Ekstra Part 3. Beautiful Sin

812 12 4
                                    

Acara sesi pemotretan berlangsung dengan lancar. Kharisma Randy betul-betul menyihir semua mata yang ada di sana tidak terkecuali Annisa sendiri.

Dalam sekejap Randy berubah dari tampang lelaki urakan yang suka berbuat semaunya sendiri menjadi lelaki elegan dan dewasa idaman para wanita.

Annisa mengakui jika Randy juga memiliki bakat sebagai model. Mungkin dia akan sukses jika beralih profesi sebagai cover boy.

Saat break, Randy duduk tepat di sebelah Annisa. Tampak bulir keringat menghiasi kulit wajah Randy yang putih dan mulus.

Annisa memperhatikan dengan seksama wajah Randy. Dengan jambang tipis Randy terlihat sangat maskulin. Annisa bukan tipe wanita yang melihat fisik seseorang, namun penampilan Randy betulan membuat dirinya seperti seorang fangirl.

"Aku tau kalo aku ganteng, tapi ngeliatinnya gak usah sampe gitu banget. Itu ilernya mau ngeces," ucap Randy tiba-tiba saat merasa Annisa terus memperhatikannya.

Mendengar itu sontak Annisa melotot dan reflek mengusap bibirnya seolah memang ada air liur yang hampir jatuh dari sana. Secepat kilat Annisa mengalihkan pandangannya.

Randy terkekeh geli. Wajah Annisa sudah memerah karena malu. "Siapa juga yang ngeliatin!" elak Annisa. Meskipun tertangkap basah namun egonya tetap tidak mau mengakuinya.

Tanpa permisi Randy mengambil botol Pocari sweat yang ada di tangan Annisa. "Ini buat aku kan?" tanya Randy. Tanpa menunggu jawaban Annisa dia langsung meminumnya.

Annisa tentu saja melotot. Memang dia bawakan minuman itu untuk Randy, tapi tidak juga diambil begitu saja. Minimal minta baik-baik lah.

"Dasar, gak sopan!" umpat Annisa. Setelah meneguk minuman itu sampai habis hanya dalam hitungan beberapa detik, Randy menyerahkan kembali botol yang sudah kosong itu. "Makasih ya."

Tidak menjawab hanya mengerucutkan mukanya, Annisa menerima botol itu dari tangan Randy. Sejenak mereka duduk diam tanpa kata. Seperti masing-masing terlelap dalam pikirannya sendiri.

"Kamu kemarin ke Bandung?" tanya Annisa memecah keheningan. Randy yang tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Annisa pun sontak menoleh.

"Iya," jawab Randy singkat, padat, jelas.

"Oh, ya? Seneng pasti ya akhirnya ketemu lagi sama perempuan yang kamu cintai setelah sekian lama," balas Annisa yang kesannya menyindir.

Randy memperhatikan wajah Annisa yang pandangannya lurus ke depan, bukan ke dirinya. "Kamu cemburu?"

Mendengar itu, Annisa memutar kepalanya cepat dengan mata melotot dan mulut melongo. "Enak aja. Siapa juga yang cemburu! Jadi orang gak usah kege'eran, deh!" sentak Annisa sambil misuh-misuh.

Padahal dia bisa menjawabnya dengan satu kata 'tidak', tetapi mengapa dia malah emosi? Seolah malah membenarkan jika dirinya tengah cemburu.

"Biasa aja dong jawabnya." Randy terkekeh melihat wajah Annisa yang sudah sangat merah bagaikan kepiting rebus.

Randy mendekati wajah Annisa yang membuat wanita itu terkejut bukan main, sampai-sampai kepalanya mundur ke belakang mengikuti arah majunya wajah Randy.

"Kamu lucu kalo lagi cemburu," ucap Randy tepat di depan bibir Annisa yang menganga. Sumpah demi apapun wajah Annisa seperti akan meledak karena darah berkumpul semua di sana.

Randy kemudian mengecup bibir Annisa singkat, begitu singkat hingga Annisa pun tak menyadari apa yang sedang terjadi. Sampai Randy beranjak dari duduknya untuk melanjutkan ke sesi pemotretan selanjutnya. Jantung Annisa nyaris saja berhenti kala itu, atau malah berdetak semakin cepat.

My Sex Journey 3 FinalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang