IIC (13)

1K 58 130
                                    

"Semoga orang tua itu bisa mengerti dan tak terus-terusan berhasrat untuk menyatukan anaknya dengan menantu sempurna itu. Ya Tuhan... Auden sudah punya anak tiga, harusnya dia mengerti itu!" keluh Ayla dengan rasa lelah yang sudah tak terbendung lagi.

Dia sangat tahu betul Auden itu anak mami yang akan menuruti apa pun yang diminta ibunya, apalagi membuangnya yang tak punya kelebihan apa-apa dibanding Sandra.

Saat titik kewarasannya kembali Ayla ingin melawan Delisha, tapi dia tahu melawan sendirian karena Auden akan berada di pihak ibunya, jadi jalan terbaik untuk semua kerumitan ini adalah pergi. Setelah menata semuanya Ayla akan meminta cerai.

Wanita itu masih terdiam di dalam toilet berkelahi dengan isi kepala yang terus saja ribut.

Kasihan sekali dirinya yang hanya mengandalkan diri sendiri. Padahal dia tidak pernah mau berada di posisi ini. Diperkosa sampai hamil ketika dia ingin pergi terus dipaksa untuk bertahan saat dia sudah menerima semuanya sekarang dipaksa untuk pergi. Kenapa orang-orang bisa sejahat itu?

Memikirkan semua masalah ini rasanya Ayla ingin menangis seharian di kamar dan terus saja menyiksa diri, tapi dia sudah berjanji untuk tak lagi melakukan itu.

Sekarang waktunya memutar otak untuk menguras semua harta Auden dan pergi sejauh mungkin bersama anak-anaknya.

"Emme! Emme lagi di dalam? Makanan manis permintaan Emme sudah dibeli."

Kepala Ayla menoleh ke arah pintu. Dengan cepat wanita itu mencelupkan testpack ke dalam closet dan dengan cepat flush untuk menghilangkan bukti.

Selamanya suaminya tidak akan tahu dia hamil. Ayla akan menyembunyikan kehamilannya dan saat lahir atau belum lahir dia akan pergi jauh.

Menarik napas panjang sambil mencuci tangan Ayla keluar dari toilet. Auden masih menunggu di depan pintu tersenyum menyambutnya walau sang istri tidak berekspresi apa-apa.

Andai... Andai tidak ada masalah seperti ini Ayla akan menangis haru di pelukan Auden sembari memberitahu pasal kehamilannya. Sekarang semuanya terasa hambar.

"Edde beli banyak," lapor Auden memeluknya dari belakang dan mengecup kepalanya berkali-kali sambil berjalan ke luar kamar.

Benar saja saat keluar Ayla melihat ada lima kotak makanan berbagai mereka dan juga berbagai makanan manis.

"Aku udah kenyang. Kamu habisin aja semuanya," tukas Ayla tanpa dosa.

"Habisan semuanya?" tanya Auden tak percaya.

"Ya!" angguk Ayla dan duduk di sofa.

Menarik napas panjang Auden ikut duduk di sampingnya dan mulai membuka satu per satu kotak dan memakannya.

Hanya melirik Ayla sedikit tersenyum dalam hati. Mungkin ini adalah saatnya dia membalas semua kelakuan kejam pria ini padanya dulu, seluruh kalimat rendahan yang pernah Auden lontarkan padanya akan dia balas semuanya sebelum dirinya benar-benar hilang ditelan bumi.

"Hari ini aku capek bangat. Pijitin, dong," perintah Ayla berbaring di sofa dan menaikkan kakinya di pangkuan Auden agar laki-laki itu memijitnya.

Satu tangan Auden memijit kakinya dan satunya digunakan untuk menghabiskan semua makanan manis di depannya.

Menutup mata dengan rasa lelah. Sebenarnya bukan lelah fisik, tapi batin Ayla begitu capek. Menjerit setiap saat dengan semua masalah rumit ini.

Wanita itu bisa merasakan kepalanya kian berdenyut sakit. Menutup mata merasakan pijitan lembut tersebut.

"Nanti malam kamu mau kencan kan sama istrimu?" tanya Ayla masih menutup mata. Rasanya memang sudah tak sudi menatap suaminya.

Pertanyaan itu seolah hal biasa yang dia alami. Ya, memang sudah seharusnya begitu karena pertemuan mereka akan terus ada hingga kembali menyatu.

ISTRIKU INGIN CERAI! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang