Tikus

1.2K 147 17
                                    



Semoga menemani makan siang para tikus tikus kesayangan 😚

Btw gais ayo komen dan vote yg banyak dong udah mulai buntu ide ini 😭 rencananya 1 chap lagi trus end karna udah mentok ide





"Ami... Aga bauk" Kakak kecil berusia 4 setengah tahun itu berlari ke arah sang ibu dengan menutup hidung

"Oh ya? Raga poop Mba Djiwa? " Tanya Nadya sembari menuangkan air dalam masakannya. Menu makanan hari ini adalah sup ayam dan tahu goreng kesukaan Djiwa

"Nda tau, bauk Aga" Usia Raga memasuki bulan ke 3 membuat kakak baru itu kerap gemas dengan adiknya sendiri hingga tanpa sengaja menggenggam terlalu keras atau mencium terlalu brutal hingga si adik kecil menangis

"Minta tolong bilangin ke Abi dong Mba, Ami masih selesaikan sarapannya Mba Djiwa biar Abi yang gantikan Raga popok" 3 bulan menjadi seorang kakak dan kerap di libatkan dalam mengurus sang adik membuat Djiwa mengerti atas tugas tugas dan tanggung jawab serta mana yang boleh dan tidak boleh di lakukan di sekitar adik bayinya

"Abi tan cuci mobil" Semakin bertambah usia cara bicara Djiwa pun berubah kini sudah tak terlalu cadel yang terkadang membuat Nadya dan Rajif mulai merasa kehilangan bayi sulung mereka yang cadel dan lucu yang entah sejak kapan ia beranjak mulai dewasa dan tau banyak sekali kosa kata yang biasa orang dewasa gunakan

"Iya gapapa minta tolong aja nanti abis cuci mobil biar Abi gantiin popoknya Raga" Pinta Nadya lagi sesekali melirik mata bulat Djiwa yang mengamati potongan ayam di masukan ke dalam panci sup

"Ciap.. Tapi nanti Iwa mau ayam yang besal ya Ami" Lihat bahkan sekarang ia bisa memahami konsep negoisasi

"Siapp.. Nanti Ami kasih ayam yang paling besar buat Mba Djiwa ya" Mendengar perkataan sang Ibu, Djiwa segera berlari ke halaman rumah mencari sang Ayah

"ABIII!! Tata Ami suluh bilang Abi talo Aga bauk" Teriak Djiwa pada sang Ayah yang nampak sibuk dengan selang air dan spons busa penuh sabun di tangannya

"Raga kenapa Mba? " Tanya sang Ayah

"Bauk Abi" Matanya tertuju pada air yang mengucur dari selang membuatnya ingin main air dan sejenak lupa kesepakatannya dengan sang Ibu tadi

"Jangan main air.. Nanti ga jadi pergi ke rumah Kakek kalo Mba Djiwa main Air, udah sana ah.. Nanti Abi ganti popoknya Raga" Melihat gelagat putrinya Rajif sigap mematikan kran air kebetulan ritual cuci mobilnya sudah selesai tinggal mengeringkan dan memoles body mobil hitam palisade miliknya itu agar lebih mengkilat

"Tok Iwa di usil? Abi tok tega? " (Kok Djiwa di usir? Abi kok tega? ) Rajif menghela nafasnya malas melihat wajah penuh drama dari putri kesayangannya itu yang kini nampak lucu dengan mata berkaca kaca dan bibir mencerut karna di larang bermain air ia mengira bahwa ia di usir? Drama sekali

"Abi bilang Mba Djiwa minggir jangan main air nanti basah" Jalas Rajif berusaha sabar menghadapi mood Djiwa yang persis seperti mood Ibunya saat sedang haid bedanya mood Djiwa memang selalu berubah ubah setiap hari dan kali ini sepertinya sedang dalam mode melow drama. Rajif bahkan berani bertaruh sebentar lagi jika ia tak bisa meyakinkan Djiwa maka gadis kecil itu akan menangis penuh pilu seolah ia di usir dari rumah oleh kedua orang tuanya

"Abi nda bilang gitu.. Abi jahat" Setitik air matanya jatuh dan kembali berlari ke dalam rumah rupanya tebakan Rajif baru saja benar

"Huaaa... Ami... Huaa... Abi Mi... Abi usil Iwa huaaa... " Tangisannya kencang dan bersembunyi di bawah meja makan dengan posisi tengkurap menggunakan kedua tangan kecilnya untuk bantal

"Alah alah lebaynya siapa yang ajarin" Gerutu Nadya dengan suara pelan agar tak semakin memancing amarah putri sulungnya. Ibu dua anak itu lantas segera mencuci tangan dan mematikan kompor untuk menenangkan si drama princess

"Sayang... Kenapa Nak? Abi bilang apa? Sini cerita sama Ami mau ga? " Bujuk Nadya meraih tangan kecil putrinya

"Dih.. Mba Djiwa ngapain disitu? Ayo keluar jangan di situ kayak tikus aja" Rajif bermaksud turut membujuk namun lagi lagi kata yang di gunakan sepertinya kurang pas

"Huaaa... Ami dengal? Iwa tadi di usil setalang di biyang titus huaaaa... Abi itu Abinya titus huaaa.. " (Ami dengar? Djiwa tadi di usir sekarang di bilang tikus, Abi itu Abinya tikus) Rajif mengulum bibirnya padahal ia hendak tertawa hanya saja mendapat tatapan penuh peringatan dari Nadya membuatnya mengurungkan niat

"Sayang... Ami berarti Aminya tikus juga dong? Raga juga berarti Adeknya tikus dong? Keluarga tikus kita" Nadya berhasil membawa si sulung dalam pelukannya walau masih menangis setidaknya mulut kecil cerewet itu sudah lebih tenang. Melihat hal itu Rajif segera mencuci tangan lalu beranjak menuju kamar menggantikan popok anak kedua mereka sebelum mendapat omelan dari sang istri tercinta

"Sudahlah Nak.. Abi sudah pergi gantiin popoknya Raga, Mba Djiwa mau bantu Abi? " Nadya hanya basa basi ia tau dengan pasti bahwa si kecil akan menggeleng tak setuju dengan gagasan itu

"Kalau gitu hmm.. Ami minta tolong bantu kumpulin mainan Mba Djiwa, mainan Raga sama botol susu Raga yang mau di bawa ke rumah Kakek boleh? Kita bagi tugas, abis itu kita bisa cepet cepet berangkat ke rumah Kakek ketemu sama Kakak sama Abang" Berhasil.. Djiwa menghapus air matanya kasar dan mengangguk lucu

"Tapi titusnya nda usah di ajak Ami" Sepertinya mendadak putri pertama pasangan Rajif dan Nadya itu trauma pada tikus yang tak bersalah

"Lah.. Kan Ami, Abi, Mba Djiwa, Raga semuanya tikus, masa iya ga ada yang di ajak? Kan kita mau ketemu Kakek kan? " Djiwa mengangguk dan mulai beranjak mencari barang barang yang di instruksikan sang Ibu. Melihathal itu Nadya gemas sendiri melihat putri kesayangannya kian mandiri dan bertanggungjawab

"Kenapa mainanya di keluarin semua? " Pertanyaan Rajif mendapat tatapan mematikan dari gadis kecilnya yang bahkan belum genap berusia 5 tahun

"Abinya titus diam aja" Secara tidak langsung Djiwa mengakui bahwa dirinya adalah seekor tikus dan itu adalah hal yang lucu bagi Rajif

"Nanti balikin lagi ya tikus, jangan di berantakin.. Itu Abi tikus sudah rapihkan kemarin" Kata Rajif mengangkat si kecil Raga dalam gendongannya setelah di gantikan popok

"Iya" Jawab Djiwa asal

"Tikus.. Tikus.. Jangan lupa bawa mainan Adek tikus juga ya" Teriak Rajif dari depan kamar mendengar hal itu Nadya geram

"Mas nih ih... Anaknya di panggil tikas tikus, jangan gitu ah.. Ga bagus nanti di contoh sama dia" Omel Nadya melihat sang suami mendekat dengan bayi mungil mereka dalam gendongannya











Bersambung...










Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Unspoken Word 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang