DANDELION SCHOOL

427 35 7
                                    

Kedua sudut bibir nya terangkat hingga membentuk senyuman seindah bulan sabit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kedua sudut bibir nya terangkat hingga membentuk senyuman seindah bulan sabit.

Raya memperhatikan tubuh nya yang di baluti seragam berwarna putih abu, lewat pantulan di kaca lemari.

Setelah sepuluh tahun, akhirnya dia bisa kembali bersekolah dengan normal seperti remaja pada umumnya.

Wajahnya berubah murung melihat Mahen yang masih terlelap di belakang nya. Raya membalikkan tubuh nya dan mendengus kesal.

"Ck, udah pagi masih molor. Heran, kok ga bangun-bangun sih?" Monolog nya.

Raya menghampiri Mahen, merangkak naik ke atas ranjang. Gadis itu mengguncang tubuh kekar Mahen guna membangun kan cowok itu.

"Kak, ayo bangun... Kata nya mau sekolah?"

Tetap tak ada pergerakan dari cowok itu. Raya kembali mengguncang tubuh Mahen.

"Dia tidur, apa mati sih?" Ternyata, Mahen tak jauh berbeda dengan diri nya. Sama-sama sulit untuk di bangunkan.

"Kak Rain ayo bangun!! Nanti telat gimana? Masa baru pertama sekolah udah telat?" Celoteh Raya membuat Mahen berdecak kesal karena mengganggu tidur nyenyak nya.

Mahen membuka mata nya dengan alis terpaut. "Ngapain sih lo?"

Raya tersenyum manis. "Ayo kita berangkat sekolah, aku udah siap!"

Mahen membuka ponselnya untuk melihat waktu. Mata nya melebar lalu menatap Raya dengan tak percaya.

"Lo gila? ini masih jam enam, Lo mau jaga gerbang sekolah apa gimana?"

Raya mengerut kan keningnya. "Kata mama, sekolah di luar kalo sampe telat ada hukuman nya? jadi, aku mandi lebih awal biar ga telat."

Wajar Raya tidak mengerti. Terakhir dia bersekolah saat berumur 6 tahun. Apakah dirinya terlihat norak karena terlalu bersemangat?

Mahen memperhatikan Raya yang terlihat sedikit murung, tidak seceria tadi. Ada rasa bersalah di hati nya.

Cowok itu beranjak turun dari ranjang, membuat Raya menatap nya dengan raut penasaran.

"Kak Rain mau kemana?"

Mahen menghentikan langkah nya, dan menoleh menatap Raya.

"Tunggu di bawah, gue mau mandi."

"Kenapa mandi? Kata nya terlalu pagi?"

"Gue ada urusan di sekolah." Setelah mengucapkan itu, Mahen masuk kedalam kamar mandi lalu menutup pintu hingga rapat.

Raya termenung sejenak, tak lama kemudian dia tersenyum cantik. Gadis itu langsung melompat turun dari ranjang, lalu berlari kecil menuju lemari nya.

Senyuman itu semakin lebar sehingga deretan gigi nya yang kecil-kecil dan rapih terlihat. Raya mengambil tas biru yang di belikan oleh papa Zaki beberapa hari yang lalu.

MAHERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang