11

6.4K 383 4
                                    

Liel yang mendengar hanya cengengesan dan berjalan, ia takut dengan Nada yang dikeluarkan Barra tadi. Sungguh, ia merasa jika ia masih berlari tadi maka saat itu juga Barra akan memotong kaki nya.

"Maaf, daddy" pinta Liel setelah mereka duduk melingkar di meja makan.

"Jangan lakukan itu lagi kitty, Daddy akan memotong kakimu jika kau melakukan nya lagi" peringat Barra.

"Eung" mesti ragu Liel segera mengangguk untuk memberi jawaban.

"Dimana anak mu yang satu itu" Tanya Arsen kepada Barra.

"Aku?" Terdengar suara dari tangga dan sontak mereka melihat ke arah suara berasal.

"Lama sekali" ucap Arsen yang hampir tak terdengar oleh siapapun.

"Maaf honey, menunggu lama hm?" Tanya Rion dengan menggunakan Jas dokter.

"Abang!" Ucap Liel memeluk Rion yang mendatangi kursi nya.

"Baju dokter" gumam Liel yang sayangnya terdengar oleh Rion.

"Abangmu itu dokter kitty, jangan nakal jika tidak ingin disuntik olehnya hm?" Belum sempat Rion menjawab Barra sudah menjawab pertanyaan yang ada dibenak Liel.

"Liel akan jadi anak baik!" Ucap Liel dengan gigih.

"Dimana Abang Satria?" Tanya Liel lagi Karna tak melihat keberadaan sang kakak.

"Dia pergi ke Australia tadi kitty" jawab Barra.

"Tidak berpamitan dengan Liel?" Tanya Liel dengan raut muka sedih.

"Dia terlambat" jawab singkat Arsen menjawab pertanyaan sedih Liel.

"Tak apa kitty, nanti kita hubungi abangmu itu hm?" Ucap Barra menenangkan.

Liel yang mendengar tawaran menarik itu segera mengangguk untuk memberi jawaban.

"Baiklah sekarang waktunya makan" itu perintah dari Barra dan ketika ia berkata maka semua anggota harus menuruti perkataan nya.

Setelah beberapa saat mereka diam dalam keheningan dan memakan hidangan yang dihidangkan, akhirnya mereka semua selesai dengan makanan masing-masing. Barra pertama membuka suara.

"Kenapa kau tak memakai seragam Arsen?" Tanya Barra setelah menyadari Hal itu.

"Sejak kapan kau peduli Pak tua" cibir Arsen mendengar itu.

Barra memandang tajam Arsen dan itu membuat Arsen nyali Arsen sedikit menciut, ingat hanya sedikit.

"Aku tidak akan meninggalkan momen pertama adikku dimansion ini" ucap Arsen memberi jawaban.

"Ya, Daddy jug-" belum sempat Barra menanggapi Damian yang dari tadi hanya diam sekarang bersuara.

"Tuan, hanya mengingatkan. Hari ini Tuan ada meeting penting dengan perusahaan Mythical Legends" ucap Damian mengingatkan Barra.

"Sialan kau" umpat Barra.

Damian tidak bisa berkutik, ia hanya dapat menerima umpatan itu dengan wajah datar ciri khas-nya.

"Mari Liel, kita akan bermain sepuasnya dimansion. Berdua." Ucap Arsen mengejek dengan menekankan kata berdua.

"Huh baiklah. Liel, daddy akan pergi kekantor sebentar. Hanya sebentar, bermainlah bersama kakakmu dan tunggu Daddy pulang mengerti?" Jelas Barra panjang lebar.

"Liel mengerti Daddy" ucap Liel.

"Jaga adikmu" titah Barra kepada Arsen.

"Tanpa kau suruh" jawab Arsen dengan raut muka datarnya.

"Aku pergi honey" pamit singkat dikeluarkan Rion saat akan melangkah meninggalkan mansion.

Setelah kepergian Mr.barra dan Rion, kini hanya tersisa Liel dan Arsen. Tampak mereka menikmati tontonan di televisi. Ah tidak hanya Liel yang menonton televisi sedangkan Arsen hanya memandangi Liel.

"Cantik" puji Arsen setelah puas dengan apa yang ia lihat.

"Upin ipin itu tampan kakak bukan cantik" jawab Liel yang menduga bahwa Arsen mengatakan dua botak kembar itu.

"Bukan mereka, tapi kau" jawab Arsen mencium pipi gembul Liel dengan gemas.

Pipi Liel memerah malu mendengar perkataan dari kakaknya tadi.

"Lucu sekali" puji Arsen mendekap Liel dan membawa Liel kedalam pangkuannya.

Didalam sebuah rumah sakit berbintang lima, banyak dokter sedang bersiap untuk melakukan operasi kepada salah satu pasien disana.

"Kak, kami butuh otakmu" ucap salah satu dokter ber-name tag Carlos Alvalendra Greyson itu kepada Rion.

Carlos Alvalendra Greyson, salah satu dokter terkenal di rumah sakit berbintang lima itu. Ia mempunyai banyak keahlian dan sebenarnya profesi dokter hanya sebagai sampingan nya. Pekerjaan utama nya adalah berkantor, namun suatu hari ia merasa bosan dan karena kekuasaannya ia bisa masuk kedalam profesi ini.

"Ya adik sepupu" jawab Rion.

Adik sepupu? Ya benar Carlos adalah anak adik dari ayahnya, Barra Patra Greyson.

"Ku dengar kau mempunyai adik Baru, apa itu benar?" Tanya Carlos.

"Ternyata kabar itu sudah tersebar" jawab Rion menghela nafas.

"Jadi itu benar?" Tanya Carlos lagi.

"Ya, seperti yang kau tau" jawab Rion singkat.

"Jika begitu, aku akan datang ke mansion mu besok" ucap semangat Carlos.

Sepertinya Carlos bukanlah mencerminkan pribadi keluarga Greyson, sifatnya adalah sama dengan kakek nya, Aldalberto Greyson.

"Bawa juga ayah dan ibu" jawab Rion.

Setelah percakapan singkat itu mereka langsung melakukan tugas mereka masing-masing, Rion memberi perintah dan Carlos yang melakukan kepada pasien.

Saat Arsen dan Liel sedang asik menonton televisi, seorang maid menghampiri mereka berdua dan berkata.

"Tuan muda, izin memberi tau. Besok keluarga saudara pertama dari Tuan Barra akan datang ke mansion" ucap maid itu menundukkan kepala nya hormat.

"Ya" itulah jawaban singkat Yang Arsen berikan kepada maid tadi.

"Baiklah Tuan, saya izin kembali ke dapur" pamit maid itu meminta izin.

Arsen tak menanggapi pamitan maid tadi karena sibuk memandangi wajah Liel yang terkantuk-kantuk.

"Bunny, apa kau ngantuk?" Tanya Arsen menahan tawa melihat Mata Liel yang berusaha untuk tidak memejam.

"Tidak, Liel tidak" jawab Liel namun badan nya bereaksi lain.

Arsen tak menanggapi dan segera menggendong Liel untuk dibawa kekamar nya.

"Kakak, Liel ingin menonton lagi. Liel tidak mengantuk" ucap Liel lalu setelahnya ia menjatuhkan pipi nya ke bahu Arsen dan tertidur.

"Kau memang tidak mengantuk" jawab Arsen dengan kekehan diakhir.

Setelah tertidurnya Liel, dan Arsen yang sudah meletakkan Liel ke kasur di kamar nya. Arsen berjalan menuju balkon kamar itu dan menghisap gulungan tembakau yang sudah ia bakar tadi.

Tak lama dari itu Arsen menghubungi seseorang di sebrang Sana untuk diberi perintah.

"Varen, belikan aku perlengkapan bayi" titah Arsen.

Varen adalah tangan Kanan Arsen, ia yang mengatur semua di kehidupan Arsen. Varen adalah utusan langsung dari Mr.barra dan Varen diutus karena Mr.barra merasa ia terlalu sibuk untuk mengurusi Arsen.

Tak mendengarkan perkataan Varen di sebrang Sana, Arsen langsung menutup panggilan itu secara sepihak.

B'BIEL (TIDAK SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang