Bab. 28 Ingatan Menyakitkan

153 12 2
                                    

Saat waktu luang, dalam perjalanan Ru Yuan pun berlatih dengan para penjaga menggunakan pedang kayu. Atas perintah Xia Mingyu dia dengan mudah mendapat pelatih maupun guru sementara.

Selama ini perjalanan mereka aman dan dalam dua hari mereka akan sampai ke Benteng Barat, selanjutnya mereka bermalam di penginapan. Malam semakin larut dan desiran udara dingin masuk ke sela jendela. Gadis itu membuka pintu jendela, melihat pemandangan kota yang  telah lama tidak dilihatnya.

Matanya bersinar melihat gemerlap kota, pesta lentera dimulai, telah beterbangan di langit, di atas aliran sungai lampion berbentuk bunga pun diapungkan, sebagai tanda pengirim doa pada orang yang telah tiada.

Melihat senyum yang mengembang pada pasangan muda mudi maupun keluarga di sepanjang jalan membuat hatinya hangat, jika boleh meminta dia ingin perang ini segera berakhir. Agar tidak ada lagi dendam dan penderitaan.

Lagi-lagi jantung Ru Yuan berdetak kencang seolah penderitaan di kehidupan masa lalu akan terulang. Dia mengangkat tangannya ke dada, menenangkan perasaan gelisahnya.

Zhou Liyi dan beberapa bawahannya berkeliling mengamankan kota, dia berdiri di atas bangunan tinggi mengawasi kota.
Chan Fan datang untuk melaporkan keadaan, kemudian berdiri di belakang Zhou Liyi. Changing pun berada di sana melihat perubahan sikap sepupunya yang aneh akhir-akhir ini.

Beberapa akhir lalu Zhou Liyi terbangun dengan wajah gelap, keringat dingin membanjiri tubuhnya, seolah mengalami mimpi teramat buruk, selanjutnya wajahnya dingin dan mengerikan seperti menahan kemarahannya yang hampir meledak. Biasanya dia memang memasang wajah dingin tapi kali ini tidak hanya kaku namun tersimpan hal lain.

Saat Changing membicarakan Ru Yuan tiba-tiba dia mendobrak meja dan berkata kasar. “Jangan bicarakan wanita iblis itu.”

Setelahnya Changing tidak berani membicarakan tentang Ru Yuan di hadapan Zhou Liyi. Meski putri Li Anhua sikapnya masih acuh tak acuh bahkan lebih seperti benci. Changing hanya membuang napas kasar dan berdiri tenang di belakang Zhou Liyi tidak mengerti apa mau Jenderalnya itu.

Di antara Li Anhua dan Wang Ru Yuan. Tidak dipungkiri saat ini mereka sama-sama berpengaruh. Anak kaisar dan pemberontak bagai langit dan bumi, apa yang membuat Zhou Liyi menyukai Ru Yuan. Changing tak habis pikir sampai mendengar ledakan kembang api di langit.

Untuk pertama kali semua prajurit menjadi orang normal, setelah berperang tak ada habisnya. Senyum mengembang dari wajah yang lelah. Dunia yang dingin menjadi surga mereka, tidak ada perang besar yang berati sejak mereka datang ke Benteng Utara.

Beberapa hari lalu Zhou Liyi dibangunkan oleh suara dengungan di telinga, dia membuka mata dengan terkejut seluruh tubuhnya basah oleh keringat dingin.

“Bukankah aku sudah mati,” gumamnya.

Dia masih berbaring kemudian mengangkat tangannya tinggi dan menggali ingatannya.

Apa ini surga?

Detik kemudian kepalanya terasa di tusuk, sakit yang luar biasa.

Apa ini?

Perlahan rasa sakit hilang berganti ingatan yang dia lalui sekarang, dia tidak percaya masih hidup, mungkin hanya mimpi atau kenangan setelah kematian.
Dia berusaha bangkit, duduk dan meraba badannya, perlahan melangkah ke arah jendela dengan sinar matahari yang mengintip.

Pintu jendela dibuka, dia melihat padang salju dan hutan yang putih, langit biru dan matahari cerah yang berkilau menusuk mata. Jari-jari yang berusaha menghalangi sinar matanya terasa hangat, lagi dia menatap tangannya menggerakkan mengepal dan membuka.

“Aku hidup kembali.” Dia tersenyum dengan wajah gelap. Dia mengingat keluarganya yang masih hidup membuatnya bernapas lega.

“Aku kembali untuk balas dendam padamu, Ru Yuan.”

 Zhou Liyi mengingat Syal dan surat yang telah diberikan Ru Yuan, segera dia membuka laci dan mengambil surat itu. Mereka berjanji akan bertemu satu tahun kemudian yang tertulis dalam surat itu.
Zhou Liyi meremas surat itu dengan otot tangan yang menonjol.

Aku akan menemui lebih awal, akan kubuat kau merasakan penderitaan yang lebih menyakitkan dari kematian, seperti yang kau lakukan padaku di kehidupan lalu.

Chan Fan membuka pintu kamar jenderalnya, dia terdiam sesaat melihat wajah masam dengan kertas yang genggam darat oleh Zhou Liyi.

“Jenderal, kau sudah bangun? Putri ingin berbicara denganmu dan aku mau melaporkan, latihan prajurit hari ini tidak bisa sepenuhnya berjalan lancar karena tumpukan salju tebal.”

Putri? Awalnya Liyi bingung karena alur hidupnya berubah dan bagaimana dia berada di utara. Kenangan masa lalu dan kejadian masa kini timpang tindih, masih sulit dia membedakan. Dia diam merenung dan berpikir untuk memanfaatkan kesempatan.

“Aku akan menemuinya dan siapkan prajurit kita untuk berperang pada musim panas nanti.”

“Perang? Apa maksudmu?”

Changing terkejut yang barusan berada di belakang Chan Fan. Langkahnya dipercepat ke arah Zhou Liyi.

Zhou Liyi berkata dengan mantap ke arah Changing. “Iya, kita akan menyerang Benteng Berat. Secepatnya!”

“Tunggu dulu, atas dasar apa kau menyerang benteng barat?”

“Mereka bekerja sama dengan pasukan pemberontak. Tidak, lebih tepatnya mereka menampung pasukan pemberontak.”

“Bagaimana kau tahu? kita tidak punya bukti.”

“Kita akan menemukannya setelah menyerang dan menghabisi mereka.”

Chan Fan berpendapat, “tidak Jenderal, jika kita menyerang begitu saja tanpa bukti pandangan masyarakat dan kaisar akan buruk dan kita bisa dianggap penghianat. Baru beberapa bulan kita pindah ke sini. Jumlah pasukan kita juga tidak sebanding dengan Benteng Barat.”

“Chan Fan kirim surat ke kaisar tentang keputusanku dan minta mereka mengirim bantuan.”

“Bukan begitu masalahnya, Jenderal-“

Zhou Liyi  memotong ucapan Chan Fan. “Memangnya siapa yang atasan di sini beraninya kau menentangku.”

“Tidak Jenderal, itu … aku mengerti.”
Dengan terpaksa Chan Fan mengikuti perintah Zhou Liyi yang tak masuk akal.

“Hai … aku tahu Nona Ru Yuan bersama mereka, apa kau akan menyelamatkannya dengan menghancurkan Benteng Barat. Itu tidak masuk akal. Apa kau sudah gila,” ujar Changing.

Zhou Liyi menyipitkan mata dan aura membunuhnya melonjak, membuat keringat dingin mengalir di leher Changing.

“Aku memang sudah gila dan jangan menyebut nama itu di hadapanku. Wanita Iblis itu tidak pantas diperlakukan dengan baik.”

“Liyi, apa yang terjadi padamu dalam semalam tiba-tiba bersikap benci padanya dan menginginkan perang?

“Changing, percayalah padaku.”

“Aku percaya hanya saja tingkahmu agak aneh.”

“Changing, Chan Fan, terima kasih karena kalian setia padaku sampai akhir.”

“Apa yang kau katakan seolah kau mau mati saja.”

Zhou Liyi tersenyum mengingat kehidupan lalu, Chan Fan mengorbankan dirinya untuk Zhou Liyi, sedangkan Changing orang yang berusaha menyelamatkannya dan mengejar pasukan pemberontak, kenangan itu tidak akan pernah dilupakan oleh Zhou Liyi.

“Bahkan wajahmu yang tersenyum lebih menakutkan dari pada wajahmu yang suram.”

Zhou Liyi memberi tinju ringan di dada Changing. “Tidak masalah, tidak peduli kau mau berkata apa. Malam ini mau minum bersama.”

“Aku sih ok saja, tapi Chan Fan, aku capek selalu mengantarnya ke kamar. Dia mabuk dalam beberapa teguk. Payah.”

Chan Fan tidak tahu harus berkata apa, dia menutup mulutnya kembali. Bagaimana pun mereka berdua atasan sekaligus temannya.

Puncak musim dingin telah berlalu, salju di wilayah utara mulai mencair dan matahari mulai menghangat. Zhou Liyi merencanakan berbagai strategi perang dengan beberapa panglima. Tidak hanya itu mereka juga harus menyelesaikan perang dengan cepat sebelum musim dingin selanjutnya.

Mengulang Waktu Ru Yuan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang