07

8.5K 528 0
                                    

"Suntikkan sekarang" titah Barra.

Dengan cekatan Rion berusaha menyuntikkan obat itu ke adik kecilnya, namun sepertinya keberuntungan Kali ini ada di pihak Liel.

"Engh" lenguhan Liel merasa terganggu.

Perlahan mata hazel cantik itu terbuka sedikit demi sedikit, nampaknya Liel adalah orang yang mudah untuk dibangunkan.

"A-ah, sakit" ucapnya diiringi dengan isakan kecil.

"Liel tidak sakit, kenapa Liel disuntik uh" Tanya Liel masih dengan isakan nya.

"Shut, tidur lagi honey" rayu Rion mengelus lembut rambut Indah Liel.

Bagai dihipnotis Liel langsung kembali ke Alam mimpinya seperti semula.

"Kita tak bisa" ucap Barra.

"Itu bisa dicampurkan ke dalam minumannya" solusi Rion yang sangat membantu.

"Kau memang bisa di andalkan" lagi-lagi Barra memuji Rion.

Rion tak menggubris ucapan Barra. Setelah di pastikan Liel tertidur pulas, Rion segera keluar dari ruangan itu dan kembali ke kamar pribadi nya.

Daun-daun pohon bergerak sesuai dengan arah yang ditiupkan angin, pagi ini nampaknya cuaca tak begitu pantas untuk di katakan bagus. Awan-awan yang biasanya akan berwarna putih nampak sekarang berwarna hitam. Beberapa Kali terdengar kilatan petir menyambar ke berbagai arah.

Siapa bilang Liel tak takut suara kilatan yang menyeramkan itu? Terlihat ia sekarang meringkuk ketakutan dibawah selimut berbulu tebal berusaha mengabaikan Rasa takut nya. Namun nihil usaha itu tidak akan ada hasil.

"Ibu" ucap Liel menggumam dengan gemetar meminta pertolongan.

Dimana seluruh anggota yang kemarin memintanya untuk masuk ke dalam penjara emas itu? Entahlah.

"Apakah ini tak berlebihan" Tanya Satria.

"Sudah cukup Pak tua, kasihan kelinci kecil ku" pinta Arsen dengan Nada lemah.

"Sebentar lagi" ucap Barra.

Ya mereka sedari tadi ada dalam ruangan rahasia keluarga Greyson. Mereka mengawasi Liel dari banyak cctv yang di pasang di kamar Barra. Oh tuhan apa lagi sekarang rencana yang mereka buat?.

"Ku hitung sampai Tiga, dan drama sialan ini selesai. Aku tak meminta pendapat." Putus Rion dengan emosi.

1
2
3

Hitungan dari Rion. Saat hitungan ketiga di sebutkan semua orang yang berada di dalam ruangan itu berlari menuju kamar yang di tempati permata mereka.

Pintu dibuka dengan kasar oleh Rion, dan Arsen langsung membuka lembut gumpalan selimut itu. Terlihat seorang pemuda dengan wajah merah dan dengan tangis yang tertahan.

"Shut kelinci kecil tak apa, kakak ada disini" ucap tenang Arsen merengkuh tubuh kecil itu untuk masuk ke dalam pelukan hangat nya.

"Kakak, Liel takut" ucap gemetar Liel dengan tangisan yang tak bisa ia tahan lagi.

"Tak apa kitty, tak perlu khawatir sekarang Liel Aman bersama kami" ucap Barra menenangkan.

"Lihat, semua nya ada disini. Liel tak sendiri bunny" lanjut Arsen mengangkat Liel untuk digendongnya ala koala.

Liel tak menanggapi itu semua, ia sibuk menenangkan dirinya sendiri.

Setelah Liel tenang, tiba-tiba badannya terasa lemas. Dengan tak ada tenaga ia menjatuhkan kepala nya ke pundak Arsen.

"Bunny, ada apa?" Tanya Arsen merasa tubuh Liel yang tiba-tiba melemas di gendongan nya.

"Kakak, badan Liel lemas. Liel tak kuat" itulah ucapan terakhir dari Liel sebelum kesadaran Liel sepenuhnya hilang.

B'BIEL (TIDAK SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang