Di masyarakat modern, kesuksesan sering kali diukur dengan standar yang sempit dan materialistis. Rumah mewah, mobil mahal, jabatan tinggi, dan saldo rekening yang gemuk adalah beberapa indikator yang lazim digunakan untuk menilai apakah seseorang berhasil dalam hidupnya. Namun, apakah itu benar-benar cara yang tepat untuk mengukur kesuksesan? Bab ini akan mengeksplorasi bagaimana pandangan kita tentang kesuksesan bisa jadi salah arah dan merusak, serta bagaimana kita bisa mulai meredefinisi apa arti sukses yang sesungguhnya.
Kita hidup dalam budaya di mana pencapaian yang terlihat dan dapat diukur secara material sering kali dianggap sebagai puncak keberhasilan. Dari media sosial hingga cerita-cerita sukses di berita, kita dibombardir dengan narasi bahwa lebih banyak berarti lebih baik—lebih banyak uang, lebih banyak pengikut, lebih banyak properti. Akibatnya, banyak orang merasa tertekan untuk terus-menerus mengejar lebih banyak hal tanpa mempertimbangkan apakah hal-hal tersebut benar-benar membawa kebahagiaan atau kepuasan dalam hidup mereka.
Salah satu masalah terbesar dengan mengukur kesuksesan secara material adalah bahwa hal itu tidak memberikan gambaran yang utuh tentang kualitas hidup seseorang. Kekayaan materi mungkin bisa membeli kenyamanan, tetapi tidak bisa menjamin kepuasan emosional, kesehatan mental, atau hubungan yang bermakna. Faktanya, ada banyak orang yang secara finansial kaya tetapi merasa kosong atau tidak puas secara emosional. Mereka mungkin memiliki semua hal yang diinginkan oleh orang lain, tetapi masih merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.
Selain itu, mengejar kesuksesan berdasarkan standar materialistik sering kali bisa mengarah pada sikap kompetitif yang merusak. Ketika kita terus-menerus membandingkan diri kita dengan orang lain berdasarkan kekayaan atau status, kita cenderung merasa tidak pernah cukup baik. Bahkan ketika kita mencapai sesuatu yang besar, kita mungkin langsung merasa perlu mencapai lebih banyak lagi, menciptakan siklus yang tidak pernah berakhir dari ketidakpuasan dan stres.
Standar kesuksesan yang sempit ini juga bisa menutup mata kita terhadap berbagai bentuk kesuksesan yang lain—yang mungkin lebih bermakna dan memuaskan. Misalnya, seseorang yang memiliki pekerjaan dengan gaji besar tetapi tidak pernah memiliki waktu untuk keluarga mungkin tidak merasa lebih sukses daripada seseorang yang bekerja dengan gaji lebih kecil tetapi memiliki hubungan yang kuat dan mendalam dengan orang-orang yang mereka cintai. Dalam skenario seperti ini, kita perlu mempertanyakan: Apa gunanya kesuksesan materi jika kita kehilangan hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup?
Untuk menghindari perangkap mengukur kesuksesan dengan cara yang salah, kita perlu meredefinisi apa arti kesuksesan bagi diri kita sendiri. Ini dimulai dengan mengenali bahwa setiap orang memiliki definisi kesuksesan yang berbeda, dan bahwa kesuksesan tidak selalu terlihat seperti yang digambarkan oleh masyarakat atau media. Sukses bisa berarti mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, memiliki hubungan yang penuh kasih, atau menemukan kedamaian dalam diri.
Langkah berikutnya adalah mulai mengejar tujuan yang benar-benar bermakna bagi kita, bukan yang didikte oleh ekspektasi eksternal. Alih-alih mengejar hal-hal yang dianggap berharga oleh orang lain, kita bisa mulai bertanya pada diri sendiri: Apa yang membuat saya merasa bahagia dan puas? Apa yang memberi hidup saya arti dan tujuan? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini bisa menjadi panduan kita dalam merancang kehidupan yang lebih otentik dan memuaskan.
Selain itu, kita juga perlu belajar untuk merayakan kesuksesan kecil dalam hidup kita. Terlalu sering, kita fokus pada tujuan-tujuan besar dan mengabaikan pencapaian kecil yang sebenarnya sangat berarti. Misalnya, mengambil waktu untuk merawat diri sendiri, membangun kebiasaan yang sehat, atau bahkan sekadar mempertahankan hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitar kita adalah bentuk kesuksesan yang layak dirayakan.
Akhirnya, ingatlah bahwa kesuksesan bukanlah tentang memiliki lebih banyak, tetapi tentang menjadi lebih banyak. Ini tentang menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri, hidup sesuai dengan nilai-nilai kita, dan memberikan dampak positif pada dunia di sekitar kita. Ketika kita mengukur kesuksesan dengan cara ini, kita akan menemukan bahwa kebahagiaan dan kepuasan datang dari dalam diri kita, bukan dari pengakuan atau kekayaan eksternal.
Dengan meredefinisi kesuksesan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan hidup kita yang sejati, kita bisa membebaskan diri dari tekanan dan stres yang datang dari mengejar standar yang salah. Kita bisa mulai hidup dengan lebih penuh, lebih bermakna, dan lebih memuaskan—dan itulah kesuksesan yang sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
memangnya Kamu Siapa?
No FicciónAda banyak jenis manusia yang menjadi beban di dunia, mungkin kamu pernah bertemu salah satunya.