1. Malam dan Badainya

56 41 32
                                    

Di bawah cahaya lampu yang lembut dan menyebar, Niskala Araya Putri berdiri dengan anggun di podium, seolah menjadi pusat dari sebuah panggung yang diciptakan khusus untuknya. Cahaya kuning keemasan dari lampu sorot membanjiri ruang seminar, menyoroti wajahnya yang penuh ekspresi dan menawan. Gaun hitam elegan yang dikenakannya mengalir dengan lembut, berpadu sempurna dengan nuansa formal acara malam itu.

Di balik gaun yang berkilauan lembut, ada aura kepercayaan diri yang tak tergoyahkan. Meskipun dalam hatinya, Niskala merasakan desiran gugup yang lembut, ia berhasil menutupi perasaannya dengan senyuman yang menenangkan. Senyuman itu bukan hanya sekadar hiasan, melainkan pancaran kehangatan dan keyakinan yang menyebar ke seluruh ruangan. Senyum itu seolah menjadi jembatan yang menghubungkan dirinya dengan audiens yang memenuhi ruangan dengan penuh antusiasme.

Ruang seminar, yang diatur dengan rapi dan dihiasi dengan ornamen minimalis, menciptakan suasana yang intim tetapi megah. Kursi-kursi yang tersusun teratur mengelilingi podium, sedangkan layar besar di belakang Niskala menampilkan logo acara dengan desain yang bersih dan profesional. Suara samar dari peralatan teknis, serta gemericik percakapan singkat di antara para peserta, menambah sentuhan kehidupan ke dalam ruang yang sebelumnya tenang dan penuh harapan.

Saat Niskala memulai sambutannya, setiap kata yang diucapkannya terdengar jelas dan terukur, seolah ditulis dengan perhatian penuh. "Selamat malam, teman-teman sekalian," katanya dengan suara yang lembut kendati tetap tegas. "Terima kasih telah bergabung dalam seminar kewirausahaan kami malam ini. Kami sangat senang bisa menyambut Anda semua di sini."

Dengan gerakan tangan yang lembut tetapi penuh arti, Niskala memandu acara dengan keahlian yang terampil, mengalir mulus antara sesi-sesi presentasi dan diskusi. Setiap kali dia tertawa atau memberikan komentar, suasana ruangan terasa lebih hangat, seolah setiap orang yang hadir merasa lebih dekat dengan penyaji dan topik yang dibahas. Keseimbangan antara ketenangan dan kegembiraan dalam cara Niskala berbicara mengukir jejaknya di hati para peserta, membuat malam itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi mereka semua.

Setelah sesi terakhir selesai, Niskala melangkah keluar dari panggung dengan perasaan lega dan puas. Di belakang panggung, di tengah huru-hara yang mulai mereda, sahabat karibnya, Alea, sudah menunggu dengan penuh antusiasme. Alea, dengan rambut ikalnya yang ceria dan pakaian kasual yang nyaman, tampak seperti bola energi yang tidak bisa berhenti bergerak. Senyumnya yang lebar dan bersemangat membuat suasana di belakang panggung terasa lebih hidup.

"Wow, Niskala! Kamu luar biasa banget malam ini," seru Alea, melangkah cepat dan memberikan pelukan hangat yang penuh semangat. "Kamu benar-benar membuat seminar ini terasa begitu menyenangkan!"

Niskala tertawa lembut, membalas pelukan Alea dengan menepuk bahu sahabatnya dengan penuh kasih. "Terima kasih, Alea. Aku senang kamu suka. Semoga semua orang juga merasakan hal yang sama."

Alea menatap Niskala dengan tatapan penuh harapan dan rasa ingin tahu. "Ngomong-ngomong, aku punya ide nih. Minggu depan ada pameran karya mahasiswa di kampus, dan aku sangat ingin kamu ikut. Ada banyak karya seni dan inovasi keren yang bakal dipamerkan. Pasti seru banget!"

Niskala mengernyitkan dahi, sedikit terkejut dengan ajakan mendadak tersebut. "Hmm, sebenarnya aku lagi banyak pekerjaan. Aku harus mempersiapkan diri untuk jadi moderator di workshop entrepreneur akhir bulan nanti. Itu acara besar, dan aku harus benar-benar fokus."

Alea tidak menyerah begitu saja. "Ayo, Niskala, kamu juga butuh waktu buat refreshing, kan? Pameran ini bisa jadi kesempatan buat kamu melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Lagipula, ini juga cara yang bagus buat menjauh sejenak dari semua persiapan workshop."

Niskala menggelengkan kepala sambil tersenyum, mencoba menolak tawaran tersebut. "Kamu memang selalu bisa membujukku dengan mudah. Tapi serius, aku khawatir bakal keteteran dengan persiapan workshop. Ini acara penting buat fakultas kita."

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang