Hari ini adalah hari Senin—hari yang paling dibenci oleh kebanyakan siswa.
Para siswa sudah mulai berdatangan, termasuk Rora, Rami, dan Chiquita yang tengah berjalan di koridor lantai dua, tempat kelas mereka berada. Suara riuh siswa-siswi lainnya terdengar memenuhi setiap sudut ruangan.
Ketiganya berjalan bersama dalam keheningan, tanpa sepatah kata pun. Saat mereka hampir sampai di kelas Chiquita memecah keheningan.
"Rami, gue boleh minta tolong nggak?" Chiquita bertanya sambil merangkul pundak Rami dengan santai.
"Minta tolong apa?" tanya Rami, menoleh ke arah Chiquita sambil membalas rangkulan sahabatnya.
"Ada rencana apa lagi kali ini?" Rora ikut bertanya, mengangkat alisnya dengan penasaran.
Mereka bertiga sudah sampai di kelas dan mulai duduk di kursi masing-masing. Namun, rasa penasaran masih terpancar jelas dari wajah Rami dan juga Aurora.
"Sini, kalian mendekat," bisik Chiquita sambil melambaikan tangannya, meminta keduanya untuk mendekat. Rami dan Rora pun mencondongkan tubuh, memperhatikan dengan saksama apa yang hendak dikatakan Chiquita.
"Kalian kenal Kak Haruto? Mantan wakil ketua OSIS yang bareng Kak Ahyeon dulu?" tanya Chiquita, matanya berbinar sedikit antusias.
"Iya, gue tau. Dia kan selalu bareng sama tiga orang lainnya," jawab Rora sambil mengingat-ingat.
"Betul, Ra," Chiquita mengangguk, membenarkan ucapan Rora.
"Siapa aja emang?" Kini giliran Rami yang bertanya. "Dan ada apa sama mereka?" Sepertinya, Rami benar-benar clueless soal kakak kelasnya itu.
"Ada Jihoon, Yoshi, Asahi, dan Kak Haruto. Mereka berempat tuh problematik banget," jelas Chiquita, menekankan kalimatnya.
Tumben sekali Chiquita terlihat begitu peduli dengan urusan orang lain. Biasanya, dia hanya sibuk dengan dirinya sendiri atau paling ya sibuk dengan Ahyeon.
"Lo kenapa tumben banget, Chik, kepo ngurusin hidup orang lain? Mereka macem-macem sama lo?" tanya Rora dengan nada yang setengah menyelidik. Ia tahu betul sifat sahabatnya itu, meski kadang mereka sering berselisih.
"Iyaa, Ra. Lo tepat sasaran," sahut Chiquita sambil menghela napas.
"Lo diapain sama mereka, Chik?" Kini Rami yang bertanya, wajah nya terlihat begitu khawatir.
"Bukan gue yang mereka apa-apain," ucap Chiquita dengan nada serius, menatap kedua sahabatnya, Rora dan Rami.
Rami mengerutkan dahi, sementara Rora menatap tajam, menunggu penjelasan lebih lanjut.
"Gue nggak sengaja dengar tadi di parkiran mobil, pas gue nunggu kalian," jelas Chiquita, suaranya mulai tegang. "Mereka nggak tahu gue ada di sana. Awalnya, gue nggak perduli sama obrolan mereka. Tapi..." Chiquita berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam. "Gue denger mereka nyebut nama Kak Asa."
Rora langsung mengepalkan kedua tangannya. Amarahnya mulai memuncak, bahkan sebelum Chiquita menyelesaikan ceritanya. Sementara itu, Rami hanya menatap dengan bingung, mencoba mencerna situasi.
"Awalnya gue pikir, mungkin gue salah dengar," lanjut Chiquita. "Tapi sialan... Setelah gue dengerin lebih jelas, mereka beneran menargetkan Kak Asa."
"Mereka nargetin gimana maksud lo, Chik?" tanya Rora dengan nada menyelidik, mencoba menahan emosinya.
"Gue nggak tahu banyak soal mereka, Ra. Tapi yang gue dengar dari orang-orang, mereka tuh problematik banget. Mereka suka macarin cewek-cewek cuma buat di- ajak ONS (one night stand). Setelah itu, mereka ninggalin gitu aja. Tapi..." Chiquita menggigit bibirnya, ragu melanjutkan. "Yang katanya nggak ikutan tuh cuma Kak Haruto."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lowkey.
Roman pour AdolescentsAhyeon, seorang gadis yang dikenal oleh semua orang sebagai sosok yang tak pernah mengecewakan. Dengan prestasi yang gemilang, ia selalu menjadi teladan. Tak ada riwayat buruk dalam hidupnya, tak pernah ada kata 'gagal' yang singgah dalam perjalanan...