CCTV Nadya

1.3K 148 28
                                    




"Ami.. Talo ditini tita bica liat Adek? " (Ami, kalau disini kita bisa liat Adek? ) mereka tengah berada di lobby rumah sakit ibu dan anak Jakarta untuk memeriksakan kandungan Nadya yang memasuki usia ke 7 bulan

"Iya Mba Djiwa tunggu duduk dulu, kan harus antri nanti baru namanya di panggil" Nadya memberi arahan namun tak diindahkan bocah kecil itu ia sibuk melihat kesana kemari lalu ia berjalan ke arah loket, Nadya segera memberi kode pada sang suami aga...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya Mba Djiwa tunggu duduk dulu, kan harus antri nanti baru namanya di panggil" Nadya memberi arahan namun tak diindahkan bocah kecil itu ia sibuk melihat kesana kemari lalu ia berjalan ke arah loket, Nadya segera memberi kode pada sang suami agar membawa putri sulungnya itu kembali hingga tak mengganggu pekerjaan karyawan yang sedang bertugas

"Ate, Ate dotel yang mana ya mau tana tana" (Tante, Tante dokter yang mana ya mau tanya tanya) Rajif sedikit berlari namun ia tetap biarkan si kecil bertanya dan berani menghadapi orang baru

"Ya sayang? Ada apa anak cantik? " Tanya salah seorang petugas administrasi

"Ate dotel" (Tante dokter) Rajif merekam momen lucu Djiwa yang mungkin tak akan terjadi di kemudian hari

"Tante dokter Bu, maaf ya mengganggu.. Lagi ngajarin supaya berani" Rajif memberi penjelasan

"Oh ini Papanya ya? " Tanya petugas administrasi itu

"Butan ini Abi" (Bukan ini Abi) beberapa petugas gemas melihat Djiwa yang sangat cakap dan berani

"Oh Abi... Aduh lucunyaaa.. Mau tanya apa tadi anak sayang? " Beberapa dari mereka juga mengabadikan momen tersebut karna mengenal sosok Sespri Kepresidenan RI itu

"Ate dotel" (Tante dokter) suaranya mulai keras pertanda Djiwa mulai kesal karna di tanyai hal serupa berulang ulang

"Masih antri anak cantik, nanti di panggil ya" Semua orang di sana gemas melihat mata bulat Djiwa menatap satu persatu orang yang ada di sana

"Mau tana tana" (Mau tanya tanya) Rajif masih mengawasi tingkah si sulung yang belajar berani

"Tanya tanya apa Mba Djiwa? " Rajif membantu putrinya yang masih cadel agar lebih lancar berkomunikasi dengan petugas petugas di sana

"Mau... Mmm.. Mau tana Adek kualnya tapan? " ( Mau tanya Adek keluarnya kapan?) tanya Djiwa memainkan boneka kecil di tangannya

"Mau tanya Adek keluarnya kapan? " Kepala bulat itu mengangguk yakin

"Oalah... Aduh pinternya Pak" Seru petugas yang lain

"Nanti kita tanya di dalem ya, Tante dokternya di dalem Mba" Rajif menggandeng tangan kecil itu untuk kembali duduk namun di tolak

"Iwa ditini aja tunduna, anti talo Ate dotel ewat tiatan" (Djiwa disini aja tunggunya, nanti kalau Tante dokter lewat kelihatan) Rajif menarik nafasnya berusaha sabar namun petugas di sana justru berseru gemas ya memang menggemaskan bahkan sangat menggemaskan namun kadang Djiwa juga membuat kesal di saat bersamaan

"Tante dokternya itu sudah di dalam tapi masih ada pasien lain makanya Mba Djiwa tunggu dulu duduk di sana sama Ami, liat Ami sendirian pasti sedih" Bujuk Rajif dan berhasil Djiwa kembali berlari ke arah sang ibu namun tidak dengan ayahnya yang di mintai foto oleh staf staf tersebut

"Mba Djiwa mau apa kesana? Tante tante di sana itu kerja Nak, Djiwa ga boleh gangguin ya" Nadya membenarkan sedikit rambut Djiwa yang menutupi mata

"Iat Abi Mi... Abi poto poto, denit Mi" (Lihat Abi Mi, Abi foto foto genit Mi) alisnya yang berkerung dengan bibir yang mencerut lucu membuat Nadya tertawa sepertinya Djiwa sudah bisa menjadi cctv sang ibu intuk mengawasi ayahnya, sang suami di ajak foto bersama tentu bukan hal baru bagi Nadya ia sendiri pun tau lingkup di sekitar sang suami seperti apa namun bagi si kecil momen seperti ini jarang terjadi bukan? Mungkin sesekali pernah saat Djiwa belum mengerti dulu

Melihat sang ayah kembali setelah sesi foto bersama wanita wanita cantik itu membuat Djiwa menatap ayahnya sengit

"Denitna Abi" (Genitnya Abi) Nadya melotot tak percaya, apakah Djiwa baru saja menyindir Abinya?

"Sumpah aku ga ngajarin Mas" Nadya membela diri sebelum di salahkan walau sebenarnya ia menahan tawa

"Abi ga genit, Tante Tantenya itu mau foto sama Abi karna Abi ganteng" Rajif mencium pipi kanan Nadya

"Danan tium tium Ami ya.. Abi tium Ate tana aja, nda uca puyang Abi" (Jangan cium cium Ami ya.. Abi cium tante sana aja, ga usah pulang Abi) Nadya gemas.. Bukan ia yang cemburu namun si kecil Diandra Djiwa Sutirto bukankah itu lucu?

"Kalau Abi cium Tantenya ya malah Abi di usir beneran sama Ami, gimana sih" Ledeknya melihat tingkah cemburu sang putri yang sangat menggemaskan

"Abi tu nda dengal Ami biyan nda boye poto poto ama oyang" (Abi itu ga dengar Ami bilang ga boleh foto foto sama orang) wajah marahnya membuat sifat jahil sang ayah lagi lagi kambuh

"Masa sih? Abi ga pernah di kasih tau sama Ami" Ayahnya pura pura polos

"Iwa tatih tau Abi ya.. Abi tan towo nda boye poto ama tewe beditu doca Abi" (Djiwa kasih tau Abi ya.. Abi kan cowok ga boleh foto sama cewek begitu dosa Abi) jari telunjuk kecilnya berulah lagi

"Ini jarinya Abi gigit lagi tau rasa ntar" Rajif memberi peringatan

"Abi danan mayah ini Iwa yang mayah" (Abi jangan marah ini Djiwa yang marah) Rajif harus mengakui bahwa karakter pemarah, tegas, kaku dan suka berdebat Djiwa adalah 1000% watak darinya. Berdebat dengan si kecil ini tak akan ada habisnya ia akan selalu ingin menang persis seperti ayahnya

"Iya iya.. Makasih ya Abi sudah diingatkan, sini cium Abi" Lagi lagi balita itu menolak

"Nda mau hutuman buat Abi nda dapat tium catu hali" (Ga mau hukuman buat Abi ga dapat cium satu hari) tak bisa lagi Rajif menahan kegemasannya ia memeluk erat tubuh gembul itu dan menciuminya bertubi tubi membuat Djiwa berteriak kesal dan menangis namun tetap tak kunjung di lepaskan oleh sang ayah

"Mas.. Ah.. Anaknya jadi teriak teriak ini di rumah sakit" Nadya tak memiliki cara lain selain mencubit lengan suaminya berharap situasi kembali kondusif

"Nah udah.. Itu hukuman buat Mba Djiwa karna ngomelin Abi mulu dari tadi, hukumannya adalah dapat banyak ciuman" Tangis Djiwa semakin kencang memeluk kaki ibunya

"Sssttt... Sayang, ini di rumah sakit Mba Djiwa" Bisik Nadya di telinga putri sulungnya tentu saja dengan banyak usaha untuk menundukan badan mengingat usia kandungan yang memasuki trimester akhir membuat Nadya kesulitan menggapai tubuh gempal si kecil

"Abi akal Ami.. Huaaaa... Mau titu bata haaa.. Huaaa" (Abi nakal Ami, mau tissue basah) Nadya ingin marah namun ingin juga tertawa geli di saat yang bersamaan, suami yang jahil dan anak yang sensitif adalah perpaduan sempurna untuk membuat hari hari lebih berwarna




Bersambung...






Unspoken Word 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang