"Sudah waktunya kau menikah dengan cucuku. Kau tak perlu lagi bekerja keras membanting tulang untuk mereka."
Pancaran keterkejutan tampak jelas seakan tidak mampu menyembunyikan. Pernyataan dari tuan besar yang sudah ia rawat selama dua tahun membuatnya nyaris terkena serangan jantung.
"Tuan, maaf saya tidak bisa menerimanya." Ia menunduk dalam di samping brankar. "Saya merasa tidak pantas untuk Tuan Muda Ranze."
"(Name) selama ini aku menjadi donatur terbesar bagi panti asuhanmu sebagai syarat kau menjadi pasangan cucuku. Jangan lupakan itu." Pria paruh baya tersebut mengulas senyum tipis mengingatkan kembali mengenai perjanjian awal mereka.
(Name) gelagapan bingung tidak bisa lagi mencari alasan untuk mengelak. Bukannya sok jual mahal, (Name) hanya tidak percaya diri akan bersanding di samping sosok menakjubkan seperti Kurona Ranze.
"Tapi tuan--"
"Cucuku Ranze, kemarilah." Mata senja Tuan Besar Kurona menangkap siluet jangkung cucunya di balik pintu.
Sosok gagah sama persis dirinya sewaktu muda tercetak pada cucu semata wayangnya. Pewaris tunggal sekaligus penerus garis keturunan terakhir Kurona.
Kurona Ranze berada di seberang saling menghadap dengan (Name). Telapak tangan Tuan Besar Kurona melingkup tangan kanan masing-masing dari cucu dan calon menantunya.
Kemudian saling menyatukan tangan besar Ranze dan tangan mungil (Name). Dipandangi bergantian cucu dan calon menantu dengan penuh harapan.
"Sebelum aku pergi dalam kedamaian, aku ingin sekali melihat kalian menikah."
Hening. Baik Ranze dan (Name) masih bungkam. Mereka saling bersitatap dalam keterdiaman. Pandangan dingin Ranze seolah membekukan (Name).
"Cucuku Ranze, (Name) adalah gadis terbaik pilihan kakek. Kakek harap kau membahagiakannya." Senyum ceria terpancar ketika tak mendapat penolakan cucunya seperti yang telah berlalu.
"Begitupun (Name), Ranze cucuku satu-satunya, kakek harap kalian bisa saling membahagiakan satu sama lain. Agar kakek dapat pergi dengan tenang."
Ranze berdehem pelan. "Kakek jangan berkata seperti itu. Aku yakin kakek akan sehat seperti sedia kala."
"Tuan Ranze benar Tuan Besar. Anda pasti bisa pulih." (Name) tersenyum lembut menenangkan. Meski jantungnya berdegup kencang tak karuan karena kehangatan telapak tangan besar Ranze masih menyelimuti tangan mungilnya.
"Aku rasa waktuku tidak lama lagi. Jadi, Ranze kau sudah tahu untuk memiliki seluruh aset kekayaan Kurona kau harus menikah dengan (Name). Selebihnya bisa kau urus dengan pengacara pribadiku." Tuan Besar Kurona meremas lembut punggung tangan cucunya. Senyuman tak lekang dari raut senjanya.
Beberapa jam berlalu.
Kabar kepergian mendiang Tuan Besar Kurona berembus cepat. Tanpa menyaksikan pernikahan sang cucu untuk yang pertama dan terakhir kalinya.
Perbincangan mengenai pernikahan menjadi wasiat terakhir sang kakek. Mau tidak mau, Ranze harus melaksanakannya bukan karena cinta. Melainkan harta berupa aset kekayaan Kurona yang begitu melimpah.
Sementara (Name) begitu terpukul dengan kepergian Tuan Besar Kurona. Bagaimanapun juga ia sudah dianggap sebagai keluarga bukan orang lain. Kebaikan dan kehangatan yang diberikan selama ini sudah selayaknya keluarga.
(Name) tak bisa menahan kesedihannya. Apa lagi ketika Ranze dengan gilanya mengajak (Name) ke gereja untuk segera meresmikan pernikahan mereka beberapa jam setelah pemakaman. Bahkan kuburan Tuan Besar Kurona pun belum kering oleh basahnya tanah.
(Name) terisak di dalam mobil. Di sampingnya ada Ranze yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Sibuk dengan iPad-nya.
"Tuan Ranze, Anda benar-benar--"
"Ini keinginan mendiang kakek. Kau harus patuh dengan calon suamimu." Ranze memotong dingin sebelum (Name) kembali mengeluarkan ocehan menyebalkan.
Perpisahan dengan orang terkasih dan pernikahan mendadak di waktu yang sama. (Name) tak mampu berkata-kata lagi. Menangis dalam diam. Menyimpan duka sendirian.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
APOCALYPSE || Kurona Ranze
Fanfiction21+ (Name) [21 y.o], seorang gadis yatim piatu tak pernah menyangka akan bersanding dengan seorang pemilik perusahaan besar bernama Kurona Ranze [31 y.o] sang majikan atas paksaan mendiang Tuan Besar Kurona alias kakek dari Ranze sebagai syarat menj...