Mertua ku Suami ku

447 15 0
                                    

"Jangan macam-macam Kalila. Saya bisa menuntut Kalista atas tuduhan penghilangan nyawa dan meminta om dan tante mu itu untuk ganti rugi."

Kalila ingin menampar laki-laki yang kini duduk dihadapannya membalut luka sayat dipergelangan tangannya. Kalila nekat mengakhiri hidupnya setelah mengetahui ia dijadikan tebusan menggantikan Kalista duduk di pelaminan menggantikan mendiang calon istri Bastian.

"Tapi aku bukan Kalista!" Isaknya dengan nada marah. "Aku Kalila."

"Terserah aku tidak peduli. Yang kami tahu orang yang pertama kali diajukan adalah Kalila bukan Kalista dan itu diri mu."

"Dasar jahat." Geram Kalila, Bram sudah mengetahui Kalista tak ingin menggantikan calon mempelai wanita. Jadilah ia yang ditukar.

Bram menangkap tangan Kalila yang bersiap menampar wajahnya. Tangan yang terasa kecil berada dalam genggaman telapak kokoh dan berurat milik Bram.

"Sopan sedikit dengan calon ayah mertua mu Kalila. Jangan buang-buang tenaga hari masih panjang menghadapi tamu di luar sana." Bram berdiri selesai mengikat perban di pergelangan tangan Kalila. "Bi tolong bantu dia pakai gaun pengantinnya." Terang Bram hendak berlalu. Tapi kemudian berbalik lagi. "Ingat jangan membuat keributan atau aku akan menyumpal mulut mu calon menantu ku." Bram melangkah keluar berbaur dengan para tamu undangan yang sudah datang sepagi ini.

Semua acara diserahkan pada Bram termasuk biaya dan siapa saja tamu yang mereka undang. 

"Dimana Kalila?" Tanya Widya si perempuan ular.

"Di kamarnya." Sungut Bram tak ingin melihat perempuan itu bermanis muka. Semua atas inisiatifnya Kalila menggantikan Kalista.

Sebentar lagi ia akan mendapatkan menantu kaya setelah Kalila menikah dengan Bastian. Widya dan suaminya tak perlu lagi terlalu pusing memikirkan masalah keuangan.

'Jackpotlah pokoknya.'

Batin Widya riang gembira. Sementara Bram yang sibuk berbicara dengan tamu dan Hasan, suami Widya yang akan menjadi wali nikah Kalila. Secara ia adalah paman dari pihak ayahnya.

"Permisi sebentar." Bram memisahkan diri dari keramaian setelah Xavier asistennya ingin berbicara empat mata. "Ada apa Xavier?"

"Pak, tuan Bastian tidak bisa dihubungi. 29 menit yang lalu dia masih mengabarkan sudah di jalan berangkat dari apartemennya."

"Hubungi lagi."

Xavier mencobanya kembali tapi nihil. Panggilan WhatsApp dan dial biasa sama-sama tak ada jawaban.

"Tidak bisa pak." Xavier menunjukkan wajah cemas tuannya seperti ayam yang siap kehilangan nyawa.

"Kenapa Bram?"

"Ma, Bastian tidak bisa dihubungi."

"Ya ampun anak ini!"

"Gimana ini ma." Bram panik. "Pernikahan ini tidak boleh batal." Ia pusing setengah mati sudah mempertaruhkan segalanya.

"Tenang Bram. Ayo ke dalam dulu, pengantin wanitanya sudah siap." Bram meraup udara sebanyak-banyaknya. Keadaan sudah terjepit seperti ini ia tidak tahu jalan keluar apalagi yang harus ia tempuh.

Nampak Bram, ayahnya dan wali nikah Kalila sedang berbicara tentang sesuatu setelah Bram meminta waktu 1 jam lagi.

"Nikahi saja dia Bram." Saran ibunya di luar ekspektasi.

Bram terkejut.

"Ma."

"Sejak awal ini memang pernikahan mu Bram. Sudah waktunya kamu menikah lagi, soal Bastian. Kita pikirkan nanti."

Mertua Ku Suami KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang