06

11K 573 6
                                    


Terdengar langkah kaki seseorang yang nampak nya akan turun dari atas melalui tangga. Ya, dia Barra.

"Panggil iblis-iblis itu untuk makan malam dan jangan lupakan Malaikat di Antara mereka" titah Barra dengan gerakan menarik salah satu kursi untuk diduduki olehnya.

"Baik Tuan" Saut 3 maid yang langsung bergegas berpencar untuk mendatangi satu-satu kamar pribadi anak dari Tuan nya itu.

Didalam kamar ber-cat hitam dengan barang-barang yang Mahal didalamnya, seseorang dengan pakaian santai duduk dengan memutar-mutar kan Benda pipih di tangan nya.

"Kenapa mereka jadi dekat dengan kelinci ku" ucap kesal Arsen yang entah dengan siapa.

"Bahkan mereka tak membiarkan ku untuk menyentuh kelinci ku" lanjutnya masih dengan Nada kesal.

"Tunggu saja, kelinci itu tak lama akan kembali la-'

Tegasnya sebelum seseorang memotong perkataan nya dengan mengetuk pintu kamar itu.

"Tuan muda, Tuan Barra menunggu dibawah" beri tau maid itu dengan Nada lambat tak ingin mengejutkan.

Arsen yang mendengar itu membuka pintu kamar nya, takut jika pendengaran nya menangkap suara yang berbeda.

"Dibawah?" Ulang singkat Arsen meminta penjelasan kepada maid yang tertunduk itu.

"Iya Tuan, malam ini Tuan Barra mengadakan makan malam" jelas si maid dengan kepala yang semakin tertunduk takut jika salah berbicara.

"Ya, aku akan kebawah sebentar lagi" putus Arsen masih dengan kebingungan nya dan kembali masuk ke dalam kamar.

"Apa ini, pak tua itu berubah hanya karena kelinci kecil ku?" Tanya nya dingin, lagi-lagi entah dengan siapa.

Suara pergerakan kaki seseorang terdengar di telinga tajam Barra. Ia menoleh untuk melihat siapa yang datang, apa itu adalah kucing kecil manis itu atau bukan.

"Kau datang pertama Satria" ucap Barra setelah melihat siapa yang datang.

"Apa ini, kenapa tiba-tiba?" Tanya nya tanpa menjawab perkataan Barra.

"Tentu saja untuk menyambut kedatangan bungsu manis keluarga Greyson" jawab nya dengan tegas.

"Dimana dia" Tanya Satria tanpa menanggapi jawaban dari Barra.

"Kami disini" suara berat khas pria terdengar dari atas tangga.

Satria dan Barra menoleh ke arah suara, terlihat dua orang dengan satu orang yang digendong koala oleh yang satunya menuruni satu demi satu anak tangga yang ada.

Liel terlihat sangat imut dengan hoodie berwarna baby blue kebesaran dan celana pendek yang hampir tak terlihat karena tertutup panjang nya hoodie itu.

"Abang, biarkan Liel duduk sendiri" ucap Liel saat melihat pergerakan Rion yang akan memangku Liel lagi di meja makan.

Setelah melewati perdebatan kecil hanya karena Rion tak tega melepaskan Liel untuk duduk sendiri, pada akhirnya ia mengalah melihat Mata Liel yang sudah berkaca-kaca karena permintaan nya tak di turuti.

Liel di meja makan hanya menunduk malu karena sedari tadi diperhatikan 3 orang itu secara bersamaan. Ia menautkan jari-jari nya untuk mengalihkan pemikiran yang ada di otak kecil nya itu.

Suasana hening namun hangat itu tak berlangsung lama karena kedatangan satu anggota yang sedari tadi di tunggu.

"Maaf, aku telat" permintaan maaf itu keluar dari bibir Arsen.

Arsen berjalan ke arah kursi dimana Liel berada, mengecup sebentar pipi Liel dan kembali duduk ke kursi nya.

Setelah semua berkumpul di meja makan itu, pemimpin keluarga mereka Barra memulai acaranya.

"Makan" ucapnya dengan Nada tegas, dan semua mulai memasukkan apa yang sudah dihidangkan. Tentunya dengan aturan makan keluarga Greyson.

Setelah semua selesai dengan makanan nya masing-masing. Barra memulai percakapan tanpa basa-basi terlebih dahulu.

"Liel, sekarang kamu masuk ke keluarga Greyson. Kamu menjadi bungsu keluarga Greyson, Gabriel Greyson" ucap Barra tegas namun tatapan Mata lembut ke arah Liel.

"T-tapi rumah Liel-"

"Akan daddy urus itu kitty, kau hanya perlu menjadi penurut dan jangan menjadi pembangkang" potong Barra tak ingin mendengar alasan Liel.

"Ya itu benar honey" timbal Rion membenarkan perkataan Barra.

"Liel takut" cicit Liel menunduk memainkan jari-jari kecil nya di bawah Sana.

"Apa yang kau takutkan kitten, kau Aman jika bersama kami" timbal Satria.

Posisi mereka duduk melingkar masih berada di meja makan dengan Liel yang berada di tengah-tengah Satria dan Rion.

"Liel hanya takut, itu saja" jawab Liel tak jelas menolak tawaran, ah bukan. Itu perintah.

"Baiklah, tetapi malam ini kau tidur bersama daddy" putus Barra dengan tenang mendengar penolakan Liel.

Ketiga orang yang juga ada di sana terkejut mendengar keputusan Barra yang terlalu cepat itu.

"Apa yang kau putuskan Pak tua" marah Arsen.

Barra tak menghiraukan beberapa protes yang keluar dari mulut 2 pemuda itu. Ia mengajak Liel untuk segera masuk ke kamarnya.

"Kenapa Pak tua itu menyerah dengan cepat!" Protes Arsen.

"Bukankah dia menjadi sangat bodoh sekarang" timbal Satria ikut protes.

"Dia itu licik, dia pasti punya rencana yang sangat tak terduga" jelas Rion melangkahkan kaki pergi keruangan pribadi nya.

"Tidurlah kitty, mimpi Indah anak daddy" ucap Barra menekan kata "anak daddy" dan dengan gerakan mengecup kening Liel lama.

"Iya d-daddy" ucap Liel masih canggung, mulai menutup Mata.

Tak lama terdengar nafas teratur dari Liel yang artinya ia sudah tertidur lelap. Siapa yang tak terlena dengan usapan terus menerus di kepala nya, begitupun dengan Liel. Yang biasa nya ia susah tidur, Kali ini ia tidur dengan cepat karena merasa sangat nyaman.

Nampak seorang pemuda nyaris sempurna dengan pakaian santai sedang mengesap secangkir kopi dan duduk di balkon ruangan itu.

Terdengar suara berdecit yang artinya pintu terbuka. Tetapi sang empu tak terusik dari kegiatan nya itu. Sampai suara keluar dari sang pembuka pintu.

"Rion, ingat ucapan daddy kemarin?" Ingat Barra.

"Ya, cairan itu ada didalam nakas" jawab Rion.

"Kau tak pernah mengecewakan" puji Barra melebih-lebihkan.

"Kau tau itu" setuju Rion dengan angkuh.

"Tetapi, apakah cairan itu tak terlalu berbahaya untuk kesayangan ku?" Tanya Rion dengan mengesap kopi hitam itu.

Kesayangan yang dimaksud adalah pemuda kecil kita, Gabriel.

"Penghilang ingatan itu tak ber-efek samping bukan? Tanya Barra kembali tanpa menjawab pertanyaan sang anak.

Cairan itu adalah cairan yang dibuat Rion langsung. Penghilang ingatan sepenuhnya, dimana yang mengonsumsi akan kehilangan semua ingatannya dan itu berlangsung seumur hidup. Sudah Rion bilang bukan? Barra itu adalah orang yang licik.

"Tidak, itu tidak. Aku membuat nya tanpa efek samping" timbal Rion.

"Jika begitu apa yang perlu di khawatir kan" jawab Barra menjawab pertanyaan yang dilontarkan tadi.

"Terserah kau saja. Juga, keputusan ini tak tak terlalu buruk" ucap Rion dengan tersenyum menakutkan.

Sayang sekali Liel, ingatan menyenangkan selama kau hidup dulu akan terhapus hanya karena kamu tak sengaja masuk ke dalam lingkup penjara emas ini.

"Ikuti Daddy" perintah Barra terhadap Rion tak menggubris perkataan Rion.

Rion tak menanggapi dan segera mengikuti langkah kaki Barra yang menuju kamar pribadi nya. Dia masih mempunyai Rasa takut walaupun sedikit kepada Barra.

B'BIEL (TIDAK SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang