🍁 S I B L I N G S ° 05 ✔

782 136 33
                                    

Hyein menatap pada Dain yang masih sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyein menatap pada Dain yang masih sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Ini sudah sangat sore tapi mereka baru saja menyelesaikan tugas sekolah. Kelas tambahan yang tiba-tiba diadakan benar-benar menyita waktu dan pikiran yang begitu terkuras hari ini.

"Dain, apa kau tidak lelah?"

Dain tersenyum saat Hyein memeluk lengannya sembari sedikit bersandar. Berjalan bersamaan melewati lorong sekolah yang ternyata masih ada beberapa murid yang juga belum pulang. Nyatanya bukan hanya kelas Dain dan Hyein yang harus pulang telat karena kelas tambahan.

"Seokjin seonsaengnim sangat menyebalkan hari ini. Memberikan kelas tambahan tanpa pemberitauan apapun."

"Bukan hanya kau yang lelah, Hyein. Aku dan teman kita yang lainnya juga merasakan hal yang sama."

Dain kembali tertawa pelan karena omelan Hyein yang seolah tidak mau berhenti. Jika tengah lelah kebiasan buruknya memang sering kali mengomel seperti ini.

"Geurae. Kau bisa pulang sekarang karena jemputanmu sudah datang. Selamat akhir pekan, Hyein-ah."

"Hm. Selamat akhir pekan, maaf ya karena aku tidak bisa mengantarkanmu pulang hari ini."

"Gwenchana. Aku bisa naik bus."

Dain melambai pada Hyein yang mulai masuk ke dalam mobilnya. Sudah pukul lima sore saat Dain harus menunggu Bus terlebih dahulu untuk pulang. Jika saja dia tidak ada kelas tambahan mungkin dia sudah berada di rumah. Bahkan Chiquita sempat mengiriminya pesan jika Kakaknya Asa ingin menjemputnya juga hari ini.

"Eoh? Busnya sudah datang. Beruntung sekali karena aku tidak harus menunggu lama di sini."

Dain tersenyum dan segera masuk ke dalam Bus yang tidak terlalu ramai. Beberapa kursi bahkan terlihat kosong tidak seperti biasanya. Rasanya bukan hanya lega, tapi seolah terbebas begitu saja dari semua rasa lelahnya meskipun hanya bersandar pada kursi penumpang sembari memeluk tas sekolahnya.

🍁🍁🍁

"Aku akan pergi jika memang kau tidak menyukai sikapku."

Pharita sama sekali tidak berbohong dengan ucapannya. Tidak peduli bagaimana Ruka bersi keras untuk menahannya yang bahkan harus berakhir dengan pertengkaran hebat di antara keduanya.

"Geurae. Pergilah. Itu maumu kan?"

Ruka tidak bisa mengenyahkan ingatan buruk yang baru saja terjadi. Ucapan bodohnya benar-benar mendorong adiknya sendiri untuk pergi meninggalkan rumah. Dia sama sekali tidak bisa mencegah kepergian Pharita, sebaliknya membuat sang adik pergi dengan lukanya yang semakin membesar.

"Unnie, ada apa?"

Asa menyentuh bahu lunglai Ruka hingga melihat bagaimana air mata kakak sulungnya terjatuh tepat di hadapannya. Ruka mungkin akan menyembunyikannya jika saja ada adik-adiknya yang lain.

S I B L I N G S ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang