"JEAN!!!" Abi berlari sekencang mungkin, menghampiri Jean yang baru saja menabrak trotoar. Masa bodoh dengan banyak sorot mata yang kini menatap heran kearahnya,
"siapanya Jean?"
"Kakaknya Jean?"
"Nggak mungkin, si Jean nggak pernah publish keluarganya,"
semua yang ada disini tidak tau siapa Abi dan apa hubungan Abi dengan Jean, tak heran beberapa teman-teman Jean kini terlihat bingung terlebih saat melihat sorot mata abi yang benar-benar khawatir.
"Je? Apa yang luka? Kita ke rumah sakit sekarang," untungnya tabrakan itu tidak terlalu parah, bahkan remaja yang kini duduk di bangku kelas tiga SMA itu sudah berdiri dan mendirikan motor dibantu beberapa temannya. "Jean nggak papa," Jean masih berusaha menutupi siapa pria yang kini mengkhawatirkannya, lagi-lagi Jean tetap mau mempertahankan privasi keluarganya.
"Pulang," setelah yakin dengan jawaban Jean yang baik-baik saja, hanya sepatah kata itu yang akhirnya keluar dari mulut Abi. Raut wajah yang semula khawatir kini berubah dingin sampai membuat nyali Jean menciut seketika. "Jean susul dari belakang ya?" ingin rasanya Abi menyeret anaknya ini, bisa-bisanya ia masih memikirkan motor disaat ayahnya sedang khawatir tentang keselamatannya.
"tinggal motornya, biar diambil Kakak," jawab Abi sebelum berjalan mendahului Jean. Mau tidak mau Jean mengiyakan Abi tanpa membantah. "Siapa Je?" bisik Vero, sahabat Jean. "Kapan-kapan gue ceritain," pungkas Jean sebelum mengikuti Abi.
Selama dalam perjalanan, Abi diam. Tidak ada sepatah katapun yang Abi keluarkan, sisi dingin abi kembali keluar saat kekhawatiran menyelimuti hatinya. Terlebih Abi lah yang selama ini mendukung hobi Jean, Abi tau dan Abi sadar akan konsekuensi ini. Selama ini Abi berusaha percaya pada anaknya namun ternyata hari ini Jean mengecewakan Abi.
"Maaf Yah, Jean salah, harusnya Jean cek kondisi motor," setelah mengumpulkan segenap keberanian, akhirnya Jean berhasil mengucapkan kalimat ini. Namun Abi tetap diam, Jean pun menyadari bahwa saat ini ayahnya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
"Jean nggak pa-pa yah, Jean bahkan nggak luka, ayah jangan khawatir ya Yah?" Abi masih diam, pria paruh baya itu masih fokus melajukan mobilnya. Akhirnya Jean memilih untuk ikut diam sembari merapalkan beribu doa agar ayahnya baik-baik saja, agar kejadian ini tidak berefek buruk apapun pada kesehatan sang ayah.
Tak berselang lama akhirnya mobil itu sampai di halaman sebuah rumah mewah. Abi langsung turun disusul Jean yang sedikit pincang karena kakinya sempat terhimpit motor. Bohong jika Jean tidak terluka, nyatanya kini laki-laki itu mulai merasa tak nyaman dengan kakinya.
Menyadari langkah anaknya yang tidak seperti biasa membuat Abi segera berbalik dan menyusul Jean lalu menggendong anaknya itu sampai masuk ke dalam kamar. Setelah menurunkan Jean ke kasurnya, Abi segera mengambil beberapa obat di kotak P3K yang selalu ada di masing-masing kamar, Abi mulai memberi perawatan pada kaki Jean tanpa bersuara begitupun Jean. Ingin rasanya Jean berteriak saat luka di kakinya diobati oleh Abi tapi melihat sang ayah yang diam seribu bahasa membuat Jean ketakutan.
Setelah selesai, Abi langsung beranjak dari kamar Jean. Namun tak berselang lama Abi kembali dengan membawa beberapa makanan dan lagi-lagi Jean hanya menurut tanpa protes. "Yah, jangan kepikiran ya yah? Bukan salah ayah, ini emang Jean yang salah, Jean yang ceroboh. Jean nggak masalah kalau harus berhenti balapan, tapi ayah jangan sampai kepikiran ya, Yah?" Kalimat panjang itu Jean ucap sembari mati-matian menahan tangis.
"Maaf ya Bang," akhirnya Abi menjawab Jean. "maaf kalau ayah bikin Abang trauma," Jean seketika menggeleng. Bukan ini maksud Jean, "nggak yah, nggak gitu,"
"Tidur ya bang, kalau udah enakan jangan lupa sholat," pungkas ayah sebelum berlalu meninggalkan Jean yang kini menangis.
"Yah, Jean nggak trauma, sama sekali nggak. Jean cuma takut ayah sakit lagi gara-gara Jean, Jean nggak mau yah," lirih Jean yang kini mengulas peristiwa yang beberapa tahun lalu menimpa dirinya. Peristiwa yang sepanjang hidup tak akan Jean lupakan, peristiwa yang hampir membuat ia kehilangan sang ayah.