chap. 01

4 0 0
                                    

"Gue capek kalo lo kayak gini terus, Rafka!" Beberapa menit lalu ia harus menerima fakta bahwa kekasihnya pergi berkencan dengan gadis lain, ini bukan kali pertamanya ia mendapat laporan dari sahabat lelaki itu.

Sekarang gadis mana lagi teman kencan kekasihnya?

Ia lelah, ingin menyerah. Namun, ia bingung ada apa dengan perasaannya sendiri. Seolah-olah ada yang membelenggu dalam dirinya, sebab itu susah melangkah.

Bertahan memang menyakitkan, tapi mengakhiri hubungan yang sudah lama terbangun sedikit sulit baginya.

Suara nyaring dari ponselnya terdengar, melihat siapa sang pemanggil. Huft, napas sedikit berat, di situasi seperti ini haruskah ia mendapat gangguan dari seseorang yang beberapa minggu ini ia hindari? Seseorang yang kembali hadir di kehidupannya setelah lama menghilang tanpa jejak.

Walaupun malas, tetap saja ia menggeser tombol hijau. "Gue tau lo lagi sedih, ayo keluar kita beli es cream." Suara khas orang bangun tidur di seberang sana menyapa indra pendengarnya, sepertinya ngigo pikirnya.

"Ck, mending lo tidur lagi aja, kalo ngigo gak usah nelepon orang," dumelnya seraya berkacak pinggang.

"Gue gak ngigo, gue seriusan ngajak lo keluar karena tau lagi sedih," balasannya dengan suara serak, berat.

"Sok tau banget lo, gue gak mau keluar. Jangan pernah ganggu gue lagi."

Belum sempat seseorang di seberang sana menjawab, ia dengan lancangnya mematikan telepon sepihak. Saking kesalnya.

Unknown

Yang keluar sama Rafka itu Viona, sahabatnya yang baru kemarin balik dari Ausiee.

Baru saja menutup telepon, pesan masuk memenuhi layar ponselnya. Itu dari lelaki yang tadi menganggu Mikaya.

Viona sahabat Rafka? Tapi, kenapa Rafka gak pernah cerita kalo dia punya sahabat cewek? batin Mikaya, pikiran dan hatinya saat ini tidak tenang setelah mendapat pesan itu. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Mencari mereka, tapi di mana?

Tapi, tunggu! Dari mana lelaki itu tahu tentang Rafka juga gadis yang bersamanya saat ini?

"Apa dia cenayang?" gumamnya, dasar Mikaya pemikiran macam apa itu bisa-bisanya meng- claim lelaki itu cenayang.

"Orang gila mana, orang gila mana. Gue orang gilanya, udah tau diselingkuhin berkali-kali masih aja ngarep kalo suatu saat dia bakal berubah menjadi lebih baik," hardiknya pada diri sendiri.

"Tapi bagus, deh, nanti gue bales lo. Bangsat," umpatnya, kurvanya sedikit tertarik ke atas mengingat kelakuan Rafka, lihat saja nanti ia akan membalas perbuatan lelaki itu.

Harus diimbangi, ya, kali. Diem aja, pikirnya.

Sekarang, ia ingin membersihkan diri lalu berganti pakaian dan pergi mencari dua makhluk tak berguna itu, entah di mana ia mencarinya.

....

"Gak ada kapoknya si Rafka keluar bareng cewek lain, ketahuan Mikaya lagi tau rasa anak itu," ujar Ibnu sembari mengupas kulit kacang lalu memakan bijinya.

Saat ini, ia dan ketiga temannya tengah nongkrong di warung sebelah kampus. Ditemani dengan beberapa cemilan juga gorengan tidak lupa secangkir kopi.

"Lo gak tau? Cewek itu Viona, anjir," sahut Beni, menatap lekat temannya satu-persatu. Sedangkan Ibnu diam membisu, ia tidak tahu bahwa gadis yang bersama Rafka tadi adalah Viona.

Mikaya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang