5. Ini Tidak Gratis

47 1 0
                                    

Lucas baru saja menemui Slade di ruang utama. Dan kini ia melangkah tegas menuju kamar Serena.

Semalam ia langsung meminta pengawal pribadinya itu untuk mencari tahu hubungan Serena dengan pria tua yang ia hajar habis-habisan kemarin di kamar hotel.

Setelah melihat noda darah di sprei, yang menandakan dirinyalah yang merenggut keperawanan Serena. Lucas jadi penasaran, sebenarnya apa yang sedang dilakukan Serena bersama si pria tua di hotel. Jika Serena menjual diri, bukannya seharusnya adik tirinya itu sudah tidak perawan? Tapi, Serena masih perawan.

Sekarang semua rasa penasaran Lucas telah terjawab, lewat kertas pelunasan hutang yang kini di dalam genggaman tangannya.

Ternyata Serena telah berhutang pada si pria tua. Sepuluh juta dolar. Dan gadis itu dijadikan jaminannya.

"Sebenarnya kehidupan seperti apa yang kau jalani selama ini, Serena?" gumam Lucas dengan tatapan menajam sambil mencengkeram kertas di tangan kanannya. Ia melangkah terus sampai tiba di depan kamar Serena.

Lucas membuka pintu kamar dengan kasar. Dan matanya langsung berserobok dengan mata kelam Serena yang juga menatapnya, dengan sorot ketakutan.

"Kak Lucas, apa yang akan kau lakukan? Tidak cukupkah semalam kau sudah ..." Suara Serena yang bergetar lenyap begitu saja saat Lucas melempar secarik kertas ke arahnya. Air matanya pun berhenti mengalir.

"Aku sudah melunasi hutangmu," tukas Lucas dingin. Ia menatap Serena dengan raut wajah datar.

Serena mengernyitkan dahinya, tak mengerti kenapa Lucas melakukan semua ini. Lucas sudah menolongnya dari si pria tua, tapi Lucas juga yang sudah menghancurkan dirinya. Dan kini, Lucas melunasi hutangnya.

Akan lebih baik jika Lucas langsung membunuhnya sekarang, kalau memang pria itu begitu membenci Serena. Dan bukannya melakukan hal-hal yang membuat Serena bingung.

"Kenapa kau melunasi hutangku, Kak?" tanya Serena dengan penuh waspada. Ia merapatkan selimut yang membungkus tubuhnya.

Lucas mendengus. Ia mencondongkan tubuhnya ke wajah Serena.

Serena spontan beringsut mundur.

"Apa aku harus punya alasan untuk melakukannya, huh?" Lucas memberikan seulas senyum miring yang ganjil. Entah itu senyuman merendahkan, atau licik. Serena gagal memahaminya.

Tanpa aba-aba, Lucas menarik leher Serena mendekat padanya. Mata abu-abu Lucas begitu menusuk, begitu penuh kebencian. Serena menahan napas seketika melihatnya.

"Tapi, ini tidak gratis, Serena. Kau harus bekerja untukku selama tujuh tahun. Kau harus melayaniku dan harus melakukan semua yang aku perintahkan." Tangan Lucas yang sebelumnya mendarat di leher Serena, perlahan turun. Menemukan payudara Serena yang membuatnya candu.

Serena menampik tangan Lucas sebelum berhasil menyusup masuk ke selimutnya. "Lebih baik aku bekerja di club untuk melunasi hutangku, Kak. Jadi, biarkan aku pergi sekarang."

Perkataan Serena berhasil mematik emosi Lucas. Ia menyambar dagu Serena dan meremasnya kuat-kuat, sampai Serena meringis kesakitan.

"Tidak semudah itu kau bisa pergi dariku, Serena. Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari mansionku, meski kau sudah berupa mayat," desis Lucas semakin mengeratkan cengkeramannya di dagu Serena. "Dan, jangan pernah menguji kesabaranku."

Lucas menghempaskan dagu Serena kasar. Ia berderap keluar, meninggalkan Serena seorang diri di dalam kamar yang sangat luas. Kesepian dan kengerian yang menyesakkan segera memeluk Serena dengan kejam saat pintu kamar tertutup.

Serena melingkarkan tangannya di sekitar lututnya yang tertekuk. Ia membenamkan kepalanya di antara kedua tangannya dan terisak dengan pilu. "Kenapa dunia begitu jahat padaku? Apa kesalahanku sampai aku harus menderita seperti ini?" tanyanya dengan suara parau.

***

Serena terlelap dalam tidurnya setelah lelah menangis. Ia sudah memakai kembali pakaiannya dan segera terbangun saat seorang wanita paruh baya berpakaian pelayan masuk ke kamarnya, diikuti dua pelayan muda.

"Cepat bangun! Apa kau akan bermalas-malasan seperti ini, huh?!" teriak Kepala Pelayan menyentak Serena. Ia melempar seragam pelayan tepat mengenai wajah Serena.

Serena spontan mengambil seragam pelayan yang baru saja dilemparkan ke arahnya. Ia menatap Kepala Pelayan dengan bingung. "Apa ini?"

"Kau bodoh ya?! Bukannya Tuan Lucas sudah bilang padamu. Mulai hari ini kau bekerja sebagai pelayan. Aku sebagai kepala pelayan di sini akan melatihmu untuk tak bermalas-malasan. Cepat bangun!"

Belum juga Serena memahami ucapan si Kepala Pelayan. Wanita dengan wajah bengis itu sudah menyeret Serena ke kamar mandi.

"Tunggu!" Serena hendak melepaskan diri. Tapi, dengan cepat dua pelayan muda yang sebelumnya berdiri di belakang Kepala Pelayan mencekal tangan Serena, sehingga Serena tidak bisa berontak.

Mereka menyeret Serena ke bawah shower yang menyala, membiarkan tubuh Serena diguyur air dingin yang keluar dari shower.

Kepala Pelayan meraih rambut Serena dan memaksanya mendongak. "Tuan Lucas menugasiku untuk mendidikmu. Setelah ini aku akan mengajarimu menjadi pelayan yang baik. Diam dan jadilah gadis yang menurut," ucapnya menepuk kepala Serena.

Serena mengatupkan bibirnya yang menggigil. Di udara pagi yang dingin ini, air dingin yang mengenai kulitnya terasa begitu menusuk.

Kepala Pelayan melepaskan cekalannya dari rambut Serena. Ia lalu memerintahkan dua pelayan muda untuk membuka pakaian Serena.

"Tunggu! Aku bisa melakukannya sendiri," ucap Serena mencegah dua pelayan yang hendak menarik lepas pakaiannya.

Dua pelayan itu melirik ke arah Kepala Pelayan, meminta persetujuan.

Kepala Pelayan berubah geram karena Serena tidak mau menurut. "Jangan kau kira karena kau sudah menghabiskan malam bersama Tuan Lucas, kau jadi merasa lebih tinggi derajatnya dariku sehingga kau berani menentangku. Kau bahkan lebih rendah dari kotoran. Kau jalang tak tahu malu!"

Dengan tak berperasaan Kepala Pelayan menarik keras pakaian Serena, merobeknya. Lalu, ia melempar sabun yang mengenai paha Serena. "Cepat selesaikan mandimu! Aku tunggu di luar."

Setelahnya, Kepala Pelayan dan dua pelayan muda itu keluar dari kamar mandi.

Serena menatap kepergian mereka dengan mata berkaca-kaca. Air matanya meleleh bersamaan air dingin yang mengucur deras dari kepalanya.

Belum cukupkah penderitaan yang ia dapatkan dari Lucas? Sekarang penderitaannya kian bertambah. Serena tidak tahu apakah ia sanggup bertahan menghadapi semuanya.





-To Be Continued-

Gadis Tawanan sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang