04

12.2K 705 0
                                    


"Ayo kelinci kecil" ucap Arsen merentangkan tangan nya agar Liel bisa masuk ke dalam nya.

"Tidak kakak, Liel akan Jalan sendiri" tolak Liel memegang tangan Arsen.

"Kau akan lelah bunny" alasan Arsen.

Setelah perdebatan kecil Liel akhirnya mengalah ia menurut untuk digendong oleh Arsen.

"Kakak, apa Liel berat?" Tanya Liel dengan memainkan telinga Arsen.

"Sudah kakak bilang kau seperti Kapas, kelinci kecil' ingat Arsen.

Liel hanya diam mendengar pendengaran dari sang kakak dan terus memainkan telinga yang menggendong nya.

Oh bagaimana bisa badan yang kurus dan pendek itu mempunyai beban yang berat? Pemikiran macam apa itu. Bahkan Kapas terlihat lebih berat daripada ia.

"Kelinci kecil temani kakak malam ini ya, besok akan kakak antarkan pulang" Tawar Arsen dalam perjalanan mereka menuju pintu mansion

Bahkan tak harus meminta persetujuan dari sang empu Arsen akan tetap menahan Gabriel untuk tinggal di mansion nya. Ingat satu hal keluarga besar Greyson tidak akan menerima penolakan.

"Tapi ka-" ucap Liel akan protes.

"Kakak tidak ada teman disini, jadi Liel mau kan?" Potong Arsen dengan wajah yang lagi-lagi ia buat dengan sengaja itu.

"Baiklah Liel akan" putus Liel tak tega melihat wajah Arsen.

Sebuah Mobil mewah lagi-lagi berhenti didepan mansion ini. Kaca belakang Mobil itu perlahan terbuka dan terlihat seseorang yang bahkan tak terlihat tua dengan umurnya yang sudah tak bisa dibilang muda. Dia, Barra Patra Greyson.

"Apakah dia sudah datang" Tanya nya dengan salah satu pengawal yang berjaga didepan pintu mansion.

"Ya Tuan, Tuan muda Arsen ada di dalam" jawab pengawal itu dengan jelas.

Barra tak menggubris jawaban yang baru ia dapat, ia langsung masuk dan melihat pemandangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Satu dari dua orang itu dipangku nyaman dan tertawa terbahak-bahak melihat sebuah spons kuning yang di putar di televisi, lalu orang lain nya menatap intens yang berada di pangkuannya.

Mendengar pintu mansion besar itu dibuka, dua pemuda melihat kearah pintu untuk melihat siapa yang datang.

"Kenapa pulang Pak tua" Tanya nya dengan memandang remeh Arsen.

Kenapa Arsen bertanya begitu? Hubungan keluarga Greyson tak bisa di katakan baik. Empat anggota keluarga itu tak selalu pulang ke rumah untuk sekedar beristirahat. Ada yang tetap di Kantor atau entahlah, biarkan hanya mereka yang tau.

"Ini juga rumahku iblis kecil" jawab nya dengan ikut memandang remeh ke arah Arsen.

Melihat aura permusuhan disekitar, badan Liel merespon dengan cepat. Ia gemetar dan tak lama tangan nya menuntun untuk memegang lengan Arsen.

"Lihat, kau Baru saja menakuti kelinci kecil ku" perjelas Arsen melihat respon tubuh Liel.

Barra berjalan ke arah mereka berdua dengan mengambil langkah yang cukup besar.

"Aku tidak buta" balas Barra mengelus lembut pucuk kepala Liel.

"Pilihan mu Kali ini bagus Arsen" lanjut Barra memuji.

"Tak ada pilihan ku yang gagal jika kau ingin tau" balas Arsen menyingkirkan tangan Barra dari Kepala kelinci kecil nya.

"Malam nanti datang ke ruangan ku" titah Barra tak ingin di bantah.

Arsen tak bodoh untuk tidak mengetahui apa tujuan dari Barra.
Dia akan meminta Arsen untuk menjelaskan siapa yang ia bawa.

"Jangan takut bunny, bajingan itu telah pergi" ucap tenang Arsen dengan tangan yang terus mengelus punggung Liel berusaha menenangkan.

"Kakak, om itu tadi siapa" Tanya Liel ketika sudah tenang.

"Ah itu tidak penting bunny jangan membahas nya, kakak tidak akan senang" elak Arsen malas menjawab.

"Baiklah Liel tidak akan" putus Liel yang kemudian melanjutkan acara menonton nya yang tertunda.

"Damian" panggil Barra tegas dari dalam ruangan pribadi nya.

"Ya Tuan, saya?" Saut Damian sebelum izin untuk masuk keruangan.

"Apa data anak manis itu sudah kau cari?" Tanya Barra.

"Ya saya sudah mencari nya, Tuan" jawab Damian.

"Bawa kemari" titah Barra.

"Baik Tuan, saya permisi" ucapan akhir Damian yang tak di timbal oleh Barra.

Tak lama dari itu bunyi pintu tertutup terdengar, yang artinya Damian telah sepenuhnya meninggalkan ruangan itu.

"Tak disangka iblis kecil itu juga tertarik dengan nya" ucap nya entah dengan siapa yang di akhiri dengan kekehan kecil.

Berjam-jam lama nya Liel masih dengan posisi yang sama, ia bahkan tak bosan dengan hanya menonton spons kuning itu.

"Bunny, apa kau lapar?" Tanya Arsen.

"Liel tidak" elak Liel.

Tetapi tak lama terdengar suara dari perut Liel. Ah jawaban dari dua bagian tubuh yang sangat bertolak belakang.

"Disini tidak berkata begitu kelinci kecil" ucap Arsen diakhiri kekehan kecil dan tangan yang perlahan bergerak mengelus lembut perut Liel.

Liel hanya menunduk malu, dan dengan tangan yang di tautkan. Jangan lupakan wajah nya yang putih bersih itu sudah berubah menjadi merah padam karena rasa malu mendominasi.

"kau sangat lucu dengan wajah itu bunny" ucap Arsen memeluk Liel dengan gemas.

"Kakak sudah, Liel tidak bisa bernafas" ucap Liel dengan tangan yang berusaha melepaskan diri dari pelukan sang kakak.

Namun nihil usaha nya tak membuah kan hasil karena jelas tenaga Liel tidak bisa melawan tenaga Arsen.

Dalam usaha nya itu tak lama pintu mansion yang sebelumnya tertutup kini kembali perlahan dibuka dengan menampilkan dua orang pemuda yang tak beda jauh penampilan nya.

Dua orang yang sedari tadi berpelukan hangat, melepaskan pelukannya.

"Ah yang benar saja, kenapa semua orang pulang" keluh Arsen melihat siapa yang datang.

"Apa kami tak boleh pulang?" Tanya dingin salah satunya.

"Biasanya kau tak pulang Satria" jawab Arsen tak kalah dingin melihat kedua orang itu masuk dan berjalan kearahnya.

Dia Satria Eliano Greyson anak kedua dari Barra Patra Greyson. Kakak dari Arsenio Arzan Greyson.

"Aku abangmu, jika kau lupa" ingat Satria mendengar Arsen memanggilnya tanpa embel-embel "abang".

"Dia memang seperti itu" timbal yang lain.

"Diam kau rion!" Perintah kesal Arsen kepada satu dari dua orang itu.

B'BIEL (TIDAK SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang