02

13.7K 818 11
                                    


Kali ini pagi terlihat sangat cerah, daun pepohonan bergoyang karena hembusan angin, disebuah kamar bertema-kan langit, masuk cahaya matahari dari celah-celah jendela.

Terlihat buntelan selimut yang didalam nya adalah pemuda yang sangat cantik dan lucu, ya liel dia Gabriel.

Perlahan mata hazel yang berkilau itu terbuka karena terganggu sinar matahari yang masuk.

"Engh, sudah pagi?" Tanya nya entah kepada siapa.

"Baiklah liel sudah cukup untuk istirahat nya sekarang saat nya bekerja" ucap liel menyemangati diri nya sendiri.

Gabriel bekerja untuk memenuhi kebutuhan nya sehari-hari, ia bekerja sebagai juru masak di salah satu restoran terbesar di Kota itu. Jika ditanya "bekerja? Apakah Liel tidak sekolah?" Jawaban nya tidak.

Liel bisa menempati restoran itu dengan gelar juru masak adalah karena ketidak sengajaan kepala restoran mencicip masakannya.
Sebelum Liel bekerja di sana.

Liel adalah pekerja dengan menjajakan berbagai macam kue dengan cara berkeliling. Kepala restoran yang saat itu sedang kelaparan dengan sengaja membeli kue jualan Liel, mengetahui rasa kue Liel yang sangat lezat kepala restoran memiliki rencana untuk mengajak Liel bekerja ditempat nya.

Karena umur Liel yang belum mencapai usia sepatutnya bekerja, maka biasanya pekerjaan nya digantikan oleh yang lain untuk meringankan pekerjaan nya itu.

Sudah sering kali teman sekerja nya berkata bahwa ia tak harus mencari uang diumur nya yang seharusnya masih sekolah itu. Tapi Liel tetap kekeh dengan alasan "bertahan hidup".

Baiklah, katakan bahwa Liel adalah orang yang dikasihani oleh kepala restoran itu. Sehingga Liel, bisa menjadi juru masak disana. Kemampuan memasaknya tak mungkin bisa langsung membuat ia bekerja mengetahui umur nya itu masih 13 tahun.

Dalam sebuah Mobil mewah seorang pria duduk dengan serius memangku laptop nya, entah apa yang pria itu ketik.

"Tuan Barra" panggil seseorang yang duduk didepan kursi Mobil itu.

Ya pria itu adalah Barra Patra Greyson, pria 52 tahun yang memiliki Tiga anak. Ia disegani dibeberapa negara, itu karena banyak kemampuan yang ia bisa kendalikan dan mendapat julukan "kaya tak habis" artinya kekayaan yang bahkan jika sampai anak cucu nya nanti tidak akan habis.

"Hm?" Hanya itu yang dilontarkan Barra untuk menjawab panggilan dari assistant nya itu.

"Hari ini, kita akan mengadakan rapat untuk membahas tentang kerja sama yang-" jelas si assistant yang diketahui nama nya adalah Damian.

"Atur oleh mu Damian" potong Barra saat Damian akan menjelaskan secara rinci pertemuan tersebut.

"Baik Tuan" jawab Damian dengan tegas.

Tidak seperti biasa, di restoran tempat liel bekerja dikumpulkan semua pekerja restoran itu untuk diberi tau pengumuman penting.

"Semuanya, hari ini kita kedatangan tamu spesial, bersikap lah dengan baik. Saya harap tidak satu dari kalian membuat masalah!" Pemberitahuan dari Leader restoran kepada semua pekerja restoran.

"Baik!" Jawab serentak semua pegawai tanpa terkecuali.

"Tamu nya siapa ya?" Gumam liel bertanya kepada dirinya sendiri.

"Tuan, kita sudah sampai" ucap Daniel mengingatkan Barra.

Barra tak menjawab ia hanya menatap Daniel sebentar, lalu langsung turun dari Mobil.

Ia berjalan dengan elegan dan ketika masuk ia disambut barisan rapi didepan pintu yang mengatakan...

"Itu Barra, ingat perkataan ku tadi" ucap Leader restoran mengulang.

"Baik!" Hanya beberapa orang yang menjawab, selebihnya membenahi diri mulai dari pakaian atau Gaya rambut.

"Selamat datang Tuan!" Ucap serempak dengan menundukkan badan, menyapa dengan sopan.

Tetapi pandangan Barra terfokus kepada pemuda diujung yang sangat kecil, dia lucu dan manis.

Ketika semua sudah menegapkan badan kembali, Liel pun sama. Tatapan mereka bertemu dan Barra tersenyum tipis, sangat tipis sampai tidak satu pun orang menyadari ia tersenyum.

Barra berjalan dengan mengikuti arus yang pekerja restoran itu buat. Ketika melewati Liel Barra berhenti sejenak

"Kenapa Tuan? Apakah ada yang mengganjal?" Tanya Damian sigap.

Tanpa menjawab, Barra mengelus surai lembut Liel dengan lembut lalu melanjutkan jalannya yang sempat tertunda tadi.

Semua orang menatap Liel dengan tatapan yang bermacam-macam setelah kejadian tadi. Ada yang menatap benci, ada yang bangga dan lain sebagainya, Liel hanya acuh tak acuh toh menurut nya itu biasa saja.

"Tuan ini hidangan yang anda pesan" ucap seorang waitress.

Lagi-lagi Barra tak menjawab.

Semua berjalan lancar sampai terakhir perbincangan Barra dengan rekan kerja nya, sekarang rekan kerja nya sudah pulang. Dari awal ia memakan hidangan yang dihidangkan restoran ini, tak henti-henti nya ia memuji keenakan makanan nya.

"Damian" panggil Barra.

"Ya Tuan?" Saut Damian.

"Panggil juru masak yang memasak hidangan ini" titah Barra.

"Baik, Tuan" jawab Damian.

"Hey, siapa yang memasak hidangan Tuan Barra tadi?" Tanya Damian mencegat seorang waitress yang lewat di hadapan nya.

"Gabriel, namanya Gabriel Tuan. Jika boleh tau kenapa Tuan bertanya?" Jawab dan Tanya waitress itu.

"Panggil dia kemari" titah Damian.

"Baik Tuan" jawab waitress itu.

"Liel kamu dipanggil assistant Tuan Barra" ucap waitress itu menepuk pundak Liel.

"A-ah, tapi kenapa? Apakah Liel membuat kesalahan?" Tanya Liel dengan muka yang ketakutan.

"Entahlah, aku tadi bertanya tetapi dia tak menjawab, lebih baik kamu segera kesana. Jangan membuat Mr.Barra menunggu Gabriel" jawab dan titah nya di akhir.

"Baiklah" putus Liel dengan kepasrahan.

"Tuan dia datang" ucap Damian.

"Ya, aku melihatnya" jawab Barra

"T-tuan apakah ada kesalahan yang saya buat di hidangan anda, sehingga saya di panggil kemari? Jika ada saya minta maaf Tuan, sa-"

B'BIEL (TIDAK SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang