Malam ini adalah malam istimewa bagi orang tua Rey. Tepat dua puluh lima tahun lalu mereka mengikat cinta dalam janji suci. Waktu yang telah terlewati sekian lama itu tak membuat cinta mereka memudar. Papa Rey yang merupakan seorang pengusaha sukses itu malah merasakan cintanya semakin berlipat pada sang istri. Begitu pula sebaliknya. Meskipun Mama Rey sibuk bekerja sebagai seorang pskiater, ia tak lupa untuk tetap mengabdikan diri sebagai istri dan Ibu yang penyayang bagi anak-anaknya.
Rey dan Nadia sangat beruntung terlahir di keluarga yang demokratis, saling terbuka, dan penuh cinta. Mereka mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dan materi yang lebih dari cukup. Orang tua mereka selalu menyisihkan waktu untuk sekadar berbincang dan bersenda gurau pada kedua anaknya meskipun mereka telah beranjak dewasa. Seperti malam istimewa ini, Papa sengaja menyewa hotel untuk staycation dan mereka makan di restoran mewah.
"Duh, Papa sama Mama serasi banget, deh! Ganteng dan cantik!" sambut Nadia sambil menarih kedua tangan di pipi saat kedua orang tuanya tiba di restoran sambil tersenyum dan bergandengan tangan. Nadia dan Rey memang sengaja datang lebih dulu ke restoran untuk menyiapkan sebuah kejutan.
"Terima kasih, Sayang. Kamu juga cantik sekali malam ini," jawab Papa sambil mencium kening anak perempuan satu-satunya itu. Papa berjalan memutar setelah mencium kening Rey lalu menarik kursi dan mempersilakan istrinya duduk. Setelah memastikan Mama duduk dengan nyaman, Papa juga langsung beristirahat sejenak di kursi lalu menatap bergantian istri dan kedua anaknya itu.
"Papa bersyukur sampai saat ini kita sehat dan masih bersama-sama dengan akur dan damai. Terima kasih ya, Ma sudah menjadi istri dan Ibu yang baik. Terima kasih juga anak-anakku sudah menjadi anak yang luar biasa," ujar Papa dengan mata berkaca-kaca.
"Terima kasih juga, Pa, Ma udah jadi orang tua yang hebat buat kami." Nadia langsung menghampiri kedua orang tuanya lalu memeluk dengan hangat. Senyum mereka merekah dan derai tawa terdengar kemudian. Sementara itu, Rey malah termenung menatap langit malam yang bertabur bintang dan dihiasi bulan yang bulat sempurna. Nadia, Papa, dan Mama saling melihat satu sama lain. Mereka merasa janggal saat melihat sikap Rey malam itu karena yang mereka tahu, Rey adalah anak periang dan selalu antusias terhadap berbagai perayaan. Apalagi perayaan anniversary pernikahan kedua orang tua yang amat ia cintai itu.
"Rey, are you ok?" Mama yang saat itu mengenakan gaun merah menyala dengan kalung berlian cantik menghampiri Rey lalu mengusap rambutnya lembut.
"Eh, Ma, maaf, aku nggak apa-apa, kok. Aman-aman!" Rey buru-buru memperbaiki tempat duduk dan merapikan rambut. Senyumnya mengembang tapi terkesan dipaksakan.
Mama hanya tersenyum dan membiarkan putra tampannya itu sibuk dengan pikiran yang berkeliaran di otaknya. "Baiklah, Nak, kalau kamu sudah siap, nanti cerita ke Mama ya?"
"Tapi, untuk saat ini, boleh nggak kita tinggalkan dulu hal-hal yang bikin kita nggak happy?" Mama tersenyum manis sambil menatap putera tampannya itu. Seperti biasa Mama selalu bisa menenangkan dan meredakan hati Rey yang tengah dilanda berbagai pikiran yang tak membuatnya nyaman.
"Oh iya, Ma, maaf ya aku jadi merusak suasana." Rey menunduk merasa bersalah.
"It's ok, Sayang. Nggak apa-apa, kok. Ya udah sekarang ayo kita makan!" ajak Mama antusias. Papa yang sedari tadi berada di samping Rey juga ikut tak sabar menikmati santapan istimewa malam ini.
"Eh, sebentar, Ma, Pa, kami punya kejutan untuk Mama dan Papa." Setelah mengatakan itu, gadis cantik dengan tinggi ideal itu langsung memanggil petugas restoran yang sejak tadi sudah bersiap menunggu komando. Dalam waktu beberapa detik, ruangan menjadi gelap kemudian layar besar di dekat panggung tempat biasa musisi tampil menyala. Sebuah video berlatarkan musik The Power of Love dari Celine Dion diputar. Video tersebut berisi kompilasi foto-foto Papa dan Mama sejak menikah, hamil, melahirkan, dan pasca melahirkan kedua anak-anaknya. Kemudian di akhir video nampak Nadia dan Rey menyampaikan untaian kata-kata yang mengharukan. Tak hanya itu, mereka berdua juga menghadiahkan orang tuanya sebuah lukisan berukuran besar. Ketika dibuka, Mama dan Papa semakin bahagia karena wajah mereka terlukis di sana.
"Terima kasih ya, Anak-anak!" ucap Papa dan Mama kompak. Mama yang tak mampu menahan air mata segera memeluk erat kedua anaknya. Wanita cantik itu sungguh haru dan bahagia melihat Rey dan Rena tumbuh akur dan kompak sebagai saudara. Hatinya sungguh tenang dan rasanya ia tak ingin waktu berhenti saat ini.
Setelah itu mereka langsung bersiap menyantap makanan yang telah terhidang. Rey yang sudah lapar buru-buru memenuhi piringnya dengan nasi dan berbagai lauk pauk yang tersedia. Air liurnya hampir saja menetes melihat steak daging sapi premium, daging sapi berkualitas tinggi yang dipanggang hingga sempurna, disajikan dengan saus lada hitam dan ditemani dengan sayuran panggang dan kentang gratin. Sementara itu kakaknya memiilih Ayam Cordon Bleu malam itu. Fillet ayam yang diisi dengan keju dan ham, digoreng hingga renyah, dan disajikan dengan saus krim jamur membuat Nadia merasa tengah berada di surga. Mama dan Papa tertawa lebar melihat kedua anaknya makan seperti orang kelaparan.
"Pelan-pelan, Nak, makannya," ucap Papa sambil menikmati Ikan Kakap dengan Saus Lemon Butter yang dipanggang dengan sempurna, disajikan dengan saus lemon butter yang lezat, nasi dan sayuran hijau.
"Eh, ngomong-ngomong tadi kamu kok bengong sih? Kenapa?" tanya Nadia sambil makan. Semua orang terdiam dan menatap Rena tajam.
"Eh, maaf, aku salah ya?" Nadia menengok ke kiri dan ke kanan menganalisa tatapan tajam adik dan orang tuanya.
"Nggak apa-apa, kok, Kak tadi aku cuma bingung sama teman sekelasku. Dia anak baru sih, tapi kok kaya benci atau takut gitu deh sama aku. Entahlah." Rey akhirnya bercerita dengan santai seperti biasa.
"Bahkan ya kemarin, saking nggak mau sekelompok sama aku dia sampai berani melawan guru!" lanjut Rey lagi.
"Cewek atau cowok?" tanya Nadia iseng.
"Cewek, Kak."
"Cantik nggak?"
"Ih apa sih Kakak kok nanyanya gitu?" protes Rey.
"Duuh kasian banget adikku ini lagi patah hati kayaknya," ledek Rena sambil senyum-senyum.
Ih bukan gitu, Kak. I just, hmm, i feel bad."
"Udahlah, nggak usah dipikirin. Lagian biasanya juga kamu cuek, kan?" ucap Papa santai.
"Nah, kan, itu tuh maksud aku! Biasanya juga kamu cuek, Rey. Aku jadi penasaran, secantik apa sih cewek itu sampai kamu kepikiran gitu!" Nadia tertawa kencang meledek adik satu-satunya itu.
Mama tersenyum lalu menatap kedua anaknya, "Perilaku kita hari ini pasti dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang telah terjadi di masa lalu. Termasuk teman barumu itu, Rey! Kamu nggak usah gusar. Dia begitu pasti ada sebabnya. Kapan-kapan coba ajak ke rumah lalu nanti ngobrol sama Mama."
Rey mengangguk sambil berpikir bagaimana pula cara meluluhkan hati Stef agar mau diajak ke rumahnya? Apalagi ngobrol sama Mama?
Hmm, mungkinkah?
BERSAMBUNG..