02. Berakhir?

195 124 115
                                    

Luvienes,
JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE & KOMEN !!!

— HAPPY READING —

Serahkan flashdisknya, saya akan menyebarkan keburukan perusahaan itu tapi anda tidak bisa melakukannya sendiri maka itu sia-sia.

Marah, hancur, sedih dan perasaan campur aduk tidak terima dengan kenyataan yang menimpa ayahnya.

Naira mengepalkan tangannya dengan kuat, setetes air mata kiri jatuh membasahi pipinya yang lembut merona, menatap laptop email anonim lalu menatap ke jendela dengan tatapan kosong.

Hening....

Dia kemudian berbalik menuju tempat Bundanya berada.

Keluar dari pintu kamar, saat melihat pemandangan ini seluruh tubuhnya terasa membeku. Angin sepai-sepoi tidak karuan, jendela terbuka dengan sendirinya menyelimuti mereka berdua dan gorden bergoyangan terasa hawa sangat dingin serta suara hujan sangat berisik.

Bunda yang masih dilantai dengan marmer dingin menundukkan wajahnya, tidak ingin putrinya melihat wajahnya yang lebam dan banyak luka-luka disekujur tubuh yang terkena pecahan perabotan kaca.

Kaki tergores pecahan, dahi berdarah, pipinya terkena tamparan keras meninggalkan bekas dan pemandangan ini sangatlah mengerikan

Naira-pun menghampiri Bundanya "Bunda.... Apa yang sebenarnya dalam file flashdisk itu?" Rintih Naira yang penasaran.

Bunda menatap ke Naira dengan berani "Kamu ingin tahu?" Tanyanya, Naira mengangguk-ngangguk.

"Berhentilah, berhentilah mencari tahu kematian ayahmu, itu berbahaya. Biarkan orang lain yang melakukannya" Dia tidak ingin membahayakan putrinya untuk mencari tahu kematian ayahnya.

"Orang lain? Maksudnya email anonim? Kenapa, kenapa aku tidak boleh tahu tentang kematian ayahku?" Teriak Naira, napasnya tersengal-sengal.

Beribu-ribu tanya tapi kenyataannya Bunda hanya diam, diapun langsung berdiri mengabaikan putrinya. Menaiki beberapa anak tangga menuju kamarnya, mengabaikan rumahnya yang terlihat berantakan.

"Baiklah, aku akan mencari tahu sendiri. Bagiku kematian ayahku tidak adil" Teriak Naira, Bunda berhenti melangkah yang menaiki beberapa anak tangga.

Bunda menatap tajam ke arah putrinya dibawah, mata mereka bertemu. Bunda yang terlihat santai seolah-olah tidak ada yang terjadi dan Naira matanya terlihat sanyu berlinang air mata, beribu-ribu pernyataan yang ada diotaknya.

"Jika Bunda kasih tau, kamu tidak akan melakukan tindakan yang bodoh kan? Berjanjilah" Naira-pun mengangguk-ngangguk.

"Sebelum orang itu meninggal, dia meminta ayahmu untuk menjaga perusahaan itu tetap aman"

"Jika terjadi hal buruk pada perusahaan itu, harus ada yang bertanggung jawab namun tidak ada yang mengakuinya"

"Jadi file yang ada di dalam flashdisk itu adalah berisi penggelapan dana perusahaan, ayahmu sudah lama mengawasinya." Ujar Bunda panjang lebar.

"Kenapa, kenapa harus ayah dari sekian banyak orang?" Tanya Naira, kakinya menghentakkan selangkah.

Bunda-pun menjawab dengan cepat "Karena ayahmu berutang budi, kamu tidak tahu apa-apa."

Jadi, Ayah Naira sebenarnya dituduh tidak benar dalam kasus penggelapan dana perusahaan.

Mereka berusaha untuk menyelamatkan citra perusahaan dan mencoba menghilangkan bukti yang di miliki ayah Naira, tak lama kemudian ayah Naira meninggal dalam kecelakaan yang telah direncanakan.

Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang