22

11 2 0
                                        

Dua pemuda pemudi yang sedang duduk berhadapan, mereka berbisik-bisik dengan raut wajah yang serius.

"Harusnya kau memberitahu ku lebih cepat saat aku satu bangku dengan Jia, agar aku bisa beritahu juga kepada jovian" ia menyeruput minumannya.

Johan berdecak, "kau ini bodoh atau bagaimana? Jika kau beritahu kepada jovian, Jia akan malu. Biarkan saja dia yang mengatur perasaannya, kita hanya membantunya" setelah itu ia berdiri dari tempat duduknya untuk pergi kekantin.

"Hei, tunggu aku!" Teriak jessa sambil berlarian menyusul Johan.

Saat sampai di kantin, yang dilihat Johan dan jessa hanya ada ratu, Mario dan dua anak kelas sebelah kemarin.

"Dimana Jia?" Tanya jessa.

"Oh, dia lagi ke toi–" ucapan lili terpotong oleh datangnya jovian dengan heboh, mereka menatap kaget melihat jovian begitu compang-camping.

"Kau habis berkebun? Begitu kotor sekali" jijik jessa.

"Aku habis dihukum membersihkan taman sekolah dan toilet".

"Apa lagi yang kau perbuat?" Kali ini Mateo berbicara.

Jovian duduk dan menyeruput minuman yang ada di atas meja, "hei! Minuman ku!" Pekik ratu. Jovian hanya terkekeh dan menjelaskan hukuman dia tadi. Selesai menjelaskan, bel masuk telah berbunyi.

"Oh, Johan" panggil jovian, ia mengambil sebuah sapu tangan yang berada disaku celananya.

"Ini, terimakasih teman" ucapnya sambil tersenyum. Alis Johan bertaut, ia tidak ingat jika dia punya sapu tangan berwarna ungu dengan tanda berbentuk bunga tulip.

"Itu bukan punya ku" kilah Johan.

Jovian bertatap bingung, "bukannya kau yang memberi ku sapu tangan kemarin?" Johan ia lupa kalau sapu tangan itu milik Jia.

"Jia, itu milik Jia" timpalnya tatkala mengingat Jia yang memberi benda itu, "aku baru ingat" sambungnya.

"Oh? Benarkah? Lalu, dimana Jia? Sedari tadi aku tidak melihatnya" mata jovian menelusuri seluruh kantin.

"Aku juga tidak tahu, mungkin dia didalam kelas. Akan ku berikan kepada Jia" tangan Johan mengambil sapu tangan yang dipegang oleh jovian, jovian mengangguk dan menepuk pundak Johan dengan pelan.

Jovian melangkahkan kakinya untuk pergi ke toilet sebentar, untuk membersihkan dirinya sebelum masuk kelas. Toilet laki-laki melewati ruang UKS, pintu itu terbuka secara tiba-tiba dan membuat dirinya menabrak pintu tersebut.

"Oh?! Kau tidak apa-apa?!" Wanita itu sama terkejutnya melihat kejadian yang terjadi, "a-aku, a-aku tidak sengaja" bicaranya gagap setelah melihat siapa yang ia tidak sengaja celakakan.

"Maafkan aku" cicitnya dengan wajah yang tertunduk. Jovian masih mengusap keningnya yang merah, ia tertawa kecil.

"Tidak apa-apa, kita sama-sama tidak tahu jika ada kejadian seperti ini" ujarnya santai.

"Oh? Jia, apa aku boleh bertanya?" Jia perlahan menatap jovian, menahan rasa gugupnya.

"Apa kau mempunyai sapu tangan berwarna ungu dengan tanda bunga tulip diujung sudutnya?".

Jia tersenyum canggung, "ah iya, a-aku... punya, ah tidak! Itu punya ku, benar... itu punyaku" Jia merutuki dirinya sendiri saat berbicara gugup kepada jovian. Jovian terkejut saat ia mendengar Jia berbicara lebih panjang kepadanya daripada sebelumnya.

Jovian tertawa terbahak-bahak membuat Jia merasa malu, wajahnya memerah padam.

"Wajahmu merah? Kau demam?" Tangan jovian langsung memegang kening Jia, Jia mematung melihat wajah jovian begitu dekat dengannya.

Hatinya langsung berdebar kencang, wajahnya lebih merah sekarang. Ia langsung menepis kuat tangan jovian, sehingga sang empu terkejut.

"Ti-tidak, ma-maksudku, jangan seperti itu" cicitnya diujung kalimat.

"Tapi kau benar-benar demam, selain wajahmu merah. Badan mu terasa begitu panas" jovian memegang kedua tangan Jia, dibawanya masuk ke dalam ruang UKS lagi.

"Duduk atau berbaring kau disana" perintah jovian. Ia mengambil sebuah obat dan juga termometer, Jia hanya menuruti perintah yang jovian berikan.

"Bagaimana bisa kau bersekolah? Lihat," jovian menunjukkan hasil termometer, "lebih baik kau pulang Jia" sarannya.

Jia langsung duduk diatas ranjang UKS, "tidak masalah, ini hanya demam" ucapnya seraya bangkit dari duduknya untuk keluar UKS. Sebelum keluar jovian menarik tangannya.

"Kau ini selain pemalu, kau juga keras kepala"jovian menarik kembali Jia.

"Akan ku beritahu kepada guru jika kau sakit" sebelum jovian pergi, ia menarik paksa jovian. Kepalanya menggeleng kuat dan wajahnya seperti khawatir.

"Kenapa?".

"Aku tidak mau, aku tidak mau nilai ku turun karena aku sakit" Jia melompat dari ranjang dan menuju pintu keluar UKS, ia menoleh kebelakang dan tersenyum manis.

"Terimakasih telah mengerti aku" ucapnya sebelum menghilang dari pandangan jovian.

"Apa itu? Bagaimana?" Jovian bingung dengan ucapan Jia.

"Bagaimana bisa dia tersenyum manis seperti itu? Dia wanita aneh," jovian memegangi sebelah dadanya, "kenapa jantungku terpompa lebih cepat?".

Jovian berlarian ke kelas, tanpa sadar ia tersenyum lebar di sepanjang jalan menuju kelas.



ANINTYA  (2007) [Hiatus!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang