Kebenaran adalah fondasi dari pemahaman kita tentang dunia, sesuatu yang seharusnya objektif, tidak dapat diperdebatkan, dan universal. Namun, dalam realitas sehari-hari, kebenaran sering kali tidak sebersih atau sejelas itu. Banyak dari kita, secara sadar atau tidak, menciptakan versi kebenaran kita sendiri—sebuah narasi yang lebih sesuai dengan keinginan, keyakinan, dan ketakutan kita. Kebenaran yang diciptakan ini bisa menjadi alat yang kuat untuk melindungi ego kita, tetapi juga bisa menjebak kita dalam dunia ilusi yang jauh dari realitas.
Kebenaran yang diciptakan biasanya lahir dari kebutuhan untuk merasa benar, penting, atau superior. Ketika kita dihadapkan dengan situasi yang tidak sesuai dengan harapan atau keyakinan kita, kita cenderung membentuk kembali fakta dan persepsi kita agar sesuai dengan narasi yang kita inginkan. Ini bisa terjadi dalam berbagai konteks—dari bagaimana kita melihat diri sendiri, hingga bagaimana kita memahami peristiwa di dunia sekitar kita.
Salah satu bentuk kebenaran yang diciptakan adalah rasionalisasi. Ketika kita membuat keputusan yang ternyata salah atau bertindak tidak sesuai dengan nilai-nilai kita sendiri, alih-alih mengakui kesalahan, kita sering kali mencari alasan yang membuat tindakan kita tampak masuk akal atau dapat diterima. Kita mungkin berkata pada diri sendiri bahwa kita tidak punya pilihan lain, atau bahwa tindakan kita sebenarnya untuk kebaikan yang lebih besar, meskipun jauh di dalam hati, kita tahu bahwa kita sedang menipu diri sendiri.
Kebenaran yang diciptakan juga muncul dalam bentuk bias konfirmasi, di mana kita hanya mencari informasi atau interpretasi yang mendukung keyakinan kita yang sudah ada, sambil mengabaikan atau menolak fakta-fakta yang bertentangan. Dalam dunia yang semakin terbagi dan terfragmentasi, bias ini sering kali diperkuat oleh algoritma media sosial dan lingkungan informasi yang kita pilih. Kita menjadi terjebak dalam "gelembung kebenaran" kita sendiri, di mana segala sesuatu tampak mendukung pandangan dunia kita, sementara kebenaran lain yang mungkin lebih objektif atau seimbang, diabaikan.
Selain itu, kebenaran yang diciptakan sering kali digunakan sebagai mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional. Ketika dihadapkan dengan kebenaran yang tidak nyaman atau menyakitkan—seperti kegagalan, penolakan, atau kehilangan—kita mungkin menciptakan narasi alternatif yang membuat kita merasa lebih baik. Misalnya, daripada mengakui bahwa kita gagal karena kurang persiapan, kita mungkin menyalahkan keadaan eksternal atau orang lain. Ini memberikan kita ilusi kontrol dan harga diri, tetapi pada saat yang sama, menghalangi kita dari pertumbuhan yang sejati.
Masalah terbesar dengan kebenaran yang diciptakan adalah bahwa mereka membawa kita semakin jauh dari realitas. Semakin kita terjebak dalam narasi kita sendiri, semakin sulit bagi kita untuk melihat dunia apa adanya, menerima kenyataan, dan membuat keputusan yang benar-benar bijaksana. Kebenaran yang diciptakan mungkin memberikan kenyamanan sementara, tetapi pada akhirnya, mereka hanya menunda rasa sakit yang tidak terhindarkan ketika realitas akhirnya mengalahkan ilusi.
Bagaimana kita bisa melawan kecenderungan ini? Langkah pertama adalah berkomitmen pada kejujuran radikal dengan diri sendiri. Ini berarti berani melihat situasi, diri kita sendiri, dan orang lain dengan objektif, tanpa membiarkan ego atau ketakutan mengaburkan pandangan kita. Ini bukanlah tugas yang mudah, karena sering kali melibatkan pengakuan atas kelemahan, kegagalan, atau kebenaran yang tidak nyaman. Namun, kejujuran ini adalah langkah pertama menuju kebebasan dari ilusi yang kita ciptakan sendiri.
Langkah selanjutnya adalah berlatih untuk terbuka terhadap informasi dan perspektif yang berbeda, bahkan jika itu bertentangan dengan keyakinan kita. Ini bisa berarti keluar dari "gelembung" kita dan berani mendengarkan, membaca, atau berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang berbeda. Meskipun ini bisa menantang, itu adalah cara yang efektif untuk melawan bias konfirmasi dan memperluas pemahaman kita tentang dunia.
Penting juga untuk mengembangkan kemampuan untuk menerima ketidakpastian dan ketidaknyamanan. Realitas sering kali tidak hitam dan putih, dan ada banyak situasi di mana kebenaran tidak jelas atau bahkan tidak dapat diketahui. Alih-alih memaksakan narasi yang sederhana dan nyaman, kita bisa belajar untuk hidup dengan ambiguitas dan menerima bahwa beberapa hal mungkin tidak pernah sepenuhnya kita pahami.
Selain itu, penting untuk membangun lingkungan di mana kejujuran dan keterbukaan didorong. Ini bisa berarti mengelilingi diri dengan orang-orang yang berani mengatakan kebenaran, bahkan ketika itu sulit untuk didengar. Kita juga harus bersedia menerima kritik dan umpan balik dengan lapang dada, tanpa langsung bertahan atau mencari pembenaran.
Melepaskan kebenaran yang diciptakan adalah tentang mengadopsi pola pikir yang lebih rendah hati dan terbuka. Ini berarti menerima bahwa kita tidak selalu benar, bahwa kita bisa salah, dan bahwa dunia jauh lebih kompleks daripada yang sering kali kita akui. Dengan melakukan ini, kita tidak hanya menjadi lebih bijaksana dan lebih kuat, tetapi juga lebih autentik. Kebenaran sejati, meskipun mungkin tidak selalu nyaman, adalah satu-satunya fondasi yang kokoh untuk membangun kehidupan yang bermakna dan berkelanjutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
memangnya Kamu Siapa?
No FicciónAda banyak jenis manusia yang menjadi beban di dunia, mungkin kamu pernah bertemu salah satunya.