Bab. 1 Kematian

187 28 9
                                    

Sebelumnya Wang Ru Yuan adalah gadis sederhana, yang hanya bekerja menjual roti buatannya sendiri, sampai ibunya memintanya untuk menggantikan putri keluarga Li untuk menikah dengan Jendral Zhou Liyi.

Dia gadis yang lembut dan cantik, banyak pemuda di sekitar yang mendambakannya, memperebutkan, tapi sebagian pun merendahkannya.

Tak jarang dia mendapat hinaan sebagai anak pelacur, gadis murahan, anak dari penghianat tapi dia tidak membenci mereka dan lebih memilih menundukkan kepala.

Dia tidak punya keluarga besar, tidak punya harta, apa yang harapkan, dia tidak akan mampu membalas, bahkan tidak akan mampu menepuk nyamuk yang menggigit.

Gadis itu menerima takdirnya begitu saja, tampa perlawanan, setelah ayahnya dikhianati dan dikambing hitamkan menjadi penghianat. Ru Yuan tidak punya pilihan selain menerima semua caci maki.

Sampai suatu saat ibunya memerintahkan Ru Yuan menggantikan Putri dari keluwarga Li untuk menikah dengan Zhou Liyi, jenderal kejam yang dingin dijuluki jendral tombak Es .

Awal dari kehancuran hati dan jiwanya, nyatanya dia menikah bukan untuk bahagia tapi untuk balas dendam, untuk membunuh semua anggota keluarga Zhou.

Tidak ada yang mengira bahwa kepolosan gadis itu, akan mengubah kediaman Zhou menjadi lautan darah. Beritanya telah menyebar ke seluruh pelosok kekaisaran, sekarang dia menjadi buronan yang paling dicari.

Ru Yuan melihat butiran salju yang jatuh di telapak tangannya, terasa lembut dan dingin membuat hati dan jantungnya membeku.

Waktu seakan berhenti, dia telah berada di tempat itu sejak pagi sampai langit berubah menjadi jingga keemasan.

Setelah berhasil membelah dendam hanya kekosongan yang ada di hatinya, hidup tapi jiwanya telah menggembala jauh, melintasi cakrawala dan tidak pernah kembali.

"Ru Yuan, mau sampai kapan kau berada di sana?" wang Hao Yu bertanya sembari meletakkan makanan di meja.

Dia adalah paman Ru Yuan, adik kandung ayahnya yang berhasil selamat dari pemusnahan keluarga Wang.

Gubuk yang mereka tempati cukup baik, dapat menahan angin dari badai salju yang dingin.

Ru Yuan menggeser arah bola matanya, mendengar perkataan pamannya, tanpa ada kata yang terucap, kemudian dia melihat kembali butiran salju yang turun.

"Ru Yuan, makanlah selagi panas," tutur wang hao Yu pada keponakannya.

Wanita itu menghela nafas yang menyisakan asap dari bibirnya, sebelum berbalik menghadap Wang Hao Yu, berjalan perlahan dengan suara kaki yang nyaris tak terdengar.

Dia duduk di salah satu sudut meja dengan bersimpu. "Paman, mari kita akhiri semua ini, kita sudah kabur selama lima tahun, tak ada jalan lagi untuk melarikan diri," suaranya parau dan bergetar.

Wang Hao Yu memukul meja dengan kepalan tangan, suara gebrakan itu membuat Ru Yuan menaikan bulu matanya.

Wajahnya tenang dan pucat, dia sudah tidak bisa lagi menangis, air mata yang telah habis dan kering, dengan wajah datar dia melihat pria paruh baya dihadapannya itu.

Dia tidak peduli akan mendapat reaksi seperti apa, nyatanya memang sudah tak ada jalan. Dia dengan tenang memegang sumpit, mengambi makan, dimasukkan ke dalam mulutnya.

Wang Hao Yu mendengus keras matanya menonjol. "Apa yang kau katakan? Aku tidak akan menyerah, aku tidak akan mati, aku tidak akan tertangkap, mereka tidak akan bisa membunuhku!"

Ru Yuan melanjutkan makannya tidak mendengar ucapan pamannya, atmosfer berubah, pria itu menggenggam erat tangannya, meski telah balas dendam dia belum puas dan berniat menghancurkan kekaisaran Song.

Mengulang Waktu Ru YuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang