ACT

134 13 3
                                    



Malam harinya, Ginara sudah berada di kantor polisi, mempersiapkan diri untuk memulai misinya.

"Udah siap?" tanya Juan.

Ginara mengangguk sebagai tanda bahwa ia sudah siap.

"Yaudah, ayo."

---

Kini, Ginara sudah berada di depan pintu rumah Jevaro, sementara Juan berada tak jauh dari sana, memantau pergerakan Ginara.

"Ini gue langsung ketuk, apa gimana?" monolog Ginara.

Ginara mempersiapkan diri untuk mengetuk pintu dan mengondisikan ekspresinya agar sandiwaranya berhasil.

"PERMISI! PERMISI!"

Ginara terus mengetuk pintu Jevaro dengan kasar. Tak lama kemudian, pintu tersebut terbuka, menampilkan seorang pria yang sepertinya baru saja bangun dari tidurnya.

"Ada apa ya, Mbak?" tanya pria yang baru saja membuka pintu.

"Tolong saya, Mas! Saya dikejar banyak cowok, saya nggak tahu mau ngumpet di mana, Mas, saya bener-bener takut," jawab Ginara dengan nada yang sangat panik. Sepertinya sandiwara yang dilakukan Ginara berhasil, karena setelah mendengar kalimat itu, Jevaro segera membuka pintu semakin lebar dan mempersilakan Ginara masuk.

"Yaudah, Mbak, masuk."

"Saya masuk, ambil air bentar, Mbak. Duduk dulu."

Tak lama kemudian, Jevaro datang membawa segelas air putih untuk Ginara.

"Minum dulu, Mbak."

"Iya, Mas, makasih."

"Mbak, kenapa bisa sampai di sini?"

"Eee... jadi gini, Mas. Tadi saya abis pulang kerja, pengen beli cemilan, jadi saya mampir sebentar ke minimarket. Abis itu saya keluar, nunggu taksi. Pas saya lagi nunggu, tiba-tiba ada banyak banget cowok nyamperin saya, ngajak pulang bareng ..."

"Terus saya nolak, Eh ternyata di ikutin mas sama mereka, Oh iya mereka masi ada di luar, mas pengen liat?" Jelas Ginara.

"Mereka ada di mana?"

"Ayo mas ikut saya, saya tunjukin"

Mereka berjalan menuju jendela depan dan mulai mengintip.

"Itu mas yang ada di bawah pohon gede" Ginara menunjuk tempat di mana Juan dan tim lainnya bersembunyi.

Juan dan temannya yang lain yang tidak sadar bahwa sedang dijadikan bahan untuk memperkuat rencana Ginara terus mengintai rumah Jevaro.

Jevaro yang melihat itupun seketika percaya dengan Ginara.

"Itu mereka mau sampe kapan di situ?" tanya Jevaro

"Mas nanya saya?, Saya mana tau mas"

"Yasudah kita tunggu sampai mereka pergi baru saya antar kamu pulang"

Mereka berjalan kembali menuju ruang tamu.

----


Setelah beberapa menit mereka duduk bersama dengan kecanggunan, Ginara meminta izin ditunjukkan kamar mandi.

"Mas saya mau buang air, Bisa numpang kamar mandi?" tanya Ginara hati hati

"Boleh, Mari saya antar"

Mereka berdua berjalan beriringan menuju kamar mandi.

Setelah sampai di depan kamar mandi, Ginara segera masuk dan Jevaro pamit kembali ke ruang tamu.

Sementara itu Ginara yang berada di dalam toilet sedang bingung memikirkan bagaimana caranya menaruh lima kamera yang dibawa nya.

Setelah memikirkan dengan matang, Ginara segera keluar dari kamar mandi dan mulai jalan menuju dapur dengan tempo jalan yang cepat setelah selesai di bagian dapur, Ginara berjalan dan melewati kamar Jevaro dan melempar kamera dan kamera itu berhenti tepat di bawah lemari Jevaro.

Ginara melanjutkan jalannya dan sekali lagi melempar kameranya ke bawah lemari di ruang tengah yang terdapat beberapa bingkai foto di atasnya.

Sebelum sampai di ruang tamu Ginara kembali menempelkan kamera di bawah tangga yang menuju lantai dua.

Saat sampai di depan Jevaro, Ginara duduk dan menempelkan kamera terakhir di bawah meja yang ada di ruang tamu milik Jevaro.

"Mau pulang sekarang?, Saya tadi udah ngintip mereka memang masih di luar, Tapi gapapa saya bakal antar kamu dan mastiin kalau mereka ga bakal ngelukain kamu, Takutnya kalau kita tunggu sampai mereka pergi malah makin lama, Sekarang udah malam banget, Saya takut tetangga liat dan berpikir macam macam"

"Oh iya mas, Maaf ya jadi ngerepotin mas"

Setelah sampai di luar, Jevaro melihat ke arah di mana Juan dan tim bersembunyi, Juan bersitatap dengan Jevaro kaget bukan main Juan mengira bahwa Jevaro sudah sadar bahwa dia telah dijebak.

Jevaro mengantar Ginara pulang, di perjalanan tidak ada percakapan dari keduanya, Mereka terus diam sampai rumah Ginara.

"Makasi ya mas udah nganterin saya dan maaf juga jadi ngerepotin gini" Ucap Ginara setelah turun dari motor

"Iya gapapa kalo gitu saya pamit ya mbak"





CriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang