04. Kindness of a person

14 2 0
                                    

                     •☘️Happy Reading ☘️•



"Loh lupa sama janji kita?!"

Bruk

Sean baru saja sampai di depan gerbang sekolah, lalu Rai tiba-tiba datang dan terus melayangkan bogeman mentah ke arah pipi Sean. Karena tidak ada persiapan, akhirnya tubuh Sean tersungkur, kepalanya terantuk pada sebuah batu kecil yang membuat darah segar langsung mengucur.

"Apaan?" tanya Sean sambil memegangi kepalanya.

Rai tertawa sinis, "Lo lupa? Kita janjian ketemuan di belakang gedung sekolah jam 5? Karena lo gak datang, lo harus nanggung konsekuensi nya. Siap-siap aja, pulang sekolah nanti lo udah liat kondisi abang lumpuh lo itu mati!" tekan Rai.

Sean langsung bangkit. "Lo mau ngapain abang gue, Sialan!" teriak Sean dengan amarah menggebu-gebu.

Rai sedikit terkejut melihat reaksi Sean. Namun itu tidak melunturkan senyuman sinis nya. "Waduh, santai bro." Rai mendorong tubuh Sean agar mundur beberapa langkah kebelakang.

"Gue gak akan buat abang lo celaka, tapi lo harus nurutin 1 permintaan gue."

"Apa?!"

Rai terkekeh sinis, lalu membisikkan sesuatu di telinga Sean. “Jadi babu gue selama sebulan. Gak boleh ngelawan apapun yang akan gue lakukan sama lo, kalo lo sampai melawan. Siap-siap aja, nyawa abang lo taruhan nya!”

Sean terdiam. Bagaimana mungkin sean menjadi babu rai selama sebulan dan tidak bisa melawan perbuatan apa yang akan rai lakukan pada nya nanti? Bagaimana jika nanti rai tidak mengizinkannya pulang? Bukan kah sama saja, menuruti keinginan rai atau tidak, kondisi Jean akan memburuk.

"Enggak! Gue gak akan sudi nurutin semua permintaan lo!. Gue ikhlas rai kalo lo selalu bully gue, gue diam selama ini atas semua perbuatan lo! Tapi maaf, kalo lo udah nyeret abang gue dalam masalah ini, gue gak akan tinggal diam."

Setelah mengatakan itu, Sean pergi meninggalkan rai yang masih mematung di tempatnya.


                                     ☘️•☘️•☘️



Arion dan Sean duduk di salah satu meja di kantin. Usai memesan makanan di stand makanan dan minuman, keduanya mencari tempat duduk yang nyaman sambil menunggu makanan mereka datang.

Sean menatap sekitar. Hari ini, kantin lumayan sepi. Karena kalo gak salah, banyak siswa-siswi yang sedang ngumpul di gor sekolah untuk menyaksikan pertandingan basket antar sekolah.

"Setelah pulang sekolah nanti, lo mau kemana lagi?" tanya Arion.

Sean mengangkat bahu acuh. "Gak tau, proyek perumahan itu udah selesai. Mas ari belum dapat job lagi." balas Sean sekenanya.

"Lo mau jadi tukang kebun gak di rumah tante gue? Kebetulan mereka lagi nyari tukang kebun yang baru, yang lama mau berhenti." ucap Arion.

Mata Sean berbinar, "Lo serius, yon?"

Arion mengangguk, "serius lah. Lo mau gak, gaji nya lumayan. Nanti gue deh yang bilang sama tante gue kalo lo tuh kerja nya gak bisa dari pagi sampai sore. Palingan di kurangi sedikit gaji lo."

"Gak papa, yon. Itung-itung untuk bantu biaya rumah sakit bang jejep, bulan besok udah pembayaran lagi, terus buat biaya terapi bang jeje juga." kata Sean.

"Gue beruntung kenal lo, Sen. Lo anaknya pekerja keras, gak gampang nyerah. Gue insecure sama lo, lo bisa cari uang sendiri, sedangkan gue masih minta sama ortu."

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang