CHAPTER 2

151 57 23
                                    

Claire berdiri mematung di depan gerbang dengan wajah gelisah. Matanya menindik ke sebelah kanan dan kiri secara bergantian. Menyaksikan banyak pasang mata yang tengah menertawakan dirinya. Keningnya berkerut, lalu membalikkan badan bersiap untuk kabur. Namun, dengan sigap Louisa menahan Claire.

"Eits... No no..." Louisa menarik kembali Claire. "Ingat! Hari ini ada ulangan matematika, jangan sampai nanti kamu ulangan sendiri akibat gak masuk."

Claire mengerucutkan bibirnya, "Reputasiku akan hancur kalau begini, Lou. Ah.... Ijinkan aku untuk pulang. Aku gak pengen Zeno melihatku seperti ini" Dia berkata seraya membinar-binarkan kedua bola matanya, berharap Louisa akan mengasihani dirinya.

"Pulang bagaimana? Kita sudah di depan gerbang, tinggal beberapa langkah lagi kita masuk. Sudahlah Claire, semua akan baik-baik saja. Percaya padaku!" imbuh Louisa yang langsung menarik tangan Claire masuk ke dalam lingkungan sekolah. Sedangkan dia terus bergerutu tidak jelas.

Awalnya Louisa memang mengijinkan Claire untuk bolos, namun dia baru ingat jika hari ini terjadwal ulangan Matematika. Dan Louisa tidak akan membiarkan sahabatnya itu menggila akibat tak dapat menyontek ditambah jika dia sendirian. Itulah sebabnya Louisa memaksa Claire untuk masuk. Suka atau tidak, terpenting Claire tidak akan menyesal di akhir nanti.

Selama di perjalanan menuju kelas, Claire terus menutupi dahinya menggunakan telapak tangannya dengan raut wajah khawatir. Perempuan itu benar-benar menjaga penampilannya. Terlebih lagi jangan sampai sang gebetan melihat dirinya saat berpenampilan seperti ini.

"Tidak perlu ditutup-tutupi seperti itu," kata Louisa. "Kamu selalu bilang padaku untuk selalu percaya diri. Lalu kenapa sekarang kamu yang tidak percaya diri?"

"Ini berbeda! Aku tidak bisa percaya diri dengan poniku yang terlalu pendek seperti ini! Aku terlihat seperti pensil." ujar Claire bernada sedikit marah kepada Louisa. "Kalo semisalnya Zeno melihatku seperti ini, aku akan menyalahkanmu karena sudah memaksaku untuk masuk!"

Louisa menghela napas, "Pilih mana, ketinggalan ulangan matematika dan harus mengerjakan sendirian atau membiarkan Zeno melihatmu seperti itu."

"Aku tidak masalah jika harus ulangan sendiri, aku tidak terlalu bodoh!" Claire berucap, walaupun tak sepenuhnya dia yakin mengatakan itu.

"Ulangan terakhir kamu mendapatkan telur, Claire," kata Louisa mengingatkan seraya melirik Claire.

Claire terdiam lalu menelan ludah, "Em... Itu karena aku gak belajar, Lou. Dan kalau Zeno melihatku seperti ini, nanti dia bisa ilfeel dan gak ngajak aku jalan."

"Ya...Tapi Zeno gak pernah ngajak kamu jalan. Mengobrol saja tidak pernah setahuku." Louisa mulai berani memojokkan sahabatnya itu.

Dengan geram Claire memukul bahu Louisa beberapa kali, "Jahat...Jahat... Awas kalo kamu menyontek kepadaku! Tidak akan ku berikan."

Louisa terkekeh, "Apa aku tak salah dengar? Yang ada kamu yang menyontek kepadaku, dasar pensil!"

"LOUISA......," jerit Claire.

Louisa langsung melarikan diri dari Claire ketika menyadari sahabatnya sudah mulai kesal. Dengan cepat Claire pun berlari mengejar Louisa sampai lupa untuk menutupi dahinya. Membuat seluruh siswa dan siswi kini memperhatikan aksi keduanya.

✴️✴️✴️

Suara gerungan motor ninja yang baru memasuki area sekolahan, berhasil membuat seluruh murid-murid yang baru datang secara kompak menoleh. Gaya keren dari si pengendara tentunya membuat siapapun yang melihat menjadi penasaran, terutama bagi kaum hawa.

Dia melaju menuju parkiran, lalu menghentikan motor hitamnya yang mengkilap di antara motor-motor yang lainnya. Moment yang ditunggu-tunggu pun terjadi, lelaki itu membuka helm dan melepaskannya. Terlihat sosok lelaki rupawan di baliknya. Laki-laki berkulit eksotis dengan gaya rambut Buzz cut itu berhasil membuat para siswi ataupun siswa yang melihat langsung terpesona.

Cinta Pertama Louisa [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang