Tidak terasa, baby bear kini sudah 7 bulan, Kanaya dan Gibran pun semakin ketat menjaga anak itu agar tidak kenapa-kenapa. Karena ini hari Sabtu, Gibran pun berniat pergi ke rumah Kanaya untuk mengajak perempuan itu jalan-jalan.
"Ma, aku keluar ya," pamit Gibran.
"Mau keluar kemana, hei?"
"Main Ma."
"Sama siapa sih?"
"Gibran berangkat Ma, dah!!" Gibran memilih mempercepat langkahnya agar sang Mama tidak terus mengulik kemana ia akan pergi.
"Anak itu, selalu saja menjawab seperti itu jika ditanya, apakah ia mau pergi ke rumah perempuan itu? Tapi aku sudah janji kepada Gibran untuk tidak terlalu ikut campur dan aku bahkan kena marah karena memasang GPS di mobilnya," gumam Sila sembari memperhatikan mobil Gibran yang mulai menghilang.
Di perjalanan, Gibran nampak begitu semangat, ia pun tadi sempat mampir ke kedai donat untuk membeli 2 box aneka donat yang begitu menggiurkan dan ia akan memberikannya kepada keluarga dari pacarnya itu.
"Hmm, kira-kira Aya lagi apa ya?" gumamnya sambil mengelus tengkuknya.
"Seneng banget nih Den?" goda Mang Dadang sambil sesekali melirik kaca spion depan.
Gibran menyengir. "Hehe, ya nih Mang, maklum mau ketemu ayang."
"Kangen banget apa Den? Baru 2 hari loh."
"Ya Mang, maklum lagi bucin-bucinnya saya," kata Gibran.
"Ya deh Den," kata Mang Dadang setelah itu ia kembali fokus menyetir. "Kita udah sampe, Den," beritahu Mang Dadang.
"Siap Mang, tungguin ya."
"Pasti Den."
****
Sesampainya di depan rumah Kanaya, Gibran turun dengan begitu percaya diri, tangannya pun menenteng 2 box donat yang ia bawa tadi. Tetapi baru saja masuk di halamn rumah gadisnya itu, ia sudah mendengar suara bentakan yang terdengar hingga keluar.
Gibran pun mulai merasa ada yang tidak beres, ia reflek melempar ke sembarang arah 2 box donat yang ia beli tadi dan berlari ke arah pintu utama rumah Kanaya, niat hati ingin mengetuk, lagi-lagi ia dikejutkan dengan suara benda jatuh yang terdengar begitu nyaring suaranya
Prangg
"Aya!!" Gibran lalu membuka pintu yang tidak terkunci itu, ia sontak terkejut kala melihat pemandangan yang begitu mencekam, dimana Kanaya sudah dalam kondisi berantakan dan terdapat darah segar yang mengalir.
"Gi-Gibran?" gumam Kanaya dengan suara yang bergetar.
"Kamu siapa?" tanya Alden sembari memperhatikan Gibran yang membantu Kanaya untuk berdiri.
"Ay, kamu baik-baik aja?" tanya Gibran panik.
Kanaya menggeleng, ia melirik ke arah perutnya dan menangis. "B-baby bear Bran, aku takut dia kenapa-kenapa," ucapnya dengan pelan.
Gibran tersenyum. "Kita pergi dari sini ya, ayo beresin barang-barang kamu, aku temani," kata Gibran.
"Aku harus ke mana Gibran?"
"Ke rumah aku, kamu bisa tinggal di sana."
Keduanya terus berjalan menuju kamar Kanaya, ucapan Alden maupun Haura mereka hiraukan, Gibran dengan setia mengemas pakaian Kanaya dan buku-buku gadis itu.
"Udah semuanya?" tanya laki-laki itu memastikan, Kanaya pun mengangguk.
Sambil membopong tubuh Kanaya, Gibran pun menggendong tas Kanaya dan menenteng tas yang lebih kecil, kemudian mereka berdua jalan menuju pintu utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya dan Kehidupannya
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] Sederhana, ini hanya kisah seorang gadis remaja yang harus melewati masa-masa sulitnya dengan sendirian, ditemani dengan kesepian dan kesunyian. Hingga suatu hari datanglah sosok laki-laki yang merupakan anak pindahan da...