Lisa Manoban, seorang pemain tenis muda yang berbakat, berjuang untuk mewujudkan mimpinya di tengah berbagai rintangan, termasuk masalah finansial dan perbedaan kasta di sekolah.
Dalam perjalanan ini, dia mendapatkan dukungan tak terhingga dari Jen...
Lisa terus berlatih dengan penuh semangat di lapangan tenis yang mewah, memanfaatkan setiap detik untuk meningkatkan keterampilannya.
Dengan gerakan yang lincah dan teknik yang semakin matang, Lisa benar-benar membenamkan dirinya dalam latihan.
Sementara itu, Jennie duduk di sudut lapangan, memandang Lisa dengan kagum. Dia mengamati setiap gerakan Lisa, memperhatikan bagaimana gadis itu mengeksekusi pukulan dan bergerak di lapangan dengan penuh dedikasi. Jennie merasa terinspirasi oleh kerja keras dan tekad Lisa.
Dengan penuh hati-hati, Jennie mengeluarkan ponselnya dan mulai mengambil beberapa foto Lisa yang sedang berlatih.
Jennie memilih sudut yang paling menonjol dan menangkap momen-momen terbaik dari latihan tersebut.
Setelah itu, Jennie memutuskan untuk mengunggah salah satu foto di Instagram Stories-nya, menampilkan Lisa dengan gaya yang penuh semangat dan profesional.
Tidak lama setelah Jennie mengunggah foto, teman-teman dari lingkaran sosialnya mulai membalas cerita Instagram tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pesan-pesan masuk, bertanya-tanya tentang siapa pemain tenis yang sangat berbakat itu. Teman-teman Jennie penasaran dan terkesima dengan keterampilan Lisa yang terlihat dalam foto.
Namun, Jennie hanya tersenyum kecil dan tidak membalas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dia menyimpan ponselnya dan kembali fokus pada Lisa.
Dia menikmati melihat dedikasi Lisa dalam berlatih dan merasakan kepuasan melihat kemajuan yang dicapai.
Selama sisa waktu latihan, Jennie tetap berada di sudut lapangan, sesekali memberikan pujian dan dorongan ketika Lisa menyelesaikan latihan atau melakukan pukulan yang mengesankan.
Jennie merasa senang bisa memberikan kesempatan ini dan melihat langsung bagaimana Lisa berusaha keras untuk mencapai tujuannya.
Setelah berlatih keras, Lisa akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak. Dia duduk di bangku pinggir lapangan, mengusap keringat di dahinya, dan menikmati momen tenang setelah sesi latihan yang intens.
Jennie mendekati Lisa dengan botol air dingin di tangannya. "Kamu sudah bekerja keras. Ini, minumlah. Kamu pantas mendapatkannya."
Lisa menerima botol air dengan senang hati.
"Terima kasih banyak, Jennie. Aku benar-benar menghargainya."
Jennie tersenyum dan duduk di samping Lisa.
"Kamu memang hebat. Aku sangat terkesan dengan kemajuanmu."
Lisa tersenyum dan kemudian bertanya dengan rasa ingin tahu, "Aku penasaran, Jennie. Apakah kamu juga suka tenis?"
Jennie tertawa lembut, "Sayangnya, aku tidak begitu cocok dengan olahraga berat seperti tenis. Aku memiliki fisik yang cukup lemah, jadi aku lebih memilih aktivitas yang tidak terlalu menuntut fisik."