3. WHO?

47 21 30
                                    

"Dia selalu meninggalkan jejak tanda tanya dalam pikiranku, membuatku terus penasaran."

ִֶָ𓏲 ๋࣭ ࣪ ˖ ⋆ ࣪. ˖ ࣪⭑ ˖ ࣪ ٬ ุ๋ ⸱ ⋆ ࣪. ˖ ࣪⭑


Waktu istirahat tiba, Shasa pergi ke kantin untuk membeli makanan sementara aku berjalan ke perpustakaan, seperti biasanya. Tempat yang tenang ini selalu menjadi pelarianku dari keramaian sekolah. Saat aku sedang mencari buku di rak bagian belakang, mataku tertuju pada seseorang di pojok perpustakaan. Aku berhenti sejenak dan memperhatikannya. "Apakah dia tidur?" tanyaku dalam hati.

Dia duduk dengan kepala tertunduk di atas meja, rambut hitamnya menutupi sebagian wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia duduk dengan kepala tertunduk di atas meja, rambut hitamnya menutupi sebagian wajahnya. Aku belum pernah melihatnya. Mungkin dia seangkatan dengan-ku (Murid baru) atau kakak kelas? pikirku. Aku melanjutkan pencarianku sambil sesekali mencuri pandang ke arahnya. Tiba-tiba, dia mengangkat kepalanya yang terlihat hanya matanya pandangan kami bertemu. Aku terkejut, tapi berusaha tetap tenang.

Dia menatapku sejenak sebelum kembali menunduk, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aku menghela nafas lega, entah aku merasa takut karna ketahuan mencuri pandang padanya atau gugup?

 Aku menghela nafas lega, entah aku merasa takut karna ketahuan mencuri pandang padanya atau gugup?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat asik membaca buku, aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Seperti ada sinar laser yang ingin melubangi punggungku. Aku merasa tidak nyaman dan segera berbalik. Di sana, aku melihat tatapan tajam yang terus menatapku dengan intens. "Sangat menyeramkan," kata ku dalam hati.

Dia mengakat wajahnya aku bisa melihat dengan jelas bahwa di cukup tampan sayangnya wajahnya penuh dengan luka dan penampilannya acak-acakan, tampak seperti baru saja mengalami sesuatu yang buruk. Entah apa yang merasuki aku, tapi rasa empati mendalam membuatku bergerak menuju meja tempat dia duduk. Aku mengambil beberapa plester luka dari saku dan permen yang tadi pagi sempat aku beli di Alfamart depan rumah. Dengan penuh percaya diri, aku meletakkan kedua benda itu di meja di depannya.

 Dengan penuh percaya diri, aku meletakkan kedua benda itu di meja di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DI UJUNG SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang