapi dia tidak pernah melakukan hal yang diluar batasannya, merokok, meminum alkohol, bahkan untuk berpacaran saja dirinya tidak pernah, tapi ia tidak pernah suka jika dipanggil gadis lugu dan polos hanya karna tidak mengikuti cara bergaul teman-temannya di sekolahnya.

Gadis itu membuka pintu apartemen mewah tempatnya beristirahat, menaruh semua belanjaannya kedalam kamarnya, lalu mengembalikan dompet sang kakak kekamarnya

"Ni kak dompetnya, thanks brother!"

"Ur welcome, my only one sister" jawab sang kaka yang tengah bersandar diatas kasurnya, dengan laptop yang ia pangku

"Tumben ga marah"

"Karna marah ke anak bayi cuma bikin sakit kepala karna dengerin ocehan dia yang ga mau kalah"

"Aw! U got me, thanks again"

Ia keluar dari kamar yang terasa hampa itu, lalu kembali kekamarnya yang sudah penuh dengan belanjaan miliknya tadi, ia membuka salah satu papperbag yang berisikan sheetmask lalu ia masukkan kedalam kulkas kecil yang berada dikamarnya

Caitlin mulai membersihkan wajahnya dari segala makeup yang ia kenakan dengan teliti, tak ia biarkan ada noda make up sisa yang akan membuat kulit wajahnya berjerawat nantinya, ia juga bergegas untuk mandi setelah merasa puas membersihkan wajahnya

....

CAITLIN POV

"Finally!" ucapku sembari merebahkan tubuhku dengan sheetmask yang ia pasang diwajahku

Ini benar-benar surga dunia untukku, sensasi dingin yang membuatku rileks, tak lupa dengan cemilan dan memutar movie kesukaanku, aku mulai berfikir, akan sangat menenangkan untuk dirinya jika ia tidak kejar-kejaran dengan pekerjaannya sebagai model.

"Mau berhenti kerja atau ga, uang bulanan bakal terus jalan Caitlin, tenang Caitlin, papamu bukan orang miskin" gumamku pada diriku sendiri

*ddrrtt

"Helen!" Antusiasku saat mengangkat telfon diponselnya

"Hai! Ah Caitlin, hari ini bener-bener bikin muak, beruntung papa lo orang sibuk!"

"Wait, what?"

"U know Cello? Dia ngacau lagi hari ini, gangguin gue, bikin marah Miss Gisel, ditambah kita semua harus kena razia dadakan gara-gara dia ketauan ada vape jatoh dari tasnya" Helen bercerita dengan wajah yang memerah dan emosi yang berapi-api

"Udah ga heran sih kalo Cello yang gitu"

"Lo ga lupa kan kalo gue bentar lagi ultah?"

"of course! I never forgot about ur birthday, Aku udah bilang kok ke papa ku buat pulang tanggal 20"

"Good! And by the way Caitlin, i call you later, okey?"

"Why?"

"My boy is calling me, babay dear!"

Helen memutus telfonnya sepihak, aku pun sudah biasa mengalami, Helen sering meninggalkannya jika sudah bertemu pacarnya, but its okay, selagi itu membuat sahabatnya senang, itu juga akan membuatnya senang.

....

Tbc..

LIMBO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang