27 Menit (Larry Stylinson)

1.4K 71 5
                                    

Waktu.

Memang selalu itu dari awal: Waktu.

Detik, menit, jam bercampur menjadi satu untuk membuat topeng yang tidak akan bisa diruntuhkan. Untuk membuat dinding besi yang tidak akan bisa dihancurkan. Untuk membuat gambaran yang tidak akan bisa diubah.

Ini salah. Ini tidak benar. Tidak peduli apa yang hatinya katakan, itu semua salah. Setiap debaran dan denyut yang dirasakan tidak berarti apapun. Dia tidak berarti apapun. Mereka tidak berarti apa - apa.

Mereka selalu bilang bahwa orang yang paling patah hati bisa sembunyi dibalik senyum yang sempurna. Tawa dan lelucon bisa membawa perilaku yang bahkan tidak pernah ada.

Tawa dan senyum penuh kebohongan hanya untuk menyembunyikan orang paling rusak yang hanya ingin mengatakan yang sebenarnya. Hanya ingin bebas dari setiap rantai yang menahannya ke bawah.

Tetapi rantai itu hanya menggenggamnya semakin erat, tidak pernah melonggarkan cengkramannya. Tersedak dari luar maupun dalam dan membalut setiap kepalsuan yang ada dihidupnya. Membuyarkan pandangan dan pikirannya dengan pikiran mematikan. Mencengkram dan menarik hatinya.

Hingga semuanya berhenti.

Hingga ia berhenti berjuang.

Hingga ia menyerah.

Dan tidak ada apapun yang bisa membuatnya kembali.

-----------------

Senin, 15 Juli 2013. 19:03

Itu semuanya.

Jerami terakhir yang membuatku tersadar. Hal terakhir yang saya tahu saya bisa tahan. Dorongan kecil terakhir yang saya butuhkan untuk membuat saya hancur. Sudah selesai.

Saya bisa merasakan hal ini memakan tubuhku, mencakar dan mencengkram setiap serat tubuhku. Mencari sesuatu untuk digenggam dan sesuatu untuk bertahan terhadap sesuatu dan tidak pernah dilepaksan. Apakah ini? Kesalahan. Keaiban. Keinginan. Cinta.

Cinta bodoh.

Kenapa saya tidak bisa lupa? Semua orang bisa. Kenapa saya tidak bisa melanjutkan hidup? Semua orang melakukannya. Hanya saya orang yang tetap bertahan kepada sesuatu yang tidak akan pernah terjadi. Dan kenapa? Karna ini salah. Salah dimata mereka. Menjijikan, hina, memuakkan.

Tetapi dimata saya? Ini sangat sangat indah.

Dia indah, dan kita bahkan bisa menjadi lebih baik.

Tetapi dia lupa, sama seperti mereka. Dia bisa melanjutkan hidupnya tapi saya tidak pernah bisa.

Saya tetap mengintai didalam bayang bayang masa lalu yang tidak akan bisa menjadi masa depan. Rencana yang lama terlupakan dan terbuang bersama debu.

Saya tidak melupakan Harry, dan saya berjanji tidak akan pernah.

----------

Pelan-pelan saya berjalan ke apartemenku yang gelap. Tau bahwa saya akan sendirian dengan kedamaian yang mati-matian kubangun.

Saya tidak berani menatap siapapun sekarang, takut mereka akan lihat. Lihat kedalam pikiran saya dan apa yang saya rencanakan. Tidak, mereka akan mencoba menghentikan saya.

Dengan tangan gemetar saya mengeluarkan kunci dan membuka pintu saya. Semuanya masih terlihat sama seperti yang saya ingat saat saya menyalakan lampu dan melihat setiap detailnya. Menekannya kedalam memori bersama dengan segala yang terjadi disini.

Senyum lemah membuat jalannya ke bibir saya saat saya berjalan melewati setiap lorongnya, mengingat setiap kejadian disini. Semua pecahan vas yang kita dapat karna terlalu ceroboh. Ini adalah keajaiban mengapa kita tidak pernah punya masalah serius dari itu semua, tapi itu tidak menghentikan kita.

Ruang tamu selalu menjadi tempat favorit saya. Penuh dengan kenangan tentang menonton film dimalam hari, perang popcorn, dan lain lain. Ini juga menjadi tempat dimana rahasia-rahasia dibagikan dan bahkan rahasia-rahasia itu bukan yang terburuk. Paling tidak bukan rahasia saya.

Saya menelusuri laci-laci di dinding dengan foto-foto diatasnya. Foto-foto mulai dari masa kecil saya hingga hari terbaik dalam hidup saya; band kami.

Hari dimana kami ditempatkan bersama dalam satu band adalah satu hari terbaik didalam hidup saya. Saat mendengar kata-kata itu tangan saya langsung terulur ke arah laki laki dengan rambut berantakan itu. Momen itu mengubah kedua hidup kami lebih dari apapun.

Mengubah pandangan saya ke beberapa foto yang lain, saya melihat semua momen berharga dalam karir kami. Memenangi penghargaan Brit Award pertama kami, sampai penghargaan MTV award dan konser pertama kami di Madison Square Garden. Semua kenangan tersebut membuat saya tersenyum kecil bersamaan dengan setiap obrolan dan kenangan tersembunyi yang berada dibelakangnya.

Saya menggelengkan kepala saya untuk mengusir jauh pikiran saya dan melangkah ke lantai atas, mengacuhkan sisa rumah tersebut dalam perjalanan keatas. Menjaga kepala saya tertunduk, saya bergegas menuju ke kamar saya dan mencari tas kecil. Membukanya dan meletakkan beberapa baju didalamnya sebelum melanjutkan ke keperluan lain yang saya butuhkan.

Catatan harian saya, atau lebih tepatnya buku harian saya. Tertulis setiap harinya semenjak saat saya audisi untuk X Factor. Sebuah album foto tentang setiap foto yang saya rasa memiliki arti spesial dihidup saya. Dan terakhir, laptop saya, semuanya tersusun didalam tas bersama setiap hal yang sudah berbulan-bulan tersembunyi disana.

Berdiri sedikit lebih tinggi dan melihat pandangan terakhir kedalam ruangan itu membuat saya berdesah dan menutup mata saya. Bahkan kenangan-kenangan tentang tawa, ciuman lembut yang dibagikan dan cinta. Begitu banyak cinta.

"Ini untuk yang terbaik." Saya berbisik kepada diri saya sendiri sebelum mengambil tas saya dan menuju kembali ke lantai bawah. Memutar knob pintu dan membiarkan mata saya memandang seluruh apartemen saya sekali lagi. Mencoba semua yang terbaik untuk membentengi hati saya untuk menjaganya sebelum mengubah pikiran saya. Meletakkan topeng diatas perasaan saya sama seperti yang mereka katakan kepada saya dulu. Untuk menjadi sesuatu yang saya tau bukan saya.

"Selamat tinggal Harry"

Dan dengan itu saya pergi, dan tau tidak akan pernah kembali.


27 Minutes (Larry Stylinson) (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang