Saat itu, gerakan yang terasa menyentuh pinggangnya adalah apa yang Haruka rasakan usai mengalami tidur yang terasa panjang.
Male-Omega itu menatap langit-langit ruangan dimana dia terbaring didalamnya dengan beberapa alat yang menempel di tubuhnya. Tidak ingat jelas apa yang dia alami sebelumnya hingga dia berada di tempat ini.
Kelopak matanya lantas bergerak saat dia kembali merasakan gerakan disisi tubuhnya, hanya untuk menemukan presensi asing yang entah kenapa membuat jantungnya berdebar sedikit lebih kencang.
"Kamu akhirnya sadar. Kamu telah tertidur cukup lama. Lihat, kamu mendapatkan bayi yang sangat tampan disisimu." Dokter yang selalu rutin merawatnya sepanjang kehamilan tampak bicara padanya. Female-Omega itu menunjukkan senyum lebar yang belum pernah Haruka lihat sebelumnya saat dia menunjuk profil kecil yang terbaring disisi Haruka.
Haruka tidak mengatakan apapun saat itu. Saat dia menunduk untuk menatap makhluk kecil dengan kulit kemerahan yang tampak halus dan rapuh, airmata segera mengalir dari sudut mata kanannya.
Makhluk kecil itu, seperti itukah bentuk anaknya?
Haruka menggigit bibirnya erat saat dia berusaha untuk bergerak. Dimana hanya sakit dan sakit yang dia rasakan kala itu hingga sebuah ringisan muncul.
"Jangan melakukan banyak gerakan. Luka di perutmu masih basah. Kamu beberapa jam yang lalu telah melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan bayimu." Dokter itu kembali berbicara. "Kamu terus-menerus pingsan hingga Tuan Jō cemas. Seandainya kamu menjaga tubuhmu lebih baik lagi, hal seperti ini mungkin tidak akan terjadi. Namun tidak apa-apa. Itu setimpal sekarang dengan apa yang kamu dapatkan."
Haruka sama sekali tidak berniat untuk mendengarkan. Male-Omega itu hanya terdiam sambil memandangi bayi laki-laki yang terbaring disisinya.
Perasaannya terasa sangat kacau, terlebih saat sepasang mata emerald yang cerah dan kecil memandangnya kala itu. Membuat segala hal seakan meledak didalam sana. Dan yang Haruka harapkan bukanlah sesuatu seperti airmata yang perlahan kembali menetes dengan deras dari wajahnya yang pucat. Atau bahkan gerakan dibibirnya saat dia tersenyum untuk pertama kalinya saat melihatnya.
.
.
.
Togame Jō telah memperhatikan dengan sangat baik saat itu, ketika bagaimana tubuh kecil yang ringkih itu akhirnya terlahir ke dunia. Perasaannya benar-benar terasa ringan dan bebas, seolah segalanya hanya menjadi bagus dan bagus di suatu waktu dalam hidupnya.
Alpha laki-laki itu mengusap wajahnya saat dia berdiri didepan pintu kamar tempat pasangannya dirawat. Berkali-kali dia menghela nafas, berusaha meredakan ketegangan yang dia rasakan didalam sana. Dia bahagia, sangat. Namun disisi lain masih cemas akan kesehatan pasangannya. Sekalipun dia tahu Male-Omega itu baik-baik saja karena Alpha di dalam dirinya merasakan itu dengan baik karena keterikatan yang mereka miliki. Jō tetap merasakan perasaannya tidak cukup bagus kala itu. Dia bahkan tidak sadar telah menguarkan aroma yang memenuhi indera penciuman siapapun dalam sengatan yang parah.
Alpha itu sekejap tampak mondar-mandir didepan ruangan tempat pasangannya dirawat. Jantungnya bertalu-talu akibat banyaknya gelombang emosi yang dia rasakan. Sadar dirinya terlihat konyol saat itu, dia segera berusaha untuk memantapkan hati, berusaha menenangkan detakan jantungnya dan Jō akhirnya membuka pintu tersebut. Dimana apa yang dia temukan adalah sesuatu yang membuat setiap sudut matanya terasa panas.
Itu adalah bayi miliknya. Juga, Omega-nya yang paling dia kasihi.
Dimana mereka terbaring bersama-sama, dengan wajah paling damai yang pernah Jō temukan.
Mereka berdua sangat rapuh dan rapuh. Jō sekilas menemukan dirinya merasakan suatu ketakutan untuk meletakkan tangannya disana. Dia sama sekali tidak ingin melukai mereka. Setidaknya mulai sekarang. Dia benar-benar masih memiliki harapan untuk keluarga kecil yang baik di masa depan.
Jō melangkah semakin dekat dan dekat, sembari berusaha menguatkan perasaannya sendiri agar tidak lepas kendali melakukan sesuatu yang mungkin akan merusak pemandangan menakjubkan itu.
.
.
.
Bagi Jō, mengamati wajah Haruka yang tengah terlelap adalah kesukaannya sejak lama. Itu menghantarkan gelenyar aneh yang sangat menyenangkan. Namun terlepas dari itu semua, sepasang mata yang berbeda warna itulah yang menjadi favoritnya. Seolah-olah itu selalu menariknya ke dalam pusaran yang tidak pernah Jō ingin untuk dihancurkan. Namun di suatu waktu, Jō seringkali kehilangan kendali atas dirinya sendiri hingga berujung menodai sepasang mata itu.
Jō menghela nafas, saat laki-laki itu bergerak untuk mengusap kulit wajah yang halus, suara yang terdengar berikutnya adalah apa yang membuatnya terkejut hingga kehilangan ketenangan di wajahnya.
"Anakmu sudah lahir. Jadi ayo bercerai."
Jō terdiam untuk sesaat, ketika bagaimana sepasang mata yang dia rindukan akhirnya terbuka, menunjukkan sesuatu yang sama sekali kosong. Denyutan didalam dadanya adalah perasaan familiar yang tidak menyenangkan.
"Kamu sedang lelah jadi bicaramu mulai melantur. Tidurlah lagi. Aku akan menjaga putra kita." Jō pada akhirnya menjawab demikian. Dia jelas tahu bahwa Haruka benar-benar dengan kesadaran penuh menginginkan sebuah perpisahan, namun dia tidak akan sudi untuk memenuhinya. Tidak akan pernah.
"Berhentilah untuk egois, Jō. Aku sudah muak dengan semuanya. Hanya biarkan aku pergi." Haruka menatapnya dengan cara yang paling Jō benci. Itu adalah pandangan yang sama saat Male-Omega itu menemukannya sebagai seorang lelaki yang menikah dengan ibunya.
"Kamu bisa bicarakan itu ketika kita sudah pulang kerumah. Hanya untuk kali ini, dengarkan perkataanku. Kumohon ..."
Menurunkan ego adalah sesuatu yang tidak pernah seorang Alpha lakukan. Namun Jō disini, berusaha, setidaknya untuk menenangkan Omega-nya yang dia kasihi. Proses yang panjang dan menyakitkan baru saja terlewati. Saat kehadiran baru muncul diantara mereka berdua, bagaimana mungkin perpisahan digaungkan?
"Intinya aku hanya ingin bercerai. Apakah sesulit itu untukmu mengabulkannya? Atau kamu menunggu aku berakhir menjadi mayat terlebih dahulu? Apakah ketika itu terjadi, kamu akhirnya akan mengerti?"
"Omong kosong macam apa yang sedang kamu bicarakan? Hentikanlah ocehanmu itu."
Alpha laki-laki itu sekarang tampak marah. Rahangnya bahkan mengeras dengan aroma menyakitkan yang menguar di udara.
Haruka di sisi lain terbahak. Mengabaikan ngilu yang muncul dibawah sana, mengabaikan bagaimana sesak di dada muncul akibat tekanan pheromone sang Alpha yang terasa menusuk bagai jarum tajam, Male-Omega yang rapuh itu memandang sang Alpha yang berdiri menjulang bagai besi yang kokoh disisinya.
"Kamu benar-benar seseorang yang egois. Kamu tahu itu, 'kan?" Haruka menghinanya.
Jō tidak membalasnya. Alpha laki-laki itu hanya diam dan diam. Dia memilih berpaling untuk memandang putra mereka yang terlelap dengan nyaman disisi sang ibu, mengabaikan Haruka begitu saja. Dalam sekejap, suasana dalam ruangan tersebut terasa mencekik. Sepasang suami-istri itu benar-benar memperlihatkan emosi yang bertolak belakang sekalipun seseorang baru saja hadir dalam kehidupan mereka. |tbc.|
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You | TogaSaku
Fiksi Penggemar"People call me the freak. They say I'm sick and it won't take a long till my sickness spreads worldwide. But i don't care. As long as i can keeps you on my side, whatever i will do." . . . 𝐖𝐈𝐍𝐃 𝐁𝐑𝐄𝐀𝐊𝐄𝐑 : Nii Satoru. 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 : OOC...