Bagian 15

31 15 0
                                    

15; Lorong gedung lama.

Kerja semesta itu aneh, yang sudah tidak mau, pasti ketemu.

🪐

SETIAP manusia itu punya sisinya masing-masing, punya pemikiran sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SETIAP manusia itu punya sisinya masing-masing, punya pemikiran sendiri.
Baik bagi orang-orang, belum tentu baik bagi dirinya sendiri.

Semesta dengan semua kerja anehnya, semaunya.
Aysi menatap kosong ke depan, tatapannya selalu sama setelah satu tahun yang lalu, setelah semuanya memilih untuk usai.
Ternyata, putus dengan cara baik-baik juga cukup menganggu kesehatan mentalnya.

Dan.. brghh!
Lagi dan lagi, ia tidak sengaja menabrak seseorang dari arah berlawanan. Di tempat yang sama dengan waktu yang berbeda, tentunya laki-laki itu lagi. Laki-laki yang sama dengan mungkin momen yang berbeda.

"D- Dhan?" Bibir bawahnya kaku tatkala nama itu di sebut.
Ya, dia adalah Dhandy. Lebih tepatnya M. Dhandy Elian. Laki-laki yang pernah mengisi kekosongan hatinya dan membuat hari-harinya penuh tawa yang menyenangkan.

"Ay, maaf." Laki-laki itu tak berani menatap mata Aysi. Mata yang dulunya selalu menjadi objek pavorit tatkala mereka saling bercengkrama.

"Kak, mau ke mana?" Aysi memberanikan diri untuk bertanya. Jujur saja, setelah sekian lama hari ini adalah hari yang paling bahagia menurutnya. Ia bisa bertemu kembali dengan jarak sedekat ini dengan laki-laki itu. Meskipun ia tau, bahwa ini adalah kebetulan dari semesta untuk membuat hatinya sedikit senang.

"Mau ke basecamp."

"Basecamp?"

"Ya. Lo ga akan tau Ay, yang jelas, itu tempat ternyaman buat gue saat ini."

DEgg!

Kata-kata lo ga akan tau bagaikan pisau yang menikam hulu hatinya. Benar, ia tidak akan tau dan juga tidak akan pernah tau. Karena tidak ada lagi alasan untuk tau, kisah mereka telah usai dan benar-benar usai sekarang.

Aysi menatap lesu ke arah samping. Mendengus kasar. "Lo ga akan tau," ulangnya secara perlahan. "Iya, bagaimana gue akan tau, sedangkan kita udah lama usai. Bahkan, kita seasing ini sekarang," batinnya lagi.

"Aysi maaf, tapi gue harus pergi." Dhandy pergi meninggalkan Aysi dengan semua senang dan sedihnya saat ini.

"Gue ga tau harus senang apa sedih sekarang. Lagi dan lagi gue ga bisa bohong, gue rindu sama lo. Rindu semua tentang kita kak."

Ia kemudian kembali melangkahkan kakinya. Ternyata, pemikirannya yang membawa ia sejauh ini. Padahal, ia bisa saja harusnya berjalan menuju gedung Pramuka lewat jalan depan. Tapi, hati kecilnya memilih untuk jalan di gedung lama. Dan ternyata, ini hadiah dari semesta untuknya hari ini.

RAinn [ON GOING!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang