Dokter & Miliarder -- 1

92 17 49
                                    

💐💐 HAPPY_READING 💐💐

I'am like flower and like followers

°
°
°


Jakarta, Indonesia.

"Tuan Barra! Sesuai perintah, saya sudah menyelidiki orang yang Tuan Barra cari. Semua informasi ada di dalam map ini." kata Sekretaris Ivan.

Pria tampan yang duduk di kursi kerjanya dengan teliti membaca isi dari informasi yang didapatkan oleh bawahan kepercayaannya. Ada sebuah foto yang menarik perhatiannya.

"Cantik sekali." batinnya.

Di foto itu, ada seorang perempuan yang sangat cantik, kulitnya putih, tingginya kira-kira 170 cm, memiliki rambut kuncir kuda yang diikat tinggi dengan pita putih, memakai celana hitam panjang, dan tubuh langsingnya ditutupi oleh jas selutut berwarna putih.

"Tuan?" panggil Sekretaris Ivan ketika melihat majikannya terdiam lama.

"Dialah yang menyelamatkanku?" tanya Barra dengan acuh tak acuh, tetapi jantung dan hatinya bergetar liar.

"Ya, Tuan Barra. Berdasarkan penyelidikan, perempuan inilah yang menyelamatkan Tuan Barra enam tahun yang lalu." jawab Sekretaris Ivan.

Barra mengangguk, setelah itu dia memberi isyarat tangan kepada sekretaris pribadinya untuk pergi. Sekretaris Ivan dengan patuh keluar dari ruang kerja milik tuannya.

Barra yang dulu selalu memeriksa dokumen-dokumen perusahaan dengan tatapan elang, kini dengan santai membaca biodata singkat seseorang di dalam hatinya.

"Nabila Anastasya Kenzura, umur 24 tahun, seorang dokter bedah di RS Nestapa, golongan darah A, pendidikan terakhir S2 jurusan kedokteran di Universitas Indonesia, status lajang,"

Setelah merasa cukup puas membaca biodata tersebut, pikiran Barra mulai melayang kembali pada kejadian enam tahun silam yang menimpanya. Peristiwa yang senantiasa menghantuinya siang dan malam.

Flashback On:

6 tahun yang lalu, Barra hampir mati. Pamannya yang baru keluar dari penjara menjebaknya. Dia dikurung dan disiksa selama satu bulan di sebuah ruangan gelap gulita.

Saat nafasnya mulai habis, pamannya melempar Barra ke hutan di tengah malam. Siapa sangka, Malaikat Maut belum mencabut nyawanya. Saat itu Barra sangat beruntung bertemu dengan seorang gadis berseragam pramuka.

"To--tolong sa--ya." gumam Barra terbata-bata.

Gadis itu berjongkok untuk memeriksa keadaan Barra. Ia mengira Barra sudah tidak sadarkan diri. Tanpa berpikir panjang, gadis itu memberikan Barra nafas buatan untuk pertolongan pertama.

Tubuh Barra menegang, dia terkejut dengan tindakan tiba-tiba gadis itu. Walaupun kelopak matanya tertutup rapat, alam bawah sadarnya masih ada. Gadis itu berarti sudah mencuri ciuman pertamanya!

"NABILA! KAMU DIMANA?!"

Gadis itu kaget mendengar teriakan orang yang memanggil namanya. Tidak jauh dari posisinya berada, Nabila melihat teman-teman pramuka dan seorang guru pria paruh baya yang datang mencarinya.

"DISINI!" teriak Nabila dengan nyaring.

Segera teman-teman dan gurunya menghampiri Nabila. Ekspresi mereka yang awalnya tenang menjadi kaget ketika melihat Nabila bersama seorang pria yang pingsan di tanah.

"Apa yang terjadi, Nabila?!" tanya Pak Guru dengan nada interogasi.

"Jadi begini Pak ...."

Dokter & Miliarder [Barra - Nabila]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang