Penuliasan Dialog dan Monolog
Pemateri: freddysan46
Moderator: dianasyhariPenulisan Dialog dan Monolog
Dialog ditulis di dalam tanda petik ganda atau petik dua. DIAPIT. Dalam menulis dialog atau percakapan antar tokoh di dalam cerita, ada dua cara.
1. Tag
2. AksiYuk, kita bahas satu per satu.
TAG
Simpelnya, tag itu berupa kata ujaran, seperti kata, ucap, ujar, bisik, teriak, tanya, dan lain-lain. Tanda baca yang boleh digunakan sebelum tag ada tiga, yakni KOMA, tanda seru, dan tanda tanya. Pilih yang paling sesuai dengan ekspresi si tokoh.Contoh :
1. “Kamu mau apa?” tanya Amin.
2. “Pergi!” teriak Amin.
3. “Makan, yuk,” ajak Amin.
4. “Dia jahat,” bisik Amin.Ingat, tag ditulis dengan huruf kecil, ya. Perhatikan contoh di atas.
AKSI
Simpelnya, aksi tidak diikuti oleh kata ujaran. Aksi menjelaskan tentang bagaimana dialog tersebut terjadi atau dilakukan oleh si tokoh. Tanda baca yang boleh digunakan dalam aksi ada tiga, yakni TITIK, tanda seru, dan tanda tanya. Pilih yang paling sesuai dengan ekspresi si tokoh.Contoh :
1. “Dasar, bodoh!” Dia menunjuk ke mukaku.
2. “Kamu mau?” Dia melirik sinis ke arahku.
3. “Aku tidak mau.” Dia melangkah pergi.Perhatikan kalimat setelah dialog yang ada di dalam tanda petik. Itulah yang dinamakan dengan aksi. Aksi bisa berdiri sebagai kalimat sendiri. Coba perhatikan:
- “Dasar, bodoh!”
- Dia menunjuk ke mukaku.Karena itulah, dialog diakhiri dengan titik, tanda seru, dan tanda tanya. Bukan koma. Beda dengan tag yang tidak bisa dipisahkan dari dialog tokohnya.
- “Dia jahat,”
- bisik Amin. = ini bukan kalimat. Kalau kalimat yang benar : Amin berbisik.Jadi, tag dan dialognya merupakan satu kesatuan kalimat. Sudah bisa membedakan tag dan aksi, kan?
Saran terkait dialog:
1. Jangan sering-sering gunakan tag, apalagi beruntun karena itu akan sangat membosankan. Aksi jauh lebih bermanfaat dan mendukung isi cerita. Aksi lebih bernilai ketimbang kita sekadar kasih tahu pembaca ‘kata Amin’. Bukan berarti tidak boleh dipakai. Boleh, kok. Namun, jangan terus-terusan.2. Ada kalanya dialog tokoh yang beruntun, beberapa tidak diberi tag maupun aksi. Misal:
“Aku mau ke sana!” Ani mulai merajuk.
“Jangan!” cegahku dengan cepat.
“Tapi, aku mau ke sana, Rhoma!” Ani berteriak lebih keras lagi.
“Sekali jangan, ya jangan!”
“Isssh.” Gadis itu mendesis kesal.Ada yang tidak pakai tag atau aksi, kan? Yang penting pembaca tetap tahu, siapa yang berbicara. Trik ini hanya untuk mengurangi kejenuhan saja atas dialog yang bertubi-tubi seperti itu. Namun, jangan beruntun banyak-banyak yang kosong tanpa tag atau aksi ya. Maksimum empat sih saya biasanya.
3. Dialog ditulis di baris baru jika mau diletakkan di awal. Jangan bertumpuk-tumpuk dengan narasi. Contoh:
Aku pergi ke ruang makan dan menemukan Andin tengah berselingkuh dengan Aldebaran. “Dasar, wanita tidak tahu diri!” teriakku marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATERI SEMINAR KEPENULISAN
Non-FictionKumpulan materi dan Q&A seminar yang diadakan di grup Whatsapp, Agapi Pustakam.