chap. 02

1 0 0
                                    

"Hufttt, itu sahabat Rafka," ungkap Ibnu, bagaimanapun ia harus memberitahu ini pada Mikaya, tak ingin gadis itu sakit hati terus-menerus karena perilaku Rafka.

Senyum tipis pada bibir Mikaya sedikit tercetak, bukankah ini bukan kali pertama Rafka jalan bersama gadis lain? Lalu, mengapa kali ini rasanya sakit sekali? Apa karena itu sahabatnya.

"Kata gue mending lo putus sama Rafkanj itu, Aya," saran Ketlin yang sudah geram sekali melihat temannya dipermainkan seperti ini.

"Selama ini Rafka gak pernah cerita kalo dia punya sahabat selain kalian, cewek lagi," cetus Mikaya mengabaikan perkataan Ketlin barusan. Ia merasa kecewa sebab kekasihnya tak pernah terbuka padanya, masalah ini saja Mikaya tak tahu. Justru ia tahu dari mereka.

"Bego, sih, udah tau berkali-kali dicurangi masih aja bertahan. Makan hati yang ada." Ketlin tak habis pikir di mana telak jalan pikiran Mikaya yang selalu tutup mata dengan fakta-fakta di depannya. Jika ia jadi Mikaya sudah dari dulu ia meninggalkan Rafka-lelaki brengsek itu.

"Gue sayang sama Rafka, gak mudah buat gue lepas dia gitu aja. Hubungan gue juga udah hampir lama sama dia," jelas Mikaya sembari meracik pesanan yang baru saja sampai.

Pikiran juga hati Mikaya tak pernah sejalan dari mulai membangun hubungan dengan Rafka, ucapannya memang begitu tapi hatinya selalu menolak jika ia cinta pada Rafka. Entahlah, semenjak 4 tahun lalu ia tak pernah merasakan cinta lagi setelah ditinggal pergi oleh seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.

Ibnu sedari tadi memperhatikan obrolan mereka akhirnya buka suara. "Aya, hubungan yang lama gak menjamin hasil akhirnya di pelaminan. Lo milih bertahan sama Rafka karena rasa sayang lo besar ke dia? Secara gak langsung lo bunuh diri namanya."

"Jangan bego, tolol, cuman karena cintalah. Aya, pikirin diri lo sendiri yang ngebatin tiap kali Rafka bertingkah," timpal Agam. Tumben sekali pikiran lelaki ini terbuka, biasanya ia yang paling lemot jika sudah membahas soal percintaan.

"Percuma, mau mulut kalian keluar busa gak akan pernah didengar. Seperti katanya Syifa Hadju, jalani aja dulu sampe lo bener-bener ngerasa capek sendiri. Nah, Mikaya di sini belum capek sama Rafka makanya dia bisa ngomong gitu," tutur Ketlin seraya mengaduk secangkir kopi di tangannya.

"Kita juga gak bisa paksain Mikaya buat berhenti cinta sama Rafka, jadi tugas kita cuma dukung dia aja. Gimana nanti ke depannya itu udah resiko Mikaya karena dia yang mau pertahankan hubungan gak sehat ini," tambahnya, bola mata hitam pekatnya melirik Mikaya yang hanya diam mendengar perkataannya.

Sejujurnya, Mikaya juga bingung sama perasaan sendiri. Bulan-bulan lalu ia sangat mendambakan lelaki itu, tapi entah mengapa saat kehadiran seseorang di masa lalunya kembali membuat semua perasaannya menjadi campur aduk.

"Udah pernah pacaran lama, tapi sering diselingkuhin belum, dek? Jangan, ya, dek. Ya, nanti makan hati." Perkataan Agam membuat Mikaya yang tadinya diam kini menatap tajam padanya.

Beni yang melihat itu tak tinggal diam, mulutnya gatal ingin ikut menistakan Mikaya. "Udah pernah pacaran lama dan dikenalin ke orang tua belum, dek? Jangan, ya, dek. Ya, nanti endingnya sama cewek lain."

Suara keduanya berhasil menebus dimensi lamunan Mikaya hingga membuat gadis itu tersadar dan menatap tajam padanya, siap saja akan diterkam macan betina.

"Awas aja kalian berdua, gue cekokin miras tau rasa," ancam Mikaya seraya menodongkan garpu pada kedua pelaku yang melontarkan lelucon tadi. Ia sudah pusing dengan sikap Rafka ditambah lagi berhadapan dengan manusia aneh seperti mereka.

"Udah, ah, gue cabut. Gak mood di sini." Lantas Mikaya cepat-cepat mengambil langkah, meninggalkan mereka yang masih menertawakannya.

"Aya, lo mau kemana?!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mikaya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang