001. edge

43 3 2
                                    

Unanmed Island, 31 October 2053
11.51 PM

Langit malam menyambut kedatangan musim dingin dengan butiran salju pertama yang turun perlahan, menutupi hampir seluruh lanskap dengan selimut putih tebal. Di atas lautan yang tersembunyi dalam kegelapan, sebuah helikopter futuristik melaju dengan kecepatan senyap, seolah-olah telah menyatu dengan kegelapan. Cahaya lampunya berusaha menembus tirai salju, mencoba menyingkap sesuatu yang seolah tersembunyi di balik hamparan air tak berujung.

"Berhenti," ucap seorang laki-laki yang duduk di kursi co-pilot, suaranya penuh ketegasan meski teredam oleh gemuruh mesin helikopter.

"Kau yakin, Zayn?" tanya sang pilot utama, skeptis, namun segera menghentikan helikopter, membiarkannya melayang di tengah lautan yang diselimuti kabut salju yang tebal.

Sebuah peta holografik muncul di hadapan Zayn, proyeksinya melayang di udara seperti struktur cahaya tiga dimensi yang terbentuk di ruang kosong. Garis-garis merah neon membentuk kontur lautan, titik-titik koordinat bersinar samar, menunjukkan posisi mereka yang kini berada di atas lautan yang tak berujung. Zayn memperbesar peta, memastikan bahwa koordinat yang ditampilkan tepat.

Namun, meski peta digital itu memberikan ketepatan yang pasti, ekspresi waspada tidak pernah lepas dari wajahnya. Jari-jarinya yang terampil mulai mengutak-atik serangkaian kode yang rumit, aliran data mengalir cepat melintasi penglihatannya.

"Titik koordinatnya sudah sesuai, seperti yang bos arahkan," ucap Zayn dengan suara yang datar namun waspada, matanya tak lepas dari peta holografik itu. "Tapi aku masih belum menangkap sinyalnya," lanjutnya, berupaya keras menembus seluruh lapisan keamanan yang tersembunyi di balik lemahnya sinyal tersebut.

"Ada sebuah percikan elektrik, tapi sangat lemah di bawah laut," ucap seorang laki-laki yang duduk di kabin penumpang. Suaranya tenang, namun penuh keyakinan. Matanya tajam mengamati layar holografik yang menunjukkan gelombang kecil energi yang merusak harmoni alam bawah laut.

Sang pilot tanpa ragu merendahkan helikopternya lebih dekat ke permukaan air. Di bawah mereka, pemandangan mulai terungkap-beberapa ekor ikan mengambang di permukaan, memberikan indikasi jelas tentang kehadirtan yang tidak diketahui di bawah sana.

"Kau benar," kata sang pilot, sambil memandang ke arah laut yang ditunjuk laki-laki itu. Matanya menyipit, mencoba menembus kegelapan dan kabut dingin yang menyelimuti permukaan air. "Jadi, lokasinya di bawah laut?".

Tanpa banyak bicara, Zayn merogoh tas kecil di sebelahnya dan mengeluarkan sebuah robot kecil berbentuk laba-laba. Gerakannya tenang namun cepat, dia mulai memasukkan program ke dalam perangkat itu. Sesaat, robot yang tadinya mati tiba-tiba menyala, menandakan bahwa sistemnya telah aktif. Zayn lalu menyerahkan robot kecil itu kepada laki-laki yang duduk di kabin penumpang.

"Kau yakin dia akan kuat di dalam laut? Suhu air laut sekarang akan jauh lebih dingin," laki-laki itu bertanya sambil menerima robot tersebut. Matanya menyipit, dan dengan cermat memeriksa perangkat kecil itu.

Zayn mengangkat bahu, tampak acuh tak acuh. "Aku tidak yakin," jawabnya singkat, seolah tidak terpengaruh oleh kekhawatiran yang baru saja diungkapkan.

Setelah menganalisis robot kecil itu sejenak, sulur cahaya berwarna merah muncul dari tangan laki-laki itu dan menyatu dengan perangkat tersebut, membuatnya tampak hidup dengan energi baru. Lalu dia melemparkan robot itu ke dalam lautan gelap. Sang pilot dan laki-laki itu menyaksikan robot kecil itu hilang di antara riak air dingin. Sementara Zayn, berfokus mengawasi program yang mengendalikan robot tersebut.

"Sedikit lagi, sedikit lagi," gumam Zayn. Tiba-tiba matanya menangkap secercah harapan di layar holografiknya-sebuah sinyal yang mulai menguat. Jari-jarinya bergerak cepat melintasi layar kendali tanpa henti. "Lionel, daratkan helikopter. Hiro, letakkan tanganmu di laut!"

The Forbidden CreatorWhere stories live. Discover now