•☘️Happy Reading ☘️•
Kerja di cafe, kuli bangunan, jadi tukang becak, tukang parkir, pengangkut sampah, tukang pos, cari barang bekas, semua sudah Sean kerjakan untuk kebutuhan sehari-hari nya dan biaya pengobatan abangnya.
Sean itu anak yang pekerja keras, dia rela pulang sekolah langsung kerja demi abang-abangnya. Saat ini, hanya mereka berdua lah penyemangat Sean ada di dunia ini.
Seusai dari taman, kedua abang beradik itu, Sean dan Jean. Mereka memutuskan untuk kerumah sakit dulu melihat kondisi jefan yang saat ini masih terbaring lemah di rumah sakit.
Sean dengan senang hati mendorong kursi roda Jean, ingin naik angkutan umum Sean tidak memiliki uang yang banyak.
"Kita balik ke rumah aja dek."ucap Jean mendongak.
Sean menunduk, menatap abangnya. "Kenapa balik ke rumah? Kita kan mau ke rumah sakit liat kondisi bang Jejep." balas Sean.
Jean menghela napas, lalu menatap lurus ke depan. "Rumah sakit masih jauh, abang gak mau kamu kecapean gara-gara dorong kursi roda abang. Mendingan kita pulang aja, besok saat kamu sudah punya uang lebih kita baru ke rumah sakit."
Jean kasian pada sean, sepulang sekolah adiknya sudah bekerja, lalu mengajak Jean untuk menenangkan pikiran di taman, dan sekarang adiknya akan mendorong kursi roda nya hingga rumah sakit? Jean tidak tega melihat adiknya kelelahan.
Jean tau, sean sebenarnya capek dengan semuanya. Namun, sean tidak pernah menampakkan sisi lemahnya di depan Jean, anak itu hanya akan melamun di tengah malam, hingga tertidur. Keesokan paginya, anak itu kembali ceria seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Gak papa kok bang. Kalo abang gak mau aku kecapean dorong kursi roda abang, gimana kalo abang naik angkot aja, uang sean cukup kok untuk abang naik angkot." kata sean.
"Apa-apaan sih dek!, terus kamu gimana?" tanya Jean sedikit kesal.
Sean tersenyum, menampilkan deretan gigi nya. "Sean jalan lah, sekalian olahraga. Udah ya, jangan banyak cerita, ini panas banget Sean takut abang kelamaan kena panas malah gak baik untuk kesehatan abang." Sean mengayunkan tangannya memberhentikan sebuah angkutan umum yang hendak lewat.
Ia lantas mendorong kursi roda abangnya di bantu supir angkot yang turun untuk membantu sean.
"Bang, titip abang saya ya. Antarkan ke rumah sakit umum medika. Nanti tolong di turunkan juga ya bang," Sean mengambil uang di saku celana nya. "Ini ongkos nya," Sean menyerahkan uang bernilai 25 ribu pada tukang angkotnya.
Si tukang angkot mengambil uangnya, lalu menatap Sean. "Loh, kamu gak naik sekalian dek?" tanya nya.
Sean menggeleng seraya tersenyum. "Saya mau ke suatu tempat sebentar, gak searah sama abang saya. Udah ya bang, jagain abang saya." sean melenggang pergi. Sementara si tukang angkot kembali naik ke mobilnya sebelum para penumpang marah.
☘️•☘️•☘️
Sean memberhentikan langkahnya dan duduk di pinggir trotoar, ia menghela napas, mengelap keringat yang menetes di pelipis. Kedua tangannya ia pakai untuk mengipas-ngipasi wajahnya yang sudah merah.
"Panas," keluh nya, "Capek." lanjutnya berkata.
Sean capek, dia lelah hidup seperti ini. Berjuang sendiri disaat umurnya yang masih 15 tahun, dimana, Anak-anak seusianya tengah berbahagia, menikmati masa remaja nya dengan bermain bersama teman-teman, bukan seperti dirinya yang harus kerja apa saja yang penting dia dan abangnya bisa makan tanpa kelaparan.
"Bang jejep, cepat sadar ya. Sean capek berjuang sendirian,"
Sean tidak menyalahkan takdir yang membuat hidupnya seperti ini, tapi Sean menyalahkan dirinya sendiri yang mudah mengeluh dalam segala hal. Bukannya tidak bersyukur, tapi sean terlalu lelah.
Tiap tengah malam, Sean selalu berpikir. Bagaimana masa depan nya? Apa dia bisa bahagia bersama para abangnya? Ataukah hidupnya akan semakin melarat?.
"Bang, mau beli bunga?"
Seorang anak kecil menghampiri sean. Tangan mungil anak kecil itu mengulurkan beberapa tangkai bunga mawar pada Sean yang mendongak menatap nya.
"Berapaan dek?" tanya sean melihat bunga-bunga yang di sodorkan anak kecil itu.
Si kecil tersenyum, "Satu nya 10 ribu bang. Beli ya bang, Caca laper, dari tadi gak ada yang beli." kata anak yang bernama 'Caca' itu pada Sean.
Sean mengernyit, "Orang tua kamu mana?" tanya Sean.
Caca memilih duduk di samping Sean, menatap jalanan jakarta yang rame pengendara. Sesaat, caca terdiam. Sebelum akhirnya ia menatap Sean yang sedari tadi menatapnya.
"Orang tua caca gak tau kemana. Dari kecil, caca di tinggal di depan panti asuhan. Sampai sekarang usia caca 13 tahun, gak ada yang adopsi caca. Jadi caca memutuskan keluar dari panti karena kasihan sama ibu panti yang nampung anak kayak caca." jelas nya seraya menunduk.
"Umur kamu 13 tahun?"
Caca mengangguk, lalu menatap Sean. "Iya, kenapa? Badan caca kecil ya? Banyak sih yang ngira caca masih umur 10 tahun, padahal caca udah SMP." Kekeh caca.
"Jadi, kamu tinggal dimana sekarang?"
"Ngekost, tiap bulan bayar 100 ribu. Tapi, di kosan gak ada apa-apa selain tempat tidur. Yah ia lah, orang sebulan aja 100 ribu." Caca memainkan tangkai bunga yang ia pegang.
"Kamu sendiri, ngapain disini? Ngemis?"
Sean mendelik, "Enak aja, kamu kira aku mau minta-minta uang sama orang tanpa usaha? Aku masih punya fisik yang kuat untuk kerja tanpa minta-minta kayak gitu." kesal Sean merasa tak terima di tuduh pengemis oleh caca.
Caca tertawa melihat wajah kesal Sean. "Yah udah sih, muka nya santai aja. Aku kira kamu ngemis, orang kamu kayak pengemis gitu duduk di sini." kata Caca.
Sean menghela napas. "Kalo aku pengemis, kenapa kamu nawarin bunga sama aku? Belum tentu aku di kasih uang sama orang!"
Caca menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Sean benar juga, "Eh iya. Yah udah, mau temenan? Nama ku Anastasya tapi anak-anak panti panggil aku caca, aku juga gak tau asal usul nya dari mana. Yah udah, sampai sekarang manggil diri sendiri caca." kata nya mengulurkan tangan di hadapan Sean.
"Seano, panggil Sean aja." Sean meraih tangan caca. Untuk sesaat mereka terdiam saling menatap, hingga akhirnya kedua tersadar, lalu membuang pandangan kearah lain karena salting.
"Aku duluan ya Sean. Mau jualan bunga lagi, oh ya. Kalo kamu mau ketemu aku, setiap sabtu sama minggu aku di taman kota. Kamu bisa nungguin aku di situ, aku datang dari jam 6 sore. Aku duluan ya Sean, bye." caca berlari sambil melambaikan tangan ke arah Sean dan Sean membalas kan nya juga.
Sore itu, Sean bertemu dengan seorang cewek bertubuh mungil yang juga lagi berjuang untuk masa depan nya. Sean iri melihat caca yang begitu antusias meskipun ia tidak punya siapa-siapa dihidup nya. Sedangkan Sean masih memiliki Jean dan jefan yang berada di sisi nya.
"Selamat berjuang caca!" Gumam Sean setelah punggung mungil itu menghilang dari pandangan.
Sean bangkit, kemudian kembali berjalan menuju rumah sakit yang masih jauh di depan sana.
TBC
Sean nemuin teman senasib tuh!
Btw makasih yang udah baca dan kasih vote. Oke deh itu aja, see you next time!Ig:syhnjtj_pitaaaaa