1

17 3 1
                                    


S A T U

S A T U


"Matanya bulat seperti bulan purnama, setiap kali beradu tatap, akan membuat siapapun tersadar kalau dia akan tenggelam dalam keindahan."
-Silent Side-




Seorang laki-laki tengah mencorat-caret kertas yang ada didepannya dengan perrasaan sedikit gusar, karna pikirannya hanya tertuju pada satu orang yang sekarang tengah coba dia tuangkan menjadi gambar yang sempurna dan indah. Kelas akan disibukkan dari jam 07:30 dan dia sudah berada di sekolah sejak jam 06:30. Sudah hampir 2 tahun dia bersekolah disini, dan kelas akan benar-benar ramai saat waktu menunjukkan 07:25 hampir masuk.

"Everyone Ohayo!" Suara itu berhasil membuat semua orang memberikan atensi mereka pada gadis yang hari ini datang dengan rambut di biarkan tergerai dan mengikat beberapa helai rambut dengan sebuah pita berwarna merah muda yang lucu. Amerta.

"Ohayo!" Gadis itu tersenyum ramah ketika sapaannya dibalas.

Dia cepat-cepat menutup buku sketsa ketika Amerta berjalan mendekat, tersenyum simpul sesaat setelah Amerta duduk disampingnya. Gadis lucu.

Sekotak susu coklat tergeser sampai tepat didepan gadis itu, "Ahk susu coklat. Makasih Isaa." Menerimanya dengan cepat dan langsung menikmatinya tanpa pikir panjang adalah kebiasaan Amerta saat diberi sesuatu. Katanya, bentuk menghargai pemberian. "Ohh iya Jisa, liat! Lucu'kan?" Tanyanya sambil memperlihatkan rambutnya yang diriasi dengan pita merah muda itu.

"Iyaa lucu."

"Emang 'kan Amerta lucu." Ucapnya dengan senyum sumringah. Jisa hanya memutar bola mata jengah, menjadi kebiasaan Amerta jika dipuji yaa akan seperti ini. Tingkat kepercayaan dirinya langsung naik setinggi-tingginya. Padahal pendek.

Jisa melihat gadis itu membuka buku bersampul biru dengan senyum simpul. Bentuk wajah oval, dengan mata bulat seperti bulan purnama, hidung kecil, bibir merah muda yang tipis dibagian atas dan tebal dibagian bawah, alis yang mungkin sekarang di rias dengan pensil alis dan rona pipi yang dipoleskan dengan rapih dan di buat senatural mungkin. 

Amerta Leviathan sangat cantik.

"Jisa-san. Dengerin gue." Jisa mengangkat kedua alis nya sambil membenarkan tata letak kacamatanya yang tiba-tiba turun. "Kemarin malem gue nonton anime, seruu banget sumpah. Lo wajib nonton soalnya gue ngerekomendasikan supaya lo tonton." Jelas Amerta dengan menggebu.

"Judulnya apa emang?"

"Maboroshi. Ceritanya tuhh yaa ada sebuah kota di jepang yang ternyata kota itu hanya sebuah ilusi belaka. Musim dan waktu seolah-olah berjalan lambat, dan setiap ada warganya yang merasakan putus asa atau sakit hati akan penolakkan atau kegagalan disitu bakalan muncul retakkan dilangit dan asap yang membentuk kaya naga dan melahap habis orang itu lalu menghilang tanpa jejak tepat setelah asap itu berhenti di pabrik baja yang udah ngga di gunakan lagi. Dan ada yaa anak kecil yang tersesat masuk kekereta dan ternyata anak kecil itu dari masa depan yang nyata."

"Maksudnya gimana sihh?"

"Ngga ngerti'kan? Sama gue juga." Cengirnya tanpa  dosa.

"Kok bisa lo liat anime kaya gitu?"

"Soalnya gendre nya disukai sama crush gue,  alhasil gue juga harus liat meskipun ngga ngerti bakal gue usahain buat ngerti, supaya nanti kalo dia datang dengan luka gue bisa dengerin cerita dia dan nemenin dia nonton anime yang dia suka." Amerta tersenyum. Mungkin jika Amerta membicarakan hal itu dengan orang lain pasti gadis itu di kira tulus dan punya cinta yang besar. Tapi bagi Jisa, gadis itu tertekan, senyumnya tidak setulus biasanya.

Jisa tau Amerta bagaimana.

"Merta. Lo ngga harus gini. Lo bisa ngelakuin apa yang lo mau dari diri lo sendiri, lo jangan mempelajari suatu hal demi orang lain yang notaben nya sama sekali ngga liat lo. Lo ngerasa ngga kalo lo itu ngga tau apa yang lo mau?"

Amerta terdiam.

"Jangan membebani pikiran lo Merta. Lo jangan jadi orang lain karna lo bakalan kehilangan jati diri lo sendiri." Laki-Laki itu menarik kedua pipi Amerta agar melihatnya. "Gue lebih suka Amerta yang mikirnya makan, belajar, tidur, mimpi. Daripada Amerta yang terbebani dan cuma mikirin cowo yang ngga jelas kaya crush sialan lo itu."

Saat ini manik mata gadis yang ada didepannya ini terlihat kosong, seolah-olah dia melihat Cermin yang hanya memantulkan dirinya sendiri.

"SIAPA YANG MERUSAK MAKHLUK LUCU INI!" Ucap laki-laki itu sambil mencubit dua pipi Amerta dengan gemas.

"Ahk Jisaa sakit!" Mencoba melepaskan diri dari cubitan laki-laki itu dengan memukul bahunya. Sang pelaku hanya bisa tertawa mendapati Amerta menggerutu tidak jelas merapalkan sumpah serapah.

Jisa sialan.

-silent side-

Dua sejoli itu menutupi muka dengan buku bacaan di perpustakaan sekolah. Bukan apa-apa hanya saja lelaki itu terpaksa ikut mengawasi siswa yang bahkan sama sekali tidak ia kenali karna Amerta menarik nya paksa.

Siswa kelas 12 MIPA itu adalah pria yang diincar Amerta. Laki-laki tinggi yang mungkin setara dengan Jisa. Jisa akui dia tampan tapi yaa setampan-tampannya lelaki kalau sama sekali tidak memberikan respon yang setimpal atas pemberian cinta yang tulus dari seorang wanita yang bahkan dengan bodoh nya membiarkan dirinya sendiri tertekan demi rasa sakit yang tidak setimpal dari rasa cinta yang dia beri, dia sama sekali bukan lelaki yang baik.

"Saa liat ihh  Jisaa liatt!" Amerta menarik kepala Jisa yang sedari tadi sibuk membaca buku bacaan yang dia pilih. "Liat! Inget yaa kita tuh ke perpustakaan bukan buat baca tapi ngawasi crush gue!" Amerta menekan suara nya kuat-kuat.

"Cewe itu siapa Mer?" Jisa mulai mendekatkan diri kearah Amerta yang sekarang sudah menutupi sebagian mukanya dengan buku novel.

"Dia itu cewe yang lagi dideketin sama crush gue, padahal yaa Sa dia itu tukang selingkuh, rumornya dia pernah ketangkap lagi jalan sama orang yang lebih tua." Jelas Amerta sepelan mungkin karna kembali lagi mereka ada di perpustakaan.

"Kok bisa lo tau?"

"Rumornya udah menyebar sampe sekolah lain. Makanya dia ngga punya temen. Mungkin kasian kali yaa crush gue, makannya dia nemenin tuh cewe bangke." Amerta mencebir tak jelas.

"Mungkin juga crush lo emang suka." Jisa mengatakannya dengan gamblang yang berhasil membuat Amerta menoleh dan menaruh jari telunjuknya kedahi Jisa dan mendorong wajah laki-laki itu.

"Muka lo terlalu deket." Menunjukkan wajah yang jengkel.

Menyugar rambutnya ke belakang laki-laki itu bertanya "Kenapa ganteng yaa?" Sambil menaik-turunkan alis setelah sebelumnya membenarkan tata letak kaca matanya.

"Kenapa ada manusia se-pede lo? Muka lo itu terlalu deket sampe sampe nafas lo nyentuh kulit leher gue!" Amerta meninggikan suaranya dan mulutnya berhasil dibekap Jisa.

"Woi kalian! Kalo mau debat mending keluar ganggu tau ngga?!" Tegur salah satu siswa yang merasa terusik.

Amerta melirik kearah Crush nya setelah sebelumnya dia berhasil melepaskan diri dari bekapan Jisa ,  dan ternyata crushnya tengah melihat kearahnya. Amerta langsung berpaling dengan muka yang merah.

"Yaa udah diusir Mer. Ayo keluar." Jisa menarik tangan Amerta yang mungkin sudah salah tingkah. Setelah keluar tepat setelah Jisa melepaskan tangan nya, Amerta berteriak histeris sampai-sampai Jisa harus menutup mata dan telinganya karna berisik dan malu sebab teriakan Amerta berhasil mengundang atensi orang-orang yang berlalu lalang.

Amerta memang sesuka itu dengan laki-laki itu. Jisa hanya tersenyum simpul.

-

Ditulis : minggu 23 juni 2024

-

Tertanda:

Shiva Vhisanipa🐩

Silent SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang