Bab 2 : Lost In A Haze

211 58 3
                                    

Jalanan pada pagi hari begitu padat. Orang-orang keluar mengendarai sepeda motor sambil mengumpat sesekali ketika hampir menyerempet pengendara lain, mobil saling membunyikan klakson dengan suara tinggi efek stress karena kemacetan, penumpang bis kota banjir keringat hingga membasahi kemeja yang mereka kenakan, beberapa pedagang terlihat sibuk mendirikan atau membuka kios masing-masing. 

Di kawasan pertokoan sisi barat Kota, aroma masakan gurih menyerap di udara, mie dihidangkan pada mangkuk dengan isian melimpah, pedagang roti goreng sibuk mondar mandir melayani pelanggan. 

“Dua roti daging dengan telur dan teh susu.” Bibi pemilik gerobak roti goreng menyerahkan plastik hangat pada pemuda berkacamata. “Kau bekerja di toko roti tapi masih membeli roti di luar, A-Zhen!”

Bian Nianzhen menerima plastik berisi roti pesanannya. Ia menjawab santai. “Bahkan bibi pedagang roti saja masih membeli bubur di kedai Bibi Liu!”

Bibi itu tertawa terbahak-bahak seraya mengelap tangannya pada celemek merah bertuliskan ‘Keberuntungan’ yang sudah usang dan dipenuhi noda minyak. 

“Ai! Kau terlalu banyak bicara!”

Bian Nianzhen segera membayar roti pasangannya, mengayuh sepeda biru dengan keranjang berisi tas hijau Bian Nianzhen. Jalanan yang sibuk, orang yang berjalan cepat, suara percakapan telephone tentang pekerjaan yang begitu panik. Dunia yang sangat sibuk. 

Tetapi Bian Nianzhen seolah bukan berada di bagian dunia sibuk itu. Bian Nianzhen sangat santai mengendarai sepedanya, membiarkan sepoi angin menyentuh helai rambutnya yang agak berantakan, menghirup aroma berbagai makanan yang sedikitnya membuatnya tak lapar lagi. 

Bian Nianzhen memarkirkan sepedanya ketika mencapai toko roti dengan letak strategis, tulisan yang dirambati oleh tanaman Ivy bertuliskan Office Sweet belum menyala. Bian Nianzhen masuk melalui pintu belakang, disambut dengan aroma roti yang baru dipanggang. 

“Selamat pagi, Lili-jie, A-Xing.” 

“Selamat pagi, A-Zhen!”

“Aku membawakan roti goreng untuk kalian.” 

Wanita yang disapa Lili-jie tersenyum hangat. Fei Lili mengeluarkan roti dari dalam oven. “A-Zhen sangat manis, um?”

Bian Nianzhen pergi untuk mengambil apron merah dan mengenakannya. 

“Aku sudah ditahap muak menghirup aroma roti!” Keluh Huo Xing membereskan benda-benda yang digunakan untuk membuat roti. 

Bian Nianzhen membersihkan toko terlebih dahulu sampai bersih, ia dibantu oleh Fei Lili selaku pemilik toko roti dan Huo Xing kekasih Fei Lili menata roti-roti dengan rapi. 

“Kau beberapa hari lalu menonton konser Ren Kai, itu pasti pengalaman yang menyenangkan!” Huo Xing berkata.

“Mm, biasa saja. Aku tidak terlalu suka konser! Sangat berisik!”

“Lalu kau bisa bertemu dengan Ren Kai? Kau bilang dia teman sekolahmu dulu.”

“Hm aku rasa A-Zhen hanya membual!”

Bian Nianzhen langsung menyanggah tuduhan Huo Xing. “Tidak! Kami benar-benar teman sekolah dulu!”

“Baiklah! Baiklah aku percaya!”

Bian Nianzhen masih teringat pada Ren Kai yang meminta nomor ponselnya hari itu, yah, di sekolah dulu mereka tidak terlalu dekat karena memang pertemanan mereka sangat berbeda. Bian Nianzhen bergabung dengan club bulu tangkis dan club memasak, sementara Ren Kai berada di club band dan voli. 

Dirinya bukan orang yang kutu buku seperti di film-film, lingkaran pertemanannya cukup luas hanya saja frekuensi pertemanan mereka sangat berbeda. 

Hanya tidak menyangka bintang sebesar Ren Kai meminta nomor ponselnya. Hm, mungkin saja Ren Kai memang rendah hati dan selalu ingin dekat dengan teman sekolahnya dulu? 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] Soft As The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang